lampung post:
Gempa dahsyat yang melanda Jawa Barat,kemungkinan menjalar ke Lampung dengan kekuatan 8 skala Richter. Masyarakat diimbau mewaspadainya sejak sekarang.
Direktur Teknologi Sumber Daya Mineral Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Yusuf Surachman, Kamis (3-9), mengatakan gempa masih akan terus melanda Indonesia mengingat negeri ini dilalui lempeng gempa. Yang perlu diwaspadai adalah gempa berkekuatan besar yang kemungkinan terjadi di Selat Sunda yang berdampak ke Lampung dan Jakarta.
"Ini memang ada sistem bermain di situ, memang ada satu kemungkinan akumulasi energi di situ. Kita tidak tahu kapan akan terjadi seperti itu. Potensi (gempa) di darat dan di laut terjadi di sebelah selatan Lampung, Jawa Barat, dan Banten antara Selat Sunda. Kekuatannya sekitar 8 skala Richter (SR)," kata Yusuf.
Potensi gempa tersebut muncul karena tabrakan lempeng Indo-Australia serta lempeng Sumatera dan Jawa. "Bagaimana mekanismenya? Ada subduksi lempeng oceanic menyusup ke dalam lempeng benua. Karena ada sistem terkunci, maka ada potensi gempa. Jadi lempeng Indo-Australia bergerak terus di selatan Jawa dan menekan hingga 7 cm per tahun," ujarnya.
Apalagi, lanjut dia, kini lempeng itu sudah memasuki periode matang. "Pergerakan sentimeter per tahun saja sudah tertekan. Sekarang saja banyak terjadi gempa meski berkekuatan kecil menyebar di seluruh Indonesia. Kondisi ini sama dengan satu abad lalu, sekitar tahun 1800-an," kata dia.
Selat Sunda berada di atas zona subduksi lempeng Indo-Australia dan Eurasia serta zona transisi subduksi miring yang memanjang di sebelah barat Sumatera dengan subduksi tegak di selatan Pulau Jawa. Gempa di Selat Sunda bisa dipicu penglepasan energi dari penunjaman lempeng Indo-Australia yang bergerak ke utara dengan kecepatan 6 cm per tahun di bawah Selat Sunda, atau dari aktivitas patahan Semangko yang masih sangat aktif sampai sekarang. Patahan Semangko memanjang dari Aceh sampai Lampung sepanjang 1.650 km dan melintasi hampir semua kota besar di Sumatera.
Rawan Gempa
Secara terpisah, Kepala Stasiun Geofisika Kotabumi Krismanto menjelaskan Lampung yang terletak di antara pertemuan lempeng Eurasia dan Indo-Australia serta sesar Semangko membuat provinsi ini berada di zona rawan gempa. Potensi gempa juga terpendam di laut dalam yang bisa menimbulkan tsunami.
Menurut dia, gempa berskala besar kerap melanda Lampung. Selama Januari--Agustus 2009 tercatat 16 kali gempa berkekuatan 5--6,1 SR melanda Lampung. "Suka tidak suka, mau tidak mau, Lampung berada di daerah rawan gempa. Perlu kearifan agar masyarakat bisa bersahabat dengan bencana," kata dia.
Menanggapi prediksi Yusuf Surachman tentang potensi gempa dahsyat di Selat Sunda, Krismanto tidak menampik kemungkinan itu. "Prediksi itu bisa benar, bisa tidak. Pergerakan lempeng itu memang ada. Tapi tidak bisa ditentukan waktunya meski setiap tahun terjadi pergeseran 5--6 cm," kata dia.
Namun, Krismanto mengimbau masyarakat tetap tenang dan membekali diri dengan pengetahuan tentang mitigasi bencana. "Masyarakat tidak punya cara lain selain berdamai dengan bencana. Salah satunya dengan memahami apa saja harus dilakukan ketika gempa terjadi. Misalnya dengan berlindung di bawah meja, meletakkan barang-barang di tempat aman, dan mengikat lemari ke tembok," kata dia.
Untuk mengukur intensitas gempa, ia menyarankan setiap keluarga memasang lampu gantung dengan panjang tali minimal 50 cm. "Jika pergerakan lampu sudah lebih dari 15 derajat, sebaiknya kita cepat keluar," kata dia.
Selain itu, Krismanto menyarankan masyarakat menyesuaikan bangunan dengan konstruksi tahan gempa. "Atau jika terlalu mahal, bisa mengadaptasi rumahnya dengan atap yang ringan seperti seng. Jangan dengan genting beton," kata dia.
Sementara itu, pengamat Gunung Krakatau, Suhandi, mengatakan gempa dahsyat di Selat Sunda dapat meningkatkan aktivitas vulkanik Gunung Krakatau. "Ibarat air di dalam gelas, kalau guncangannya kuat tentu akan tumpah. Begitu juga dengan gunung berapi, termasuk Krakatau. Apalagi jika episentrum gempa berada di sekitarnya," ujarnya.
Kesiapan Pemprov
Menanggapi ancaman gempa tersebut, Gubernur Lampung Sjachroedin Z.P. mengatakan sekretariat penanggulangan bencana alam sudah menyiapkan langkah-langkah tersendiri untuk penanganan bencana. Instansi tersebut sering mengadakan pelatihan menghadapi bencana. "Mereka terus memonitor keadaan dari BMG. Sudah ada alat pendeteksinya, bila nanti terdeteksi akan diinformasikan kepada masyarakat," kata Sjachroedin seusai buka puasa bersama alumni Akabri dan Akpol di Mahan Agung, tadi malam. n ITA/HIM/HAR/MG13/U-1
Ukuran Kekuatan Gempa
Skala Richter (SR)
Skala Richter diusulkan fisikawan Charles Richter. Skala ini dipakai untuk gempa dekat dengan magnitudo di bawah 6,0. Di atas itu, perhitungan dengan teknik Richter tidak representatif lagi.
Skala Richter Efek Gempa
<2,0 Gempa kecil, tidak terasa
2,0-2,9 Tidak terasa, tapi terekam oleh alat
3,0-3,9 Sering terasa, tapi jarang menimbulkan kerusakan
4,0-4,9 Perabotan rumah bergetar. Kerusakan tidak terlalu
signifikan.
5,0-5,9 Menimbulkan kerusakan besar pada bangunan di area yang
kecil. Umumya kerusakan kecil pada bangunan yang didesain
dengan baik
6,0-6,9 Merusak area hingga sekitar 160 km
7,0-7,9 Menimbulkan kerusakan serius dalam area lebih luas
8,0-8,9 Kerusakan serius hingga ratusan mil
9,0-9,9 Menghancurkan area hingga ribuan mil
>10,0 Belum pernah terekam
Skala Modifikasi Intensitas Mercalli (MMI)
Skala Mercalli diciptakan vulkanologis Giuseppe Mercalli pada 1902. Skala ini disusun berdasar informasi orang-orang yang selamat dari gempa serta dengan membandingkan tingkat kerusakan karena hasilnya itu sangat subjektif. Tetapi skala Mercalli yang dimodifikasi pada 1931 oleh seismolog Harry Wood dan Frank Neumann sering digunakan terutama bila tidak terdapat alat seismograf di lokasi gempa.
Skala Modifikasi Intensitas Mercalli
Skala MMI Efek Gempa
I Tidak terasa
II Terasa oleh orang yang berada di bangunan tinggi
III Getaran dirasakan seperti ada kereta yang berat melintas.
IV Getaran dirasakan seperti ada benda berat yang menabrak
dinding rumah, benda tergantung bergoyang.
V Dapat dirasakan di luar rumah, hiasan dinding bergerak,
benda kecil di atas rak mampu jatuh.
VI Terasa oleh hampir semua orang, dinding rumah rusak.
VII Dinding pagar yang tidak kuat pecah, orang tidak dapat
berjalan/berdiri.
VIII Bangunan yang tidak kuat akan mengalami kerusakan.
IX Bangunan yang tidak kuat akan mengalami kerusakan tekuk.
X Jembatan dan tangga rusak, terjadi tanah longsor.
XI Rel kereta api rusak.
XII Seluruh bangunan hancur dan hancur lebur.
Kiat Menghadapi Gempa
Penyebab celaka paling banyak pada saat gempa bumi adalah akibat kejatuhan material. Karena itu perhatikan hal-hal ini:
- Perabotan diatur menempel pada dinding (dipaku/diikat) untuk menghindari roboh saat gempa
- Atur benda yang berat di bagian bawah.
- Cek kestabilan benda yang digantung, misal lampu.
Beberapa hal yang dilakukan saat gempa terjadi
Jika berada dalam bangunan
- Lindungi kepala dan badan dari reruntuhan bangunan (dengan bersembunyi di bawah meja, dll).
- Berlari keluar apabila masih dapat dilakukan.
Jika berada di luar bangunan
- Hindari bangunan tinggi seperti gedung, tiang listrik, serta pohon.
- Perhatikan tempat berpijak dan menghindar bila terjadi rekahan tanah.
- Jika berada di pesisir, jauhi pantai untuk menghindari tsunami.
Jika sedang mengendarai mobil
- Keluar, turun dan menjauh dari mobil. Cari tempat terbuka dan lapang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar