Antioksidan merupakan zat, substansi, atau senyawa pemberi elektron atau reduktan. Senyawa ini, memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya radikal. Antioksidan juga merupakan senyawa yang dapat menghambat reaksi oksidasi, dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Akibatnya kerusakan sel dapat dihambat (Winarsi, 2007). Radikal bebas adalah spesies yang tidak stabil karena memiliki elektron yang tidak berpasangan dan mencari pasangan elektron dalam makromolekul biologi seperti lipida, protein dan DNA (asam nukleat). Molekul yang diambil elektronnya kemudian juga menjadi radikal bebas dan mengambil elektron dari molekul lain, begitulah seterusnya sampai terjadi kerusakan sel. Karena molekul-molekul yang sangat reaktif ini sebagian besar berasal dari oksigen maka secara umum molekul-molekul tersebut disebut reactive oxygen species (ROS)
Komponen kimia yang berperan sebagai antioksidan adalah senyawa golongan fenolik dan polifenolik. Antioksidan yang banyak ditemukan pada bahan pangan, antara lain vitamin E, vitamin C, selenium dan karotenoid. Dalam bidang pangan, antioksidan adalah senyawa atau zat yang bila ditambahkan dalam lemak atau makanan berlemak dapat menghambat oksidasi dan oleh karena itu dapat memperpanjang daya simpan.
Berkaitan dengan reaksi oksidasi, antioksidan sangat dibutuhkan untuk menjaga atau mencegah terjadinya kerusakan oksidatif suatu bahan pangan yang mengakibatkan terjadinya off-flavour. Oksidasi pada lemak atau minyak dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu, adanya kontak dengan cahaya matahari, oksigen, air, dan logam pengoksidator. Bahan pangan ataupun bahan olahan pangan banyak mengandung senyawa lipida yang terdiri dari triglicerida. Senyawa ini, terdiri dari asam lemak tak jenuh yang mudah teroksidasi menjadi peroksida, yang selanjutnya mengalami pemecahan menjadi senyawa keton ataupun aldehid yang dapat menimbulkan bau tengik (oxidative rancidity).
MEKANIME KERJA BEBERAPA ANTIOKSIDAN
Vitamin
Vitamin antioksidan yang cukup terkenal adalah vitamin C dan E. Vitamin C mencegah oksidasi pada molekul yang berbasis cairan, misalnya plasma darah dan mata. Sedangkan vitamin E yang larut dalam lemak bekerja pada sel lipid dan sirkulasi kolesterol. Cara kerja vitamin E sebagai antioksidan adalah dengan menyumbangkan elektron kepada radikal bebas. Karena itu, vitamin E yang kaku akan berubah menjadi vitamin E yang radikal. Untuk menjinakkannya, diperlukan vitamin C yang akhirnya akan membuat vitamin C juga menjadi radikal. Di sinilah, glutation akan muncul untuk menetralkan vitamin C.
Mineral
Jika vitamin C dan E bertindak sebagai antioksidan langsung, mineral sendiri akan berperan sebagai komponen antioksidan tubuh (endogen). Selenium, misalnya, merupakan komponen penting glutation peroksidase. Selenium juga bekerja secara sinergis dengan vitamin E. Sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal The Lancet menyatakan bahwa mereka yang kekurangan selenium akan lebih berisiko menderita kanker dibandingkan mereka yang berkecukupan selenium.
Seng (Zn) juga merupakan mineral antioksidan yang cukup penting. Seng akan membantu mencegah oksidasi lemak dan diperlukan oleh tubuh untuk memproduksi antioksidan superoksida dismutase. Keberadaan seng dibutuhkan juga untuk menjaga kadar vitamin E dalam darah sehingga membran sel darah merah dapat terlindungi dari efek oksidasi mineral lainnya.
D. SIFAT FUNGSIONAL ANTIOKSIDAN DALAM BAHAN PANGAN
Secara umum, komponen penyusun bahan pangan terbesar ialah lipida yang terdiri dari trigliserida dan tersimpan dalam sel penyimpan lemak pada tanaman, hewan, dan phospolipid. Pada proses pengolahan pangan, lemak sering ditambahkan sebagai bagian dari formulasi makanan. Komponen lemak terbesar yang sering ditambahkan ialah mayonnaise, margarine, dan minyak goreng (minyak nabati). Lemak atau minyak ini sangat mudah teroksidasi akibat kontak langsung dengan sinar matahari, oksigen, dan air atau akibat adanya logam-logam oksidator yang dapat mengakibatkan berkurangnya kualitas flavor, warna dan nilai gizi minyak atau lemak. Minyak atau lemak mengandung asam lemak tak jenuh yang mudah berikatan dengan oksigen membentuk senyawa radikal bebas seperti hidroperoksida ataupun peroksida yang kemudian berekasi dengan lipida atau minyak membentuk senyawa keton atau aldehid yang menimbulkan bau atau ketengikan pada lemak atau minyak. Hal ini, dapat mengurangi flavor dari minyak atau lemak.
Dalam hal ini, sifat fungsional antioksidan sangat penting dalam membantu mencegah, memperlambat, atau menunda terjadinya proses oksidasi lemak atau minyak . Pada dasarnya, antioksidan yang ditambahkan pada minyak atau lemak akan mencegah terserangnya lemak atau minyak oleh radikal bebas sehingga senyawa penimbul bau (ketengikan) tidak terbentuk. Oksidasi terjadi pada asam lemak tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap, senyawa yang merupakan antioksidan ialah senyawa yang memiliki ikatan rangkap dan lebih aktif daripada asam lemak tak jenuh, sehingga ikatan rangkap pada antioksidan ini akan lebih dahulu teroksidasi dan melindungi lemak atau minyak dari oksidasi yang menyebabkan rancidity.
Secara alami beta karoten dan α-tokoferol terdapat pada minyak, senyawa ini dapat membantu memperlambat oksidasi lemak yang menghasilkan senyawa penimbul bau, sehingga lama kelamaan beta karoten dan α-tokoferol ini akan rusak dan hilang dari lemak atau minyak. Tak jarang untuk tujuan komersial kandungan beta karoten dan α-tokoferol dipertahankan agar minyak atau lemak yang dikonsumsi tetap mengandung beta karoten dan α-tokoferol yang diperlukan oleh tubuh, untuk mencegah kerusakan sel secara oksidatif. Dalam hal ini, sifat fungsional antioksidan yang dapat bereaksi dengan radikal bebas ini sangat penting dalam pengolahan pangan untuk menjaga minyak atau lemak terjaga kualitasnya dari penurunan flavor dan zat gizi yang diperlukan tubuh, seperti beta karoten dan α-tokoferol. Senyawa antioksidan yang biasanya ditambahkan ialah BHA, BHT, Propil gallate dan TBHQ.
Kamis, 30 Desember 2010
Minggu, 26 Desember 2010
^_^ Segenggam Garam ^_^
Seorang guru sufi mendatangi seorang muridnya ketika wajahnya belakangan ini selalu tampak murung.
“Kenapa kau selalu murung, nak? Bukankah banyak hal yang indah di dunia ini? Kemana perginya wajah bersyukurmu?” Sang Guru bertanya.
“Guru, belakangan ini hidup saya penuh masalah. Sulit bagi saya untuk tersenyum. Masalah datang seperti tak ada habis-habisnya,” jawab sang murid muda.
Sang Guru terkekeh. “Nak, ambil segelas air dan dua genggam garam. Bawalah kemari. Biar kuperbaiki suasana hatimu itu.”
Si murid pun beranjak pelan tanpa semangat. Ia laksanakan permintaan gurunya itu, lalu kembali lagi membawa gelas dan garam sebagaimana yang diminta.
“Coba ambil segenggam garam, dan masukkan ke segelas air itu,” kata Sang Guru.”Setelah itu coba kau minum airnya sedikit.”
Si murid pun melakukannya.Wajahnya kini meringis karena meminum air asin.
“Bagaimana rasanya?” tanya Sang Guru.
“Asin, dan perutku jadi mual,” jawab si murid dengan wajah yang masih meringis.
Sang Guru terkekeh-kekeh melihat wajah muridnya yang meringis keasinan. “Sekarang kau ikut aku.” Sang Guru membawa muridnya ke telaga di dekat tempat mereka.
“Ambil garam yang tersisa, dan tebarkan ke telaga.” Si murid menebarkan segenggam garam yang tersisa ke telaga, tanpa bicara. Rasa asin di mulutnya belum hilang. Ia ingin meludahkan rasa asin dari mulutnya, tapi tak dilakukannya. Rasanya tak sopan meludah di hadapan guru, begitu pikirnya.
“Sekarang, coba kau minum air telaga itu,” kata Sang Guru sambil mencari batu yang cukup datar untuk didudukinya, tepat di pinggir telaga.
Si murid menangkupkan kedua tangannya, mengambil air telaga, dan membawanya kemulutnya lalu meneguknya. Ketika air telaga yang dingin dan segar mengalir ditenggorokannya, Sang Guru bertanya kepadanya, “Bagaimana rasanya?”
“Segar, segar sekali,” kata si murid sambil mengelap bibirnya dengan punggung tangannya.
Tentu saja, telaga ini berasal dari aliran sumber air di atas sana . Dan airnya mengalir menjadi sungai kecil di bawah. Dan sudah pasti, air telaga ini juga menghilangkan rasa asin yang tersisa di mulutnya.
“Terasakah rasa garam yang kau tebarkan tadi?” tanya sang guru
“Tidak sama sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi.
Sang Guru hanya tersenyum memperhatikannya, membiarkan muridnya itu meminum air telaga sampai puas.
“Nak,” kata Sang Guru setelah muridnya selesai minum. “Segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang, tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Allah, sesuai untuk dirimu. Jumlahnya tetap, segitu-segitu saja, tidak berkurang dan tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun dia seorang Nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.”
Si murid terdiam, mendengarkan.
“Tapi Nak, rasa ‘asin’ dari penderitaan yang dialami itu sangat tergantung dari besarnya hati yang menampungnya. Jadi Nak, supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan hati dalam dadamu menjadi seluas telaga agar kau bisa menikmati hidup”
http://mandacutie.wordpress.com/2009/11/06/segenggam-garam/
Sabtu, 25 Desember 2010
lipid
DEFFINISI / PENGERTIAN LIPID :
Lipid adalah Senyawa yg tak larut air , tetapi larut dlm solven organik (eter, benzena, chloroform, dll).
tdri atom C,H,O –seperti KH tetapi proporsinya berbeda. Beberapa lipid juga mengandung N dan P
Sifat kimia & sifat Fisiknya berbeda
Lipid = Lemak = pd suhu kamar berbentuk padat
Minyak = Oil = pd suhu kamar berbentuk Cair.
STRUKTUR KIMIA LIPID :
1. ASAM LEMAK
Struktur dasar lipid adalah Asam lemak CH3-(CH2)n-COOH
Jumlah atom C 4-6 = Short CFA ; C 8-12 = Medium CFA ; C 14-26 = Long CFA
Asam Lemak Jenuh (Saturated FA) & Tak Jenuh (Unsaturated FA)
Jumlah ikatan rangkap : MUFA Mono Unsaturated FA & Poli Unsaturated FA (PUFA ; 2 atau lebih ikatan rangkap).
PUFA Omega 3 & Omega 6 (dari molekul akhir omega)
Linoleat = C18:2 dari gugus COOH; Linolenat = C18:3 ; Arakhidonat = C20:4 ; Eicosa Pentaenoat = EPA = C20:5 ; Docosa Hexaenoat = DHA = C22:6
2.DERIVAT ASAM LEMAK
A. Ester Gliserol
Gliserol dari metabolisme glukosa, tdr dari 3 atom C yg mengikat –OH (gugus alkohol)
Kondensasi asam lemak + gliserol gliserida (MG, DG atau TG).
TG banyak tdpt pd lemak pangan
TG TG sederhana (gliserol +3 FA sama) & TG Kompleks ( >2 FA). Umumnya TG TG kompleks atau campuran. Contoh : Phospolipid (lesitin)
B. Ester Kholesterol
Kondensasi sterol kholesterol + FA
C. Glycolipid
Kondensasi gula (glukosa atau galaktosa) dg FA dan Nitrogen
Contoh: Cerebrrosid glycolipid yg banyak tdpt pd Otak (sebagian besar) ; sebagian kecil pada jaringan lain (liver, limpha, ginjal)
D. Sterol
Yg paling dikenal Kholesterol
Kontroversi antara Manfaat & dampaknya thdp penyakit jantung koroner.
MANFAAT : sbg prekursor beberpa senyawa penting, terutama hormon Steroid, produksi vitamin D dan garam empedu.
LEMAK DALAM PANGAN & TUBUH :
1. GLYSERIDA
• Jenis lemak yg paling banyak tdpt pd pangan (VS phospolipid & sterol)
• Ester dari gliserol (R-OH , C=3) dg asam lemak (R-COOH, C=4-22) Mono (1 AL), Di (2 AL), atau Tri Gliserida (3 AL).
• Gliserida (Lemak) di alam umumnya dlm bentuk TG (90 %), sebagian dlm bentuk MG & DG.
• TG AL bisa SAMA = TG sederhana ; atau AL BEDA = TG Campuran (mixed TG).
• Sifat lemak ditentukan oleh sifat AL penyusun-nya panjang rantai dan derajat saturasi atau kejenuhannya ada/tidaknya ikatan rangkap.
• Panjang rantai banyaknya atom C dlm kerangka AL menentukan sifat fisiknya pd suhu kamar (rantai pendek cair ; rantai panjang padat).
• Derajat saturasi = banyaknya atom H yg dapat terikat atom C pd kerangka AL Jenuh & Tdk Jenuh
• AL tdk jenuh MUFA (Mono Unsaturated FA) & PUFA ( Poly Unsaturated FA 2 atau lebih ikatan rangkap).
• P/S Ratio Ratio PUFA /SFA
• Indikator proporsi PUFA dan SFA
• P/S tinggi pd Lemak cair;
• TG yg PUFA >>> Cair pd suhu kamar (lemak nabati minyak jagung & kapas) KECUALI : Coconut & palm oil SFA >>> cair
• P/S rendah pada Lemak (fat) Padat atau minyak (Oils).
• TG yg SFA >>> (PUFA <<<) padat pd suhu kamar (lemak hewani & mentega) KECUALI pada Minyak ikan cair PUFA >>>
• pd lemak hewani, biasanya SFA >>>, sedang lemak nabati SFA rendah (kecuali pd minyak ikan dan ayam memp. P/S rasio yg tinggi).
• Untuk mengetahui tingkat ketidakjenuhan lemak dg test Iodine (tdk jenuh >> besar)
2. PHOSPOLIPID = Phospatida
• Senyawa derivat Lipid yg strukturnya mirip TG tetapi mempunyai gugus Phosphat pada salah satu AL-nya Giserol + AL + Phosphat
• Merupakan penyusun membran sel yg sangat penting karena memp. Sifat affinitas yg kuat thdp senyawa yg larut air & larut lemak sbg emulsifier .
• Phospholipid terdiri dari : Lecithin , Cephalin, dan Sphingomyelin.
• Lesitin Phospholipid yg paling banyak; sbg komponen membrane plasma eritrosit , dan tdpt pada semua sel Dalam industri banyak dipakai sbg emulsifier (mempunyai gugus polar & non polar)
• Cephalin tdpt pada thromboplastin yg penting untuk pembekuan darah.
• Sphingomyelin komponen penting pada jaringan otak dan lapisan serat syaraf pada myelin.
3. STEROL
• Struktur kimia tdk menyerupai lipid TETAPI Sifatnya yg sama dg lipid tdk larut air & larut dlm ether dimasukkan gol. Lipid.
• Banyak tdpt pd hormon dan prekursor Vitamin.
• STEROL yg paling banyak dikenal adalah Kholesterol
• KHOLESTEROL : bisa diproduksi tubuh & berasal dari pangan hewani (telur, liver); penyusun jar. Syaraf dan otak ; precursor Vitamin D dan hormon steroid ; komponen bile salts ; komponen membrane sel.
Lipid adalah Senyawa yg tak larut air , tetapi larut dlm solven organik (eter, benzena, chloroform, dll).
tdri atom C,H,O –seperti KH tetapi proporsinya berbeda. Beberapa lipid juga mengandung N dan P
Sifat kimia & sifat Fisiknya berbeda
Lipid = Lemak = pd suhu kamar berbentuk padat
Minyak = Oil = pd suhu kamar berbentuk Cair.
STRUKTUR KIMIA LIPID :
1. ASAM LEMAK
Struktur dasar lipid adalah Asam lemak CH3-(CH2)n-COOH
Jumlah atom C 4-6 = Short CFA ; C 8-12 = Medium CFA ; C 14-26 = Long CFA
Asam Lemak Jenuh (Saturated FA) & Tak Jenuh (Unsaturated FA)
Jumlah ikatan rangkap : MUFA Mono Unsaturated FA & Poli Unsaturated FA (PUFA ; 2 atau lebih ikatan rangkap).
PUFA Omega 3 & Omega 6 (dari molekul akhir omega)
Linoleat = C18:2 dari gugus COOH; Linolenat = C18:3 ; Arakhidonat = C20:4 ; Eicosa Pentaenoat = EPA = C20:5 ; Docosa Hexaenoat = DHA = C22:6
2.DERIVAT ASAM LEMAK
A. Ester Gliserol
Gliserol dari metabolisme glukosa, tdr dari 3 atom C yg mengikat –OH (gugus alkohol)
Kondensasi asam lemak + gliserol gliserida (MG, DG atau TG).
TG banyak tdpt pd lemak pangan
TG TG sederhana (gliserol +3 FA sama) & TG Kompleks ( >2 FA). Umumnya TG TG kompleks atau campuran. Contoh : Phospolipid (lesitin)
B. Ester Kholesterol
Kondensasi sterol kholesterol + FA
C. Glycolipid
Kondensasi gula (glukosa atau galaktosa) dg FA dan Nitrogen
Contoh: Cerebrrosid glycolipid yg banyak tdpt pd Otak (sebagian besar) ; sebagian kecil pada jaringan lain (liver, limpha, ginjal)
D. Sterol
Yg paling dikenal Kholesterol
Kontroversi antara Manfaat & dampaknya thdp penyakit jantung koroner.
MANFAAT : sbg prekursor beberpa senyawa penting, terutama hormon Steroid, produksi vitamin D dan garam empedu.
LEMAK DALAM PANGAN & TUBUH :
1. GLYSERIDA
• Jenis lemak yg paling banyak tdpt pd pangan (VS phospolipid & sterol)
• Ester dari gliserol (R-OH , C=3) dg asam lemak (R-COOH, C=4-22) Mono (1 AL), Di (2 AL), atau Tri Gliserida (3 AL).
• Gliserida (Lemak) di alam umumnya dlm bentuk TG (90 %), sebagian dlm bentuk MG & DG.
• TG AL bisa SAMA = TG sederhana ; atau AL BEDA = TG Campuran (mixed TG).
• Sifat lemak ditentukan oleh sifat AL penyusun-nya panjang rantai dan derajat saturasi atau kejenuhannya ada/tidaknya ikatan rangkap.
• Panjang rantai banyaknya atom C dlm kerangka AL menentukan sifat fisiknya pd suhu kamar (rantai pendek cair ; rantai panjang padat).
• Derajat saturasi = banyaknya atom H yg dapat terikat atom C pd kerangka AL Jenuh & Tdk Jenuh
• AL tdk jenuh MUFA (Mono Unsaturated FA) & PUFA ( Poly Unsaturated FA 2 atau lebih ikatan rangkap).
• P/S Ratio Ratio PUFA /SFA
• Indikator proporsi PUFA dan SFA
• P/S tinggi pd Lemak cair;
• TG yg PUFA >>> Cair pd suhu kamar (lemak nabati minyak jagung & kapas) KECUALI : Coconut & palm oil SFA >>> cair
• P/S rendah pada Lemak (fat) Padat atau minyak (Oils).
• TG yg SFA >>> (PUFA <<<) padat pd suhu kamar (lemak hewani & mentega) KECUALI pada Minyak ikan cair PUFA >>>
• pd lemak hewani, biasanya SFA >>>, sedang lemak nabati SFA rendah (kecuali pd minyak ikan dan ayam memp. P/S rasio yg tinggi).
• Untuk mengetahui tingkat ketidakjenuhan lemak dg test Iodine (tdk jenuh >> besar)
2. PHOSPOLIPID = Phospatida
• Senyawa derivat Lipid yg strukturnya mirip TG tetapi mempunyai gugus Phosphat pada salah satu AL-nya Giserol + AL + Phosphat
• Merupakan penyusun membran sel yg sangat penting karena memp. Sifat affinitas yg kuat thdp senyawa yg larut air & larut lemak sbg emulsifier .
• Phospholipid terdiri dari : Lecithin , Cephalin, dan Sphingomyelin.
• Lesitin Phospholipid yg paling banyak; sbg komponen membrane plasma eritrosit , dan tdpt pada semua sel Dalam industri banyak dipakai sbg emulsifier (mempunyai gugus polar & non polar)
• Cephalin tdpt pada thromboplastin yg penting untuk pembekuan darah.
• Sphingomyelin komponen penting pada jaringan otak dan lapisan serat syaraf pada myelin.
3. STEROL
• Struktur kimia tdk menyerupai lipid TETAPI Sifatnya yg sama dg lipid tdk larut air & larut dlm ether dimasukkan gol. Lipid.
• Banyak tdpt pd hormon dan prekursor Vitamin.
• STEROL yg paling banyak dikenal adalah Kholesterol
• KHOLESTEROL : bisa diproduksi tubuh & berasal dari pangan hewani (telur, liver); penyusun jar. Syaraf dan otak ; precursor Vitamin D dan hormon steroid ; komponen bile salts ; komponen membrane sel.
Jumat, 24 Desember 2010
Cinta dan keinginan.
Kata yang singkat namun ketahuilah bahwasanya tanpanya dunia akan sepi dan hampa. Ibnu Qoyyim mengatakan: “…, maka setiap perbuatan dan gerakan di alam semesta ini adalah berasal dari cinta dan keinginan. Kedua hal itulah yang mengawali segala pekerjaan dan gerakan, sebagaimana benci dan ketidaksukaan yang mengawali untuk meninggalkan dan menahan diri dari sesuatu.”
Tak heran jika ada seseorang yang dengan relanya mengorbankan apa saja demi sesuatu yang dicintainya. Ibnu Qoyyim berkata: “Cinta menggerakkan seorang pecinta untuk mencari yang dicintainya, dan kecintaannya akan sempurna manakala ia telah mendapatkannya . Maka cinta itulah yang menggerakkan pecinta Arrahman, pecinta Al-Quran, pecinta ilmu dan iman, pecinta materi dan uang, pecinta berhala dan salib, pecinta wanita dan anak-anak, pecinta tanah dan air dan cinta pula yang menggerakkan pecinta saudara-saudaranya.”
Orang yang mencinta akan bergetar hatinya saat yang dicintainya disebutkan namanya. Tentang fenomena para pecinta, Ibnu Qoyyim menyebutkan:” Karena itu engkau dapati pecinta wanita dan anak-anak, pecinta nyanyian dan qur’an syetan, mereka tidak bergerak hatinya ketika mendengarkan ilmu dan kesaksian iman, juga tidak ketika dibacakan Al-Qur’an. Tetapi saat disebutkan yang dicintainya serta-merta bangkitlah jiwanya, tergeraklah lahir batinnya, karena rindu dan menikmati yang dicintainya, meski sekedar disebut namanya.”
Sungguh benar sekali apa yang telah dikatakan oleh Ibnu Qoyyim diatas. Dan tak ada yang bisa memahami apa yang telah beliau katakan kecuali orang yang pernah mencintai sesuatu. Jika ada seseorang mengatakan kepada orang yang ada dihadapannya: ”Saya mencintaimu !” apakah lantas orang tersebut percaya begitu saja tanpa bukti yang nyata?
Ibnu Qoyyim menyebutkan ada 20 tanda dan bukti cinta:
Pertama, menghunjamkan pandangan mata, pandangan mata seorang pecinta itu hanya tertuju pada orang yang dicintai.
Kedua, malu-malu jika orang yang dicintai memandangnya, maka dari itu didapati seorang pecinta hanya bisa memandang kebawah, kepermukaan tanah, disebabkan rasa sungkannya terhadap orang yang dicintainya.
Ketiga, banyak mengingat orang yang dicintai, membicarakan dan menyebut namanya.
Keempat, tunduk kepada perintah orang yang dicintai dan mendahulukannya daripada kepentingan diri sendiri.
Kelima, bersabar menghadapi gangguan orang yang dicintai, yaitu bersabar dalam menghadapi kedurhakaan dan bersabar dalam melaksanakan keputusan orang yang dicintai.
Keenam, memperhatikan perkataan orang yang dicintai dan mendengarkannya.
Ketujuh, mencintai tempat dan rumah sang kekasih
Kedelapan, segera menghampiri yang dicintai, kesibukan yang lain ditinggalkan dan menyukai apapun jalan yang bisa mendekatkan dirinya dengan orang yang dicintai.
Kesembilan, mencintai apapun yang dicintai sang kekasih
Kesepuluh, jalan yang terasa pendek -padahal panjang- saat mengunjungi sang kekasih
Kesebelas, salah tingkah jika sedang mengunjungi orang yang dicintai atau sedang dikunjungi orang yang dicintai
Keduabelas, kaget dan gemetar tatkala berhadapan dengan orang yang dicintai atau tatkala mendengar namanya disebut.
Ketigabelas, cemburu kepada orang yang dicintai, cemburunya akan bangkit jika kekasihnya dijahati dan dirampas haknya.
Keempatbelas, berkorban apa saja untuk mendapatkan keridhaan orang yang dicintai
Kelimabelas, menyenangi apa pun yang membuat senang orang yang dicintai
Keenambelas, suka menyendiri.
Ketujuhbelas, tunduk dan patuh kepada orang yang dicintai
Kedelapanbelas, helaan napas yang panjang dan kerap.
Kesembilanbelas, menghindari hal-hal yang merenggangkan hubungan dengan yang dicintai dan membuatnya marah
Keduapuluh, adanya kecocokan antara orang yang mencintai dan yang dicintai
Jika tanda dan bukti cinta itu telah ada maka yang perlu dipertanyakan ditujukan untuk siapakah perasaan cinta itu ? Ibnu Qoyyim menjelaskan setelah menjelaskan fenomena orang –orang yang mencinta :”Semua kecintaan tersebut adalah batil kecuali kecintaan kepada Allah dan konsekwensi dari kecintaan padaNya, yaitu cinta kepada rasul, kitab, agama dan para kekasihNya. Berbagai kecintaan inilah yang abadi dan abadi pula buah serta kenikmatannya sesuai dengan abadinya ketergantungan orang tersebut padaNya. Dan keutamaan cinta ini atas kecintaan kepada yang lain sama dengan keutamaan orang yang bergantung padaNya atas orang yang bergantung pada yang lain. Jika hubungan para pecinta terputus , juga terputus pula sebab-sebab cintanya, maka cinta kepadaNya akan tetap langgeng abadi.
Ada sebuah syair tulisan seseorang:
Sesuatu yang terlupa
biasanya tak berarti apa-apa
Sesuatu yang ingin dilupa
biasanya sesuatu yang pernah dicinta
Namun yang dicinta tak mau memperdulikannya
Sakit memang sakit hatinya
Dan itulah penyakit yang Lebih berat dari biasanya
ingin dia sembuhkan penyakitnya
Namun citra kekasih selalu membayanginya
Memang sembuhnya sakit kepala
Ternyata lebih mudah daripada sembuhnya orang yang dimabuk cinta
kemudian dia melanjutkan :
Orang yang dimabuk asmara
bagaikan orang yang terkena panah kaki dan tangannya
dengan kedalaman yang sungguh mengena
Jika dicabut kan terasa benar sakitnya
Jika dibiarkan kan terhambat gerak dan langkahnya
Sungguh sakit jika tak dihiraukan oleh yang dicinta
Bagaimana jika tak dihiraukan oleh Sang Pencipta
Tatkala semua makhluk membutuhkanNya
Tak ada cinta yang benar-benar membuat sehat hati manusia
Kecuali cinta karena Allah dan RasulNYa
Setiap orang menginginkannya
Namun sayang enggan meniti jalannya
Jika sesorang mengatakan:” Saya mencintai Allah dan Rasulnya !” namun anehnya dia malah melakukan perbuatan-perbuatan yang membuat marah Allah ‘azza wa jalla maka patut dipertanyakan padanya bagaimana kesungguhan cintanya kepadaNya.
Allah berfirman yang artinnya: “Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikuti aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ “ (Ali imron :31)
Sumber bacaan:
Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin (terjemahan) Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah, pustaka Al Kautsar
Mawaridul Aman Al- Muntaqa min Ighatsatul Lahfan fi Mashayidisy Syaithan (terjemahan), Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah editor syaikh Ali Hasan Abdul Hamid, Darul Falah
sumber
seseorang teman di kampus yang memebrikan artikel ini
Tak heran jika ada seseorang yang dengan relanya mengorbankan apa saja demi sesuatu yang dicintainya. Ibnu Qoyyim berkata: “Cinta menggerakkan seorang pecinta untuk mencari yang dicintainya, dan kecintaannya akan sempurna manakala ia telah mendapatkannya . Maka cinta itulah yang menggerakkan pecinta Arrahman, pecinta Al-Quran, pecinta ilmu dan iman, pecinta materi dan uang, pecinta berhala dan salib, pecinta wanita dan anak-anak, pecinta tanah dan air dan cinta pula yang menggerakkan pecinta saudara-saudaranya.”
Orang yang mencinta akan bergetar hatinya saat yang dicintainya disebutkan namanya. Tentang fenomena para pecinta, Ibnu Qoyyim menyebutkan:” Karena itu engkau dapati pecinta wanita dan anak-anak, pecinta nyanyian dan qur’an syetan, mereka tidak bergerak hatinya ketika mendengarkan ilmu dan kesaksian iman, juga tidak ketika dibacakan Al-Qur’an. Tetapi saat disebutkan yang dicintainya serta-merta bangkitlah jiwanya, tergeraklah lahir batinnya, karena rindu dan menikmati yang dicintainya, meski sekedar disebut namanya.”
Sungguh benar sekali apa yang telah dikatakan oleh Ibnu Qoyyim diatas. Dan tak ada yang bisa memahami apa yang telah beliau katakan kecuali orang yang pernah mencintai sesuatu. Jika ada seseorang mengatakan kepada orang yang ada dihadapannya: ”Saya mencintaimu !” apakah lantas orang tersebut percaya begitu saja tanpa bukti yang nyata?
Ibnu Qoyyim menyebutkan ada 20 tanda dan bukti cinta:
Pertama, menghunjamkan pandangan mata, pandangan mata seorang pecinta itu hanya tertuju pada orang yang dicintai.
Kedua, malu-malu jika orang yang dicintai memandangnya, maka dari itu didapati seorang pecinta hanya bisa memandang kebawah, kepermukaan tanah, disebabkan rasa sungkannya terhadap orang yang dicintainya.
Ketiga, banyak mengingat orang yang dicintai, membicarakan dan menyebut namanya.
Keempat, tunduk kepada perintah orang yang dicintai dan mendahulukannya daripada kepentingan diri sendiri.
Kelima, bersabar menghadapi gangguan orang yang dicintai, yaitu bersabar dalam menghadapi kedurhakaan dan bersabar dalam melaksanakan keputusan orang yang dicintai.
Keenam, memperhatikan perkataan orang yang dicintai dan mendengarkannya.
Ketujuh, mencintai tempat dan rumah sang kekasih
Kedelapan, segera menghampiri yang dicintai, kesibukan yang lain ditinggalkan dan menyukai apapun jalan yang bisa mendekatkan dirinya dengan orang yang dicintai.
Kesembilan, mencintai apapun yang dicintai sang kekasih
Kesepuluh, jalan yang terasa pendek -padahal panjang- saat mengunjungi sang kekasih
Kesebelas, salah tingkah jika sedang mengunjungi orang yang dicintai atau sedang dikunjungi orang yang dicintai
Keduabelas, kaget dan gemetar tatkala berhadapan dengan orang yang dicintai atau tatkala mendengar namanya disebut.
Ketigabelas, cemburu kepada orang yang dicintai, cemburunya akan bangkit jika kekasihnya dijahati dan dirampas haknya.
Keempatbelas, berkorban apa saja untuk mendapatkan keridhaan orang yang dicintai
Kelimabelas, menyenangi apa pun yang membuat senang orang yang dicintai
Keenambelas, suka menyendiri.
Ketujuhbelas, tunduk dan patuh kepada orang yang dicintai
Kedelapanbelas, helaan napas yang panjang dan kerap.
Kesembilanbelas, menghindari hal-hal yang merenggangkan hubungan dengan yang dicintai dan membuatnya marah
Keduapuluh, adanya kecocokan antara orang yang mencintai dan yang dicintai
Jika tanda dan bukti cinta itu telah ada maka yang perlu dipertanyakan ditujukan untuk siapakah perasaan cinta itu ? Ibnu Qoyyim menjelaskan setelah menjelaskan fenomena orang –orang yang mencinta :”Semua kecintaan tersebut adalah batil kecuali kecintaan kepada Allah dan konsekwensi dari kecintaan padaNya, yaitu cinta kepada rasul, kitab, agama dan para kekasihNya. Berbagai kecintaan inilah yang abadi dan abadi pula buah serta kenikmatannya sesuai dengan abadinya ketergantungan orang tersebut padaNya. Dan keutamaan cinta ini atas kecintaan kepada yang lain sama dengan keutamaan orang yang bergantung padaNya atas orang yang bergantung pada yang lain. Jika hubungan para pecinta terputus , juga terputus pula sebab-sebab cintanya, maka cinta kepadaNya akan tetap langgeng abadi.
Ada sebuah syair tulisan seseorang:
Sesuatu yang terlupa
biasanya tak berarti apa-apa
Sesuatu yang ingin dilupa
biasanya sesuatu yang pernah dicinta
Namun yang dicinta tak mau memperdulikannya
Sakit memang sakit hatinya
Dan itulah penyakit yang Lebih berat dari biasanya
ingin dia sembuhkan penyakitnya
Namun citra kekasih selalu membayanginya
Memang sembuhnya sakit kepala
Ternyata lebih mudah daripada sembuhnya orang yang dimabuk cinta
kemudian dia melanjutkan :
Orang yang dimabuk asmara
bagaikan orang yang terkena panah kaki dan tangannya
dengan kedalaman yang sungguh mengena
Jika dicabut kan terasa benar sakitnya
Jika dibiarkan kan terhambat gerak dan langkahnya
Sungguh sakit jika tak dihiraukan oleh yang dicinta
Bagaimana jika tak dihiraukan oleh Sang Pencipta
Tatkala semua makhluk membutuhkanNya
Tak ada cinta yang benar-benar membuat sehat hati manusia
Kecuali cinta karena Allah dan RasulNYa
Setiap orang menginginkannya
Namun sayang enggan meniti jalannya
Jika sesorang mengatakan:” Saya mencintai Allah dan Rasulnya !” namun anehnya dia malah melakukan perbuatan-perbuatan yang membuat marah Allah ‘azza wa jalla maka patut dipertanyakan padanya bagaimana kesungguhan cintanya kepadaNya.
Allah berfirman yang artinnya: “Katakanlah, ‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikuti aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ “ (Ali imron :31)
Sumber bacaan:
Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin (terjemahan) Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah, pustaka Al Kautsar
Mawaridul Aman Al- Muntaqa min Ighatsatul Lahfan fi Mashayidisy Syaithan (terjemahan), Ibnu Qoyyim Al Jauziyyah editor syaikh Ali Hasan Abdul Hamid, Darul Falah
sumber
seseorang teman di kampus yang memebrikan artikel ini
Kamis, 23 Desember 2010
Makna Sebuah Perubahan.
Cepat atau lambat, akan datang masa-masa kritis dalam kehidupan
kita. Dan reaksi kita sesungguhnya sedikit atau banyak akan
menentukan kualitas kebahagiaan dan sukses kita di masa depan.
Sejak awal hidup kita, tiap-tiap diri sesungguhnya telah
ditakdirkan untuk menjumpai bencana.
Lihatlah lebih cermat lagi, maka kita akan mendapati bahwa
situasi krisis sesungguhnya adalah kesempatan untuk terus
maju, atau berhenti. Perubahan dalam hidup kita bisa memberi
kita "inspirasi" atau "keputusasaan".
Berikanlah makna pada perubahan, dan transformasikan menjadi
sesuatu yang berharga. Pertumbuhan kepribadian kita seharusnya
adalah proses merespon perubahan secara positif.
Bebatuan yang berharga bukanlah sesuatu yang yang bisa kita
gosok tanpa menimbulkan keretakan. Begitu juga hidup, jangan
kita bilang kita sempurna tanpa melewati ujian.
sumber:
teman di kampus yang memberikn cerita
kita. Dan reaksi kita sesungguhnya sedikit atau banyak akan
menentukan kualitas kebahagiaan dan sukses kita di masa depan.
Sejak awal hidup kita, tiap-tiap diri sesungguhnya telah
ditakdirkan untuk menjumpai bencana.
Lihatlah lebih cermat lagi, maka kita akan mendapati bahwa
situasi krisis sesungguhnya adalah kesempatan untuk terus
maju, atau berhenti. Perubahan dalam hidup kita bisa memberi
kita "inspirasi" atau "keputusasaan".
Berikanlah makna pada perubahan, dan transformasikan menjadi
sesuatu yang berharga. Pertumbuhan kepribadian kita seharusnya
adalah proses merespon perubahan secara positif.
Bebatuan yang berharga bukanlah sesuatu yang yang bisa kita
gosok tanpa menimbulkan keretakan. Begitu juga hidup, jangan
kita bilang kita sempurna tanpa melewati ujian.
sumber:
teman di kampus yang memberikn cerita
Rencana Tuhan Pasti Indah
Ketika aku masih kecil, waktu itu ibuku sedang menyulam sehelai kain. Aku yang sedang bermain di lantai, melihat ke atas dan bertanya, apa yang ia lakukan. Ia menerangkan bahwa ia sedang menyulam sesuatu di atas sehelai kain. Tetapi aku memberitahu kepadanya, bahwa yang kulihat dari bawah adalah benang ruwet.
Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut: "Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu menyelesaikan sulaman ini; nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas."
Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu Semrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil, " Anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan ibu. "
Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah benang-benang yang ruwet.
Kemudian ibu berkata,"Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau, tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, ibu hanya mengikutinya. Sekarang, dengan melihatnya dari atas kamu dapat melihat keindahan dari apa yang ibu lakukan.
Sering selama bertahun-tahun, aku melihat ke atas dan bertanya kepada Allah, "Allah, apa yang Engkau lakukan?"
Ia menjawab: " Aku sedang menyulam kehidupanmu."
Dan aku membantah," Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?"
Kemudian Allah menjawab," Hambaku, kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu dibumi ini. Satu saat nanti Aku akan memanggilmu ke sorga dan mendudukkan kamu di pangkuanKu, dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu."
sumber
seorang rekan di kampus yang memberikan cerita ini
Ibu dengan tersenyum memandangiku dan berkata dengan lembut: "Anakku, lanjutkanlah permainanmu, sementara ibu menyelesaikan sulaman ini; nanti setelah selesai, kamu akan kupanggil dan kududukkan di atas pangkuan ibu dan kamu dapat melihat sulaman ini dari atas."
Aku heran, mengapa ibu menggunakan benang hitam dan putih, begitu Semrawut menurut pandanganku. Beberapa saat kemudian, aku mendengar suara ibu memanggil, " Anakku, mari kesini, dan duduklah di pangkuan ibu. "
Waktu aku lakukan itu, aku heran dan kagum melihat bunga-bunga yang indah, dengan latar belakang pemandangan matahari yang sedang terbit, sungguh indah sekali. Aku hampir tidak percaya melihatnya, karena dari bawah yang aku lihat hanyalah benang-benang yang ruwet.
Kemudian ibu berkata,"Anakku, dari bawah memang nampak ruwet dan kacau, tetapi engkau tidak menyadari bahwa di atas kain ini sudah ada gambar yang direncanakan, sebuah pola, ibu hanya mengikutinya. Sekarang, dengan melihatnya dari atas kamu dapat melihat keindahan dari apa yang ibu lakukan.
Sering selama bertahun-tahun, aku melihat ke atas dan bertanya kepada Allah, "Allah, apa yang Engkau lakukan?"
Ia menjawab: " Aku sedang menyulam kehidupanmu."
Dan aku membantah," Tetapi nampaknya hidup ini ruwet, benang-benangnya banyak yang hitam, mengapa tidak semuanya memakai warna yang cerah?"
Kemudian Allah menjawab," Hambaku, kamu teruskan pekerjaanmu, dan Aku juga menyelesaikan pekerjaanKu dibumi ini. Satu saat nanti Aku akan memanggilmu ke sorga dan mendudukkan kamu di pangkuanKu, dan kamu akan melihat rencanaKu yang indah dari sisiKu."
sumber
seorang rekan di kampus yang memberikan cerita ini
Selasa, 21 Desember 2010
Tips Menciptakan Rumah Tangga Yang Harmonis
Bagi setiap pasangan yang sudah menikah tentunya impian jangka panjang mereka adalah ingin selalu menciptakan suasana rumah tangga yang harmonis, nyaman, dan selalu saling membahagiakan satu sama lainnya. Menciptakan rumah tangga atau keluarga yang harmonis tidaklah semudah membicarakannya karena pada prakteknya banyak sekali hal-hal yang membuat suasana dalam rumah tangga menjadi keruh sehingga menimbulkan ketidaknyamanan bagi pasangan maupun anak-anak kelak.
Biasanya diawali dengan pertengkaran-pertengkaran kecil yang jika dibiarkan tanpa diselesaikan justru akan membuat masalah besar dalam rumah tangga. Ribut-ribut kecil dalam rumah tangga inilah yang seharusnya segera diselesaikan dengan cara saling membicarakan pendapat masing-masing tanpa sikap emosional.
Berikut ini adalah tips untuk menciptakan rumah tangga yang harmonis yang mudah-mudahan jika diterapkan akan bermanfaat buat kita semua :
1. Saling bersikap jujur dan terbuka terhadap pasangan
2. Saling berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga
3. Hindari sikap emosional dan egois dalam menghadapi masalah keluarga
4. Membuat komitmen jangka panjang dengan pasangan
5. Mengutamakan kebersamaan dalam keluarga
6. Bijak dan tegas dalam menghadapi masalah serta selalu memegang teguh ajaran agama
7. Tidak membawa masalah dari luar ke dalam rumah tangga
8. Berikan perhatian penuh pada anak dan masa depannya
9. Biasakan gaya hidup yang sehat dalam keluarga
10. Memilih lokasi tempat tinggal yang baik untuk keluarga
11. Menjalin silaturahmi dengan keluarga pasangan secara baik
12. Perhatikan lingkungan sekitar dan bersosialisasilah dengan baik
Adakalanya pasangan suami istri yang bekerja merasa hubungannya tidak semesra dulu seperti pada saat pertama kali berumah tangga. Beberapa riset membuktikan, untuk menghidupkan kembali hubungan suami istri seperti ketika pertama kali menikah, keduanya perlu meluangkan waktu bersama seperti bulan madu kembali (re-honeymoon), hal itu kemungkinan besar membuat hubungan akan menjadi membaik.
sumber
http://www.dechacare.com/Tips-Menciptakan-Rumah-Tangga-Yang-Harmonis-I808.html
Biasanya diawali dengan pertengkaran-pertengkaran kecil yang jika dibiarkan tanpa diselesaikan justru akan membuat masalah besar dalam rumah tangga. Ribut-ribut kecil dalam rumah tangga inilah yang seharusnya segera diselesaikan dengan cara saling membicarakan pendapat masing-masing tanpa sikap emosional.
Berikut ini adalah tips untuk menciptakan rumah tangga yang harmonis yang mudah-mudahan jika diterapkan akan bermanfaat buat kita semua :
1. Saling bersikap jujur dan terbuka terhadap pasangan
2. Saling berusaha menciptakan suasana yang menyenangkan dalam keluarga
3. Hindari sikap emosional dan egois dalam menghadapi masalah keluarga
4. Membuat komitmen jangka panjang dengan pasangan
5. Mengutamakan kebersamaan dalam keluarga
6. Bijak dan tegas dalam menghadapi masalah serta selalu memegang teguh ajaran agama
7. Tidak membawa masalah dari luar ke dalam rumah tangga
8. Berikan perhatian penuh pada anak dan masa depannya
9. Biasakan gaya hidup yang sehat dalam keluarga
10. Memilih lokasi tempat tinggal yang baik untuk keluarga
11. Menjalin silaturahmi dengan keluarga pasangan secara baik
12. Perhatikan lingkungan sekitar dan bersosialisasilah dengan baik
Adakalanya pasangan suami istri yang bekerja merasa hubungannya tidak semesra dulu seperti pada saat pertama kali berumah tangga. Beberapa riset membuktikan, untuk menghidupkan kembali hubungan suami istri seperti ketika pertama kali menikah, keduanya perlu meluangkan waktu bersama seperti bulan madu kembali (re-honeymoon), hal itu kemungkinan besar membuat hubungan akan menjadi membaik.
sumber
http://www.dechacare.com/Tips-Menciptakan-Rumah-Tangga-Yang-Harmonis-I808.html
Ada Apa Dengan Lupus ?????
Penyakit Lupus secara umum merupakan kelainan yang bersifat kronik pada masalah imunitas tubuh. Manusia memiliki sistem kekebalan tubuh yang berfungsi untuk menyerang benda asing, virus, bakteri atau kuman yang dapat menyebabkan penyakit. Tetapi, pada penderita penyakit Lupus, sistem kekebalan yang harusnya berfungsi sebagai pelindung tubuh mengalami kelainan. Tubuh tidak dapat membedakan antara benda asing yang harus dimusnahkan dengan jaringan tubuh sendiri yang bermanfaat untuk kelangsungan hidup.
Akibatnya, yang diserang adalah jaringan tubuh sendiri dan menyebabkan kerusakan pada organ tubuh seperti pada paru-paru, darah, kulit, ginjal, otak, jantung, dan lainnya. Kerusakan pada organ tubuh vital selanjutnya menyebabkan penderita Lupus yang disebut Odapus semakin lemah dan sakit.
Jenis Lupus
Beberapa jenis penyakit Lupus ada yang berbahaya dan ada juga yang kurang berbahaya. Tidak semua penyakit Lupus menyerang organ vital. Ada juga yang hanya menyerang jaringan kulit. Berikut ini beberapa jenis penyakit Lupus.
*
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
SLE dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai Lupus Eritematosus Sistemik (LES). Penyakit ini sangat berbahaya karena menyerang organ dalam tubuh yang vital. Eritematosus sendiri berarti kemerahan. Itu adalah karakteristik penyakit ini yaitu ada tanda atau bercak kemerahan.
*
Dicoid Lupus
Jenis Lupus ini hanya menyerang kulit. Biasanya muncul bercak merah pada kulit.
*
Drug Induced Lupus
Penyakit Lupus ini dipicu karena mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
Gejala dan Deteksi Lupus
Gejala penyakit Lupus bisa berbeda-beda pada tiap penderitanya. Itu sebabnya seseorang yang menderita penyakit ini sulit mendeteksi penyakit tersebut. Bahkan, gejalanya dapat menyerupai gejala penyakit lain.
Hal ini disebabkan karena organ tubuh yang diserang bisa berbeda pada tiap penderitanya. Misalnya, bila yang diserang adalah darah, maka gejalanya mirip dengan orang yang menderita anemia. Bila yang diserang mulut, maka penderita dapat mengalami sariawan yang berkepanjangan yang dapat dianggap sebagai gejala kekurangan vitamin C.
Beberapa gejala yang umum pada penyakit ini adalah munculnya bercak merah pada hidung dan kedua pipi membentuk seperti kupu-kupu yang disebut butterfly rash. Bercak dapat pula terjadi pada tubuh. Dalam tahap lanjut, penyakit ini dapat menyebabkan kerontokan rambut, rasa lelah yang berlebihan, kerusakan pada organ tubuh. Penderita Lupus mengalami gejala seperti pada orang yang menderita kanker.
Maka, cara mengetahui apakah seseorang tersebut menderita Lupus atau tidak yaitu dengan melakukan tes antinuclear antibodies (ANA). Jika hasil tes positif maka kemungkinan besar orang tersebut mengidap penyakit Lupus.
Penyebab Penyakit Lupus
Lupus bukanlah penyakit menular dan sebagian besar penderitanya adalah wanita pada usia produktif sehingga sering dianggap penyakit wanita. Faktor keturunan bukan sebagai penyebab langsung penyakit ini. Walau mungkin, dari orang tua diperoleh gen yang abnormal yang berpotensi untuk penyakit ini, tetapi ada faktor lain sehingga penyakit ini dapat terjadi. Dugaan para ahli tentang penyebab penyakit ini adalah karena faktor hormon, tetapi belum diketahui hormon mana penyebabnya.
Pengobatan pada Odapus
Untuk mengobati Odapus atau penderita penyakit Lupus adalah dengan mengurangi keluhan sakit akibat kerusakan organ tubuh. Pengobatan dilakukan dengan upaya khusus agar penyakit ini tidak menyerang organ tubuh lainnya yang dapat menyebabkan keluhan lebih parah akibat komplikasi.
Perlu diperhatikan juga faktor lingkungan yang dapat memperparah keadaan odapus. Misalnya dengan mengontrol makanan, mencegah agar tidak stres, pemilihan bila harus menggunakan obat-obatan, serta mencegah agar kulit tidak secara langsung terkena sinar matahari yang mengandung UV.
Bantuan untuk Odapus
Karena tidak menular, Anda tidak perlu kuatir bila harus berhubungan dengan penderita penyakit Lupus. Sebaliknya, Anda dapat membantunya dengan memberi dukungan dalam bentuk perhatian dan membantu agar penderita bisa menerima keadaan sehingga tidak menjadi stres.
Penyakit ini merupakan pertarungan seumur hidup. Karena jangka waktu yang cukup lama, banyak Odapus (penderita Lupus) maupun anggota keluarga menjadi stres menghadapinya.
Namun penyakit ini bisa dihadapi. Banyak yang juga berhasil menghadapi penyakit Lupus. Selalu komunikasikan dengan dokter mengenai penyakit ini. Dukung Odapus agar mereka lebih terbuka pikirannya dan tidak menjadi takut berlebihan karena dapat memperburuk kondisi Odapus. Coba untuk memiliki rasa humor karena itu bisa membantu. Penyakit bukan hal yang lucu, tetapi kita harus mencoba untuk tetap memiliki rasa humor agar tidak terlalu stres.
Dukungan juga dapat diberikan pada anggota keluarga Odapus, karena dibutuhkan kesabaran untuk merawat penderita penyakit Lupus. Karena penyakit ini bersifat menahun bahkan dapat seumur hidup. Jangan menyerah jika Anda atau anggota keluarga ada yang menderita Lupus.
sumber
http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/267-penyakit-lupus.html#lupus
Akibatnya, yang diserang adalah jaringan tubuh sendiri dan menyebabkan kerusakan pada organ tubuh seperti pada paru-paru, darah, kulit, ginjal, otak, jantung, dan lainnya. Kerusakan pada organ tubuh vital selanjutnya menyebabkan penderita Lupus yang disebut Odapus semakin lemah dan sakit.
Jenis Lupus
Beberapa jenis penyakit Lupus ada yang berbahaya dan ada juga yang kurang berbahaya. Tidak semua penyakit Lupus menyerang organ vital. Ada juga yang hanya menyerang jaringan kulit. Berikut ini beberapa jenis penyakit Lupus.
*
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
SLE dalam Bahasa Indonesia disebut sebagai Lupus Eritematosus Sistemik (LES). Penyakit ini sangat berbahaya karena menyerang organ dalam tubuh yang vital. Eritematosus sendiri berarti kemerahan. Itu adalah karakteristik penyakit ini yaitu ada tanda atau bercak kemerahan.
*
Dicoid Lupus
Jenis Lupus ini hanya menyerang kulit. Biasanya muncul bercak merah pada kulit.
*
Drug Induced Lupus
Penyakit Lupus ini dipicu karena mengkonsumsi obat-obatan tertentu.
Gejala dan Deteksi Lupus
Gejala penyakit Lupus bisa berbeda-beda pada tiap penderitanya. Itu sebabnya seseorang yang menderita penyakit ini sulit mendeteksi penyakit tersebut. Bahkan, gejalanya dapat menyerupai gejala penyakit lain.
Hal ini disebabkan karena organ tubuh yang diserang bisa berbeda pada tiap penderitanya. Misalnya, bila yang diserang adalah darah, maka gejalanya mirip dengan orang yang menderita anemia. Bila yang diserang mulut, maka penderita dapat mengalami sariawan yang berkepanjangan yang dapat dianggap sebagai gejala kekurangan vitamin C.
Beberapa gejala yang umum pada penyakit ini adalah munculnya bercak merah pada hidung dan kedua pipi membentuk seperti kupu-kupu yang disebut butterfly rash. Bercak dapat pula terjadi pada tubuh. Dalam tahap lanjut, penyakit ini dapat menyebabkan kerontokan rambut, rasa lelah yang berlebihan, kerusakan pada organ tubuh. Penderita Lupus mengalami gejala seperti pada orang yang menderita kanker.
Maka, cara mengetahui apakah seseorang tersebut menderita Lupus atau tidak yaitu dengan melakukan tes antinuclear antibodies (ANA). Jika hasil tes positif maka kemungkinan besar orang tersebut mengidap penyakit Lupus.
Penyebab Penyakit Lupus
Lupus bukanlah penyakit menular dan sebagian besar penderitanya adalah wanita pada usia produktif sehingga sering dianggap penyakit wanita. Faktor keturunan bukan sebagai penyebab langsung penyakit ini. Walau mungkin, dari orang tua diperoleh gen yang abnormal yang berpotensi untuk penyakit ini, tetapi ada faktor lain sehingga penyakit ini dapat terjadi. Dugaan para ahli tentang penyebab penyakit ini adalah karena faktor hormon, tetapi belum diketahui hormon mana penyebabnya.
Pengobatan pada Odapus
Untuk mengobati Odapus atau penderita penyakit Lupus adalah dengan mengurangi keluhan sakit akibat kerusakan organ tubuh. Pengobatan dilakukan dengan upaya khusus agar penyakit ini tidak menyerang organ tubuh lainnya yang dapat menyebabkan keluhan lebih parah akibat komplikasi.
Perlu diperhatikan juga faktor lingkungan yang dapat memperparah keadaan odapus. Misalnya dengan mengontrol makanan, mencegah agar tidak stres, pemilihan bila harus menggunakan obat-obatan, serta mencegah agar kulit tidak secara langsung terkena sinar matahari yang mengandung UV.
Bantuan untuk Odapus
Karena tidak menular, Anda tidak perlu kuatir bila harus berhubungan dengan penderita penyakit Lupus. Sebaliknya, Anda dapat membantunya dengan memberi dukungan dalam bentuk perhatian dan membantu agar penderita bisa menerima keadaan sehingga tidak menjadi stres.
Penyakit ini merupakan pertarungan seumur hidup. Karena jangka waktu yang cukup lama, banyak Odapus (penderita Lupus) maupun anggota keluarga menjadi stres menghadapinya.
Namun penyakit ini bisa dihadapi. Banyak yang juga berhasil menghadapi penyakit Lupus. Selalu komunikasikan dengan dokter mengenai penyakit ini. Dukung Odapus agar mereka lebih terbuka pikirannya dan tidak menjadi takut berlebihan karena dapat memperburuk kondisi Odapus. Coba untuk memiliki rasa humor karena itu bisa membantu. Penyakit bukan hal yang lucu, tetapi kita harus mencoba untuk tetap memiliki rasa humor agar tidak terlalu stres.
Dukungan juga dapat diberikan pada anggota keluarga Odapus, karena dibutuhkan kesabaran untuk merawat penderita penyakit Lupus. Karena penyakit ini bersifat menahun bahkan dapat seumur hidup. Jangan menyerah jika Anda atau anggota keluarga ada yang menderita Lupus.
sumber
http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/267-penyakit-lupus.html#lupus
Senin, 20 Desember 2010
video yang menyentuh hati
subhanawlooh
vidio yang menyentuh hati, walau tnpa mengerti bahasanya sekalipun, pesan kesedihan akan sampai jika kita menontonnya dari awal sampai akhir
sepakat kah???
silahkan ditonton
cara menonton yang disarankan
1. menonton disaat anda ingin membuktikan bahwa hati anda belum mati
2.matikan lampu
3. menonton di malam hari + sendiri lebih disaran kan
4.pasang pendengar di telinga anda
5.dan rasakan sensasiinya
membuat jaringan hotspot dengan tutup panci
Berbagai cara dilakukan oleh para penggila wifi untuk dapat meningkatkan kualitas tangkapan gain sinyal perangkat wifi mereka untuk menambah tangkapan sinyal dari akses point ataupun hotspot. Hal ini dilakukan pada umumnya untuk dapat terus menggunakan akses internet maupun sumber daya jaringan lain yang terhubung dengan akses point atau hotspot tersebut. Kualitas tangkapan sinyal dari sebuah perangkat wifi pada arsitektur 802.11 a/b/g atau n dalam menangkap sinyal wifi dari pancaran sebuah akses point atau hotspot pada umumnya dibatasi oleh beberapa hal. Faktor jarak yang relatif jauh dan juga factor hambatan lain seperti pemasangan sebuah hotspot yang tidak benar pada ruangan gedung yang tidak terjangkau juga menjadi salah satu sebab berkurangnya kualitas tangkapan sinyal pada perangkat wifi di komputer anda.
Beberapa alat tambahan dibuat dan dijual secara komersil oleh produsen perangkat wifi untuk dapat meningkatkan kualitas tangkapan sinyal perangkat wifi standar. Namun karena beberapa faktor seperti harganya yang cukup mahal membuat perangkat tersebut kurang begitu diminati oleh para konsumennya. Salah satu alat yang biasa digunakan untuk meningkatkan kualitas sebuah perangkat wifi adalah antenna wifi eksternal yang dapat anda jumpai pada toko-toko komputer di kota anda.
Namun bagi anda yang terlanjur membeli sebuah wifi USB adapter standard dan merasa tidak puas dengan hasil tangkapan sinyal wifi anda tersebut, maka anda dapat mengubah wifi USB adaptor anda tersebut menjadi sebuah antenna wifi USB eksternal dengan sedikit kreatifitas.
Antena Wifi USB atau biasa disebut dengan Uni-Directional Wifi Range Extender adalah sebuah perangkat tambahan pada sebuah komputer yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas tangkapan sinyal wireless standar dari jarak yang cukup jauh dengan menggunakan adapter USB Wifi standar.
Dalam pembuatan antenna Wifi USB ini kita tidak memerlukan modifikasi apapun pada adapter USB wifi standar kita ataupun mengubah bentuk fisik komputer (PC) anda. Hanya sebuah jalan pintas yang mudah untuk meningkatkan kekuatan sinyal dan jarak dari adaptor USB Wifi anda. Dan cara ini bekerja juga untuk seluruh jenis adaptor USB wifi standar yang biasa anda pakai.
Alat dan Bahan
Dalam proses pembuatannya, yang anda perlukan untuk membuat antenna Wifi USB ini adalah beberapa peralatan yang relatif murah, sederhana, dan mudah anda dapatkan di dalam rumah anda. Adapun bahan-bahan yang perlu disiapkan tersebut adalah :
* Tutup Panci/wajan penggorengan (bahan dari metal)
* Tang (untuk melubangi tutup panci)
* Lem Alteco (perekat)
* Permen Karet
* USB Wifi Adapter
* USB Extension Cable
Langkah Pertama – Membuka tutup panci
Ketika anda membeli sebuah tutup panci, pada umumnya tutup panci tersebut memiliki pegangan yang dapat dilepas dengan cara memutarnya. Bukalah pegangan tutup panci tersebut dengan cara memutar pegangan panci tersebut sehingga lubang pegangan tutup panci tersebut terbuka.
Langkah Kedua - Melubangi Tutup Panci
Tutup panci harus anda coak terlebih dahulu agar lubang yang tersedia cukup besar, dimana lubang tersebut nantinya berguna untuk menempatkan extension cable yang telah disiapkan. Gunakan tang untuk melubangi tutup panci tersebut. Lubangi bagian tengah tutup panci anda dengan cara di coak menggunakan tang yang telah disiapkan. Yang perlu di ingat adalah lubang yang dibuat harus pas untuk extension cable yang nanti akan ditancapkan pada tutup panci tersebut.
Langkah ketiga – Memasukkan USB extension cable
Masukkan bagian Female end dari USB extention cable anda (bagian kabel yang tidak konek ke komputer atau yang akan masuk ke dalam slot USB wifi adapter) kedalam lubang yang baru saja dilubangi. Jika belum pas, maka lubangi kembali tutup panci hingga sesuai dengan bagian tersebut.
Langkah Keempat – Memperkuat USB Extension Cable
Setelah USB extension cable telah terpasang pada tutup panci, kemudian rekatkan permen karet yang telah disiapkan (kunyah dulu sebelum direkatkan hingga permen karet lembek). Kemudian lem bagian tersebut hingga mengeras atau kuat dengan menggunakan lem alteco. Tujuan utama langkah ini adalah agar antara USB extension cable dan bagian metal tutup panci tersebut tidak bergoyang. Pastikan lem tersebut benar-benar kuat dengan cara mengelem pada kedua sisi konektor tersebut.
Langkah Kelima – Memasang USB wifi Adapter
Setelah lem merekat kuat pada bagian yang diinginkan, maka antenna wifi USB anda telah siap digunakan. Langkah terakhir adalah menempatkan USB wifi adapter anda kedalam port yang tersedia pada antenna wifi anda.
Langkah Terakhir – Memasang Antena
Langkah terakhir adalah menghubungkan male end USB antenna wifi anda tersebut (dari extension cable) ke dalam port USB di komputer anda. Ada baiknya jika anda menggunakan alat penyangga untuk menahan perangkat ini agar mudah digunakan dan diarahkan. Anda dapat menggunakan tripod handycam atau menempelkannya langsung pada jendela kamar anda.
Kini anda dapat menikmati kekuatan sinyal wifi yang kuat dari jarak yang relatif jauh. Nyalakan aplikasi Netstumber atau Kismet untuk melihat kekuatan gain sinyal wifi yang bisa anda dapatkan. Dan alat ini telah siap untuk ber-war driving sinyal wifi hotspot tetangga anda Namun perlu diingat bahwa alat ini digunakan untuk memfokuskan penangkapan sinyal pada target pemancar sinyal, sehingga pada penggunaannya, arahkanlah alat ini pada sebuah pemancar sinyal atau hotspot agar penggunaannya lebih maksimal.
sumber:
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6309945
Beberapa alat tambahan dibuat dan dijual secara komersil oleh produsen perangkat wifi untuk dapat meningkatkan kualitas tangkapan sinyal perangkat wifi standar. Namun karena beberapa faktor seperti harganya yang cukup mahal membuat perangkat tersebut kurang begitu diminati oleh para konsumennya. Salah satu alat yang biasa digunakan untuk meningkatkan kualitas sebuah perangkat wifi adalah antenna wifi eksternal yang dapat anda jumpai pada toko-toko komputer di kota anda.
Namun bagi anda yang terlanjur membeli sebuah wifi USB adapter standard dan merasa tidak puas dengan hasil tangkapan sinyal wifi anda tersebut, maka anda dapat mengubah wifi USB adaptor anda tersebut menjadi sebuah antenna wifi USB eksternal dengan sedikit kreatifitas.
Antena Wifi USB atau biasa disebut dengan Uni-Directional Wifi Range Extender adalah sebuah perangkat tambahan pada sebuah komputer yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas tangkapan sinyal wireless standar dari jarak yang cukup jauh dengan menggunakan adapter USB Wifi standar.
Dalam pembuatan antenna Wifi USB ini kita tidak memerlukan modifikasi apapun pada adapter USB wifi standar kita ataupun mengubah bentuk fisik komputer (PC) anda. Hanya sebuah jalan pintas yang mudah untuk meningkatkan kekuatan sinyal dan jarak dari adaptor USB Wifi anda. Dan cara ini bekerja juga untuk seluruh jenis adaptor USB wifi standar yang biasa anda pakai.
Alat dan Bahan
Dalam proses pembuatannya, yang anda perlukan untuk membuat antenna Wifi USB ini adalah beberapa peralatan yang relatif murah, sederhana, dan mudah anda dapatkan di dalam rumah anda. Adapun bahan-bahan yang perlu disiapkan tersebut adalah :
* Tutup Panci/wajan penggorengan (bahan dari metal)
* Tang (untuk melubangi tutup panci)
* Lem Alteco (perekat)
* Permen Karet
* USB Wifi Adapter
* USB Extension Cable
Langkah Pertama – Membuka tutup panci
Ketika anda membeli sebuah tutup panci, pada umumnya tutup panci tersebut memiliki pegangan yang dapat dilepas dengan cara memutarnya. Bukalah pegangan tutup panci tersebut dengan cara memutar pegangan panci tersebut sehingga lubang pegangan tutup panci tersebut terbuka.
Langkah Kedua - Melubangi Tutup Panci
Tutup panci harus anda coak terlebih dahulu agar lubang yang tersedia cukup besar, dimana lubang tersebut nantinya berguna untuk menempatkan extension cable yang telah disiapkan. Gunakan tang untuk melubangi tutup panci tersebut. Lubangi bagian tengah tutup panci anda dengan cara di coak menggunakan tang yang telah disiapkan. Yang perlu di ingat adalah lubang yang dibuat harus pas untuk extension cable yang nanti akan ditancapkan pada tutup panci tersebut.
Langkah ketiga – Memasukkan USB extension cable
Masukkan bagian Female end dari USB extention cable anda (bagian kabel yang tidak konek ke komputer atau yang akan masuk ke dalam slot USB wifi adapter) kedalam lubang yang baru saja dilubangi. Jika belum pas, maka lubangi kembali tutup panci hingga sesuai dengan bagian tersebut.
Langkah Keempat – Memperkuat USB Extension Cable
Setelah USB extension cable telah terpasang pada tutup panci, kemudian rekatkan permen karet yang telah disiapkan (kunyah dulu sebelum direkatkan hingga permen karet lembek). Kemudian lem bagian tersebut hingga mengeras atau kuat dengan menggunakan lem alteco. Tujuan utama langkah ini adalah agar antara USB extension cable dan bagian metal tutup panci tersebut tidak bergoyang. Pastikan lem tersebut benar-benar kuat dengan cara mengelem pada kedua sisi konektor tersebut.
Langkah Kelima – Memasang USB wifi Adapter
Setelah lem merekat kuat pada bagian yang diinginkan, maka antenna wifi USB anda telah siap digunakan. Langkah terakhir adalah menempatkan USB wifi adapter anda kedalam port yang tersedia pada antenna wifi anda.
Langkah Terakhir – Memasang Antena
Langkah terakhir adalah menghubungkan male end USB antenna wifi anda tersebut (dari extension cable) ke dalam port USB di komputer anda. Ada baiknya jika anda menggunakan alat penyangga untuk menahan perangkat ini agar mudah digunakan dan diarahkan. Anda dapat menggunakan tripod handycam atau menempelkannya langsung pada jendela kamar anda.
Kini anda dapat menikmati kekuatan sinyal wifi yang kuat dari jarak yang relatif jauh. Nyalakan aplikasi Netstumber atau Kismet untuk melihat kekuatan gain sinyal wifi yang bisa anda dapatkan. Dan alat ini telah siap untuk ber-war driving sinyal wifi hotspot tetangga anda Namun perlu diingat bahwa alat ini digunakan untuk memfokuskan penangkapan sinyal pada target pemancar sinyal, sehingga pada penggunaannya, arahkanlah alat ini pada sebuah pemancar sinyal atau hotspot agar penggunaannya lebih maksimal.
sumber:
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=6309945
Minggu, 19 Desember 2010
Jumat, 17 Desember 2010
Fakta - Fakta Seputar Asam Urat
Asam urat terjadi jika kadar uric acid di dalam ginjal tubuh terlalu berlebihan. Ginjal yang semestinya memfilter uric acid dan melepaskannya ke luar dari tubuh, gagal untuk bekerja secara normal.
Kadar uric acid yang tinggi di dalam darah akan menyebabkan kristal padat mengumpul di berbagai persendian. Ini menyebabkan rasa sakit pada si penderita.
Jika hal ini dibiarkan begitu saja, kristal-kristal uric acid akan menyebabkan pula kerusakan pada batu ginjal.
Beberapa jenis makanan dan minuman yang diketahui bisa meningkatkan kadar purin adalah:
1. Alkohol
2. Ikan hearing, sarden dan sebangsanya
3. Telur
4. Jeroan; semua bagian yang terdapat dalam perut hewan: usus, hati, jantung, babat, dan limpa.
Catatan : Mengonsumsi jeroan secara berlebihan akan menyebabkan memperburuk kerja enzim hipoksantin dalam mengolah purin.
A. Fakta-fakta seputar asam urat
1. Tidak semua keluhan sakit sendi dan bengkak yang mengikutinya berarti seseorang mengalami sakit asam urat. Untuk memastikan apakah benar orang tersebut sakit asam urat, hendaknya diperiksakan ke dokter.
2. Lebih sering diderita oleh pria, sementara kaum perempuan jarang sekali ditemukan kasusnya kecuali pada masa setelah menopause. Kaum perempuan jarang menderita penyakit asam urat karena memiliki hormon estrogen yang berfungsi membantu pembuangan asam lewat urine.
3. Iklan obat yang menawarkan penyembuhan terhadap sakit asam urat semakin mengacaukan pandangan umum terhadap kebenaran penyakit tersebut.
4. Kristal-kristal asam (uric acid) dihasilkan oleh metabolisme purin, salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh.
5. Seara alamiah, purin sudah dihasilkan oleh tubuh sebesar 85%. Jadi hanya dibutuhkan 15% purin yang berasal dari asupan makanan.
6. Makanan yang berasal dari hewan menghasilkan purin lebih besar dibandingkan makanan dari tumbuh-tumbuhan. Ini mengakibatkan orang yang suka makan daging lebih rentan untuk terjangkit penyakit asam urat.
7. Suku Maori memiliki prevalensi menderita penyakit asam urat paling besar di dunia. Sedangkan di Indonesia, penyakit asam urat diderita oleh masyarakat yang tinggal di pesisir pantai.
B. Penggolongan penyakit asam urat
1. Penyakit gout primer
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti. Bisa merupakan gabungan dari faktor genetik dan hormonal yang mengakibatkan produksi uric acid berlebihan sehingga menganggu metabolisme tubuh.
2. Penyakit gout sekunder
Ini disebabkan oleh cara mengonsumsi makanan yang tidak tepat. Orang yang menderita penyakit gout sekunder cenderung teledor dalam memilih makanan, lebih menyukai menyantap hidangan daging yang berpotensi meningkatkan kadar asam urat di dalam tubuh.
C. Penyebab penyakit Asam Urat
1. Penyakit darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia)
2. Penggunaan obat terlarang dan minuman beralkohol
3. Obesitas/Kegemukan
4. Penderita diabetes mellitus juga berpotensi memiliki penyakit asam urat
D. Kadar Uric Acid di dalam Darah
Pencatatan kadar uric acid di dalam darah dari laboratorium satu ke laboratorium lain beragam. Tergantung kondisi tubuh si pasien saat melakukan tes darah. Hasil biasanya bisa diperoleh antara 1 sampai 2 hari.
1. Untuk laki-laki :
3,4 - 7,0 miligram per desi Liter (mg/dL)
Atau 200 - 420 mikromol per Liter (mcmol/L)
2. Untuk perempuan :
2,4 - 6,0 mg/dL
Atau 140 - 360 mcmol/L
3. Untuk anak-anak :
2,5 - 5,5 mg/dL
sumber
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5337744
Kadar uric acid yang tinggi di dalam darah akan menyebabkan kristal padat mengumpul di berbagai persendian. Ini menyebabkan rasa sakit pada si penderita.
Jika hal ini dibiarkan begitu saja, kristal-kristal uric acid akan menyebabkan pula kerusakan pada batu ginjal.
Beberapa jenis makanan dan minuman yang diketahui bisa meningkatkan kadar purin adalah:
1. Alkohol
2. Ikan hearing, sarden dan sebangsanya
3. Telur
4. Jeroan; semua bagian yang terdapat dalam perut hewan: usus, hati, jantung, babat, dan limpa.
Catatan : Mengonsumsi jeroan secara berlebihan akan menyebabkan memperburuk kerja enzim hipoksantin dalam mengolah purin.
A. Fakta-fakta seputar asam urat
1. Tidak semua keluhan sakit sendi dan bengkak yang mengikutinya berarti seseorang mengalami sakit asam urat. Untuk memastikan apakah benar orang tersebut sakit asam urat, hendaknya diperiksakan ke dokter.
2. Lebih sering diderita oleh pria, sementara kaum perempuan jarang sekali ditemukan kasusnya kecuali pada masa setelah menopause. Kaum perempuan jarang menderita penyakit asam urat karena memiliki hormon estrogen yang berfungsi membantu pembuangan asam lewat urine.
3. Iklan obat yang menawarkan penyembuhan terhadap sakit asam urat semakin mengacaukan pandangan umum terhadap kebenaran penyakit tersebut.
4. Kristal-kristal asam (uric acid) dihasilkan oleh metabolisme purin, salah satu komponen asam nukleat yang terdapat pada inti sel-sel tubuh.
5. Seara alamiah, purin sudah dihasilkan oleh tubuh sebesar 85%. Jadi hanya dibutuhkan 15% purin yang berasal dari asupan makanan.
6. Makanan yang berasal dari hewan menghasilkan purin lebih besar dibandingkan makanan dari tumbuh-tumbuhan. Ini mengakibatkan orang yang suka makan daging lebih rentan untuk terjangkit penyakit asam urat.
7. Suku Maori memiliki prevalensi menderita penyakit asam urat paling besar di dunia. Sedangkan di Indonesia, penyakit asam urat diderita oleh masyarakat yang tinggal di pesisir pantai.
B. Penggolongan penyakit asam urat
1. Penyakit gout primer
Penyebab penyakit ini belum diketahui secara pasti. Bisa merupakan gabungan dari faktor genetik dan hormonal yang mengakibatkan produksi uric acid berlebihan sehingga menganggu metabolisme tubuh.
2. Penyakit gout sekunder
Ini disebabkan oleh cara mengonsumsi makanan yang tidak tepat. Orang yang menderita penyakit gout sekunder cenderung teledor dalam memilih makanan, lebih menyukai menyantap hidangan daging yang berpotensi meningkatkan kadar asam urat di dalam tubuh.
C. Penyebab penyakit Asam Urat
1. Penyakit darah (penyakit sumsum tulang, polisitemia)
2. Penggunaan obat terlarang dan minuman beralkohol
3. Obesitas/Kegemukan
4. Penderita diabetes mellitus juga berpotensi memiliki penyakit asam urat
D. Kadar Uric Acid di dalam Darah
Pencatatan kadar uric acid di dalam darah dari laboratorium satu ke laboratorium lain beragam. Tergantung kondisi tubuh si pasien saat melakukan tes darah. Hasil biasanya bisa diperoleh antara 1 sampai 2 hari.
1. Untuk laki-laki :
3,4 - 7,0 miligram per desi Liter (mg/dL)
Atau 200 - 420 mikromol per Liter (mcmol/L)
2. Untuk perempuan :
2,4 - 6,0 mg/dL
Atau 140 - 360 mcmol/L
3. Untuk anak-anak :
2,5 - 5,5 mg/dL
sumber
http://www.kaskus.us/showthread.php?t=5337744
RIJALUD-DA’WAH
رِجَالُ الدَّعْوَةِ
RIJALUD-DA’WAH
Oleh: Ahmad Madany
Jika kita membicarakan salah satu tokoh diantara tokoh ummat yang pernah hidup dalam perjalanan sejarah, kita akan menemukan persamaan antara tokoh yang satu dengan tokoh lainnya. Persamaan itu dapat kit ambil titik temunya, mereka adalah orang-orang yang memiliki:
1.Quwwatur-ruh
2.Quwwatul qalb.
Dengan kekuatan ini, kuat pula segala hal lain yang mereka miliki.
Benar apa yang diungkapkan oleh Bisyr Al Khothib yang dikutip oleh Syekh Ahmad Rasyid dalam kitabnya, katanya: “Cukuplah bagimu, engkau melihat orang-orang yang telah mati yang ketika sejarah hidupnya dipelajari hati menjadi hidup, sebagaimana ada pula manusia-manusia yang hidup diantara kita yang dengan melihatnya hati kita menjadi mati”.
Rasulullah saw pernah bersabda dalam sebuah hadits shahih yang banyak dikutip dalam buku-buku sirah, ketika para sahabat menceritakan kepribadian Umar ra, Rasulullah saw bersabda:
إِنَّهُ قَدْ كَانَ فِيمَا مَضَى قَبْلَكُمْ مِنَ الْأُمَمِ مُحَدَّثُونَ وَإِنَّهُ إِنْ كَانَ فِي أُمَّتِي هَذِهِ مِنْهُمْ فَإِنَّهُ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ (رواه أحمد والبخاري).
“Sesungguhnya pada setiap ummat ada orang yang mendapatkan ilham (muhaddits). Sesungguhnya jika di dalam ummatku ada muhaddits, maka dia adalah Umar”.
Jika kita membaca sejarah hidup Umar ra, kita akan menemukan bahwa beliau adalah orang yang memiliki banyak keistimewaan. Salah satunya adalah ilham yang dimilikinya. Suatu ketika, ketika beliau berdiri di mimbarnya, Allah memperlihatkan kepadanya perjalanan pertempuran antara Sariyyah dan Romawi, dari jarak ratusan, bahkan ribuan mil, Umar memerintahkan: “Wahai Sariyyah, berlindunglah ke balik gunung, berlindunglah ke gunung”. Para sahabat yang mendengar kebingungan, tapi diantara mereka tidak ada yang berprasangka bukan-bukan terhadap Umar. Ketika Sariyyah pulang dari pertempuran dengan membawa kemenangan, mereka bertanya: “Apakah kalian mendengat seruan Umar?”. Kata Sariyyah: “Kami mendengar dan kami mentaatinya”.
Dalam kesempatan lain, dalam kesendiriannya, Umar berkata: “Barang siapa dari keturunanku nanti memiliki luka di wajahnya, dia akan meramaikan dunia dengan keadilannya”.
Ketika Umar bin Abdul Aziz lahir, di wajahnya tidak ada luka. Tapi ketika ia masih kecil, dia pernah terluka di wajahnya ketika sedang bermain-main.
Ini sekaligus sebagai bukti kebenaran Ilham Umar ra.
Ketika Abdul Aziz bin Marwan (Bapaknya Umar bin Abdul Aziz) melihat hal itu, ia mengatakan: “Kalau engkau adalah orang yang diungkapkan oleh kakekmu dulu, engkaulah pemakmur dunia ini dengan keadilan”.
Kebenaran ini terbukti kemudian.
Tahun 99 H, Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah. Meskipun ia hanya menjabat sebagai khalifah selama dua tahun lima bulan, namun hasil kekhalifahannya terlihat jelas.
Dalam kitab Hayatush-Shahabah disebutkan, ketika Umar menjadi khalifah, adalah seorang pemuda yang menjadi rakyatnya yang setiap shalat digoda oleh wanita cantik untuk berbuat serong. Lama kelamaan ia tergoda dan melakukan perbuatan serong. Ia menyesal dan kemudian meninggal. Ketika Umar tidak melihat pemuda ini dalam jama’ah shalat, bertanyalah Umar tentang pemuda ini. Diceritakanlah kisah tentang pemuda itu. Karena kematiannya berada di tempat orang yang hanya pemuda itu dan si wanita, segeralah pemuda itu dikuburkan tanpa memberitahu orang lain. Ketika Umar ra mengetahui, ia bertanya: “Mengapa kalian lakukan yang demikian?”. Kemudian Umar ra ingin bicara langsung dengan pemuda itu. Umar ra kemudian mendatangi kuburan pemuda itu.
Dalam sejarah kita menemukan pula kejadian serupa dalam diri imam Syafi’i. Beliau adalah orang yang mendapatkan ilham. Muridnya yang empat: Ar-Rabi’ bin Sulaiman, Al Buwaithi, Al Muzani dan Ibnu Abdil Hakam, sebelum meninggal mengungkapkan kepada murid-muridnya tersebut, kamu akan menjadi ini, kamu akan menjadi ini dan sebagainya. Semua ucapan imam Syafi’i ini kemudian terbukti kebenarannya.
Pada dasa warsa ini, salah satu tokoh yang insya Allah mendapatkan ilham adalah asy-syahid imam Hasan Al Banna rahimahullah.
Kalau kita membaca buku Ikhwanul Muslimin; Ahdats Shana’at-Tarikh, kiat akan melihat bahwa perjalanan awal asy-syahid Sayiid Qutub, kelasnya selevel dengan “Nurcholis group”. Saat itu di Mesir terbit majalah sastra yang menjadi ajang pertemuan 20 sastrawan. Salah satu kubunya adalah para tokoh aliran sastra bebas yang dikomandani oleh Abbas Mahmud Al Aqqad, dan kubu lainnya adalah sastrawan muslim yang dikomandani oleh Musthofa Shadiq Ar-Rafi’i. Sayyid Qutub adalah murid pilihan Al Aqqad. Ketika Musthofa meninggal, Al Aqqad naik, karena tidak ada saingan, murid-muridnya diberi rangsangan untuk menulis.
Dalam sebuah surat kabar mingguan, Sayyid Qutub menulis makalah di mana dia menyerukan kepada para wanita muslimah untuk membuka auratnya, karena menutup aurat dianggap olehnya sebagai penghambat kemajuan wanita.
Tulisan ini dibaca oleh Ustadz Abdul Halim Mahmud dan beliau membuat tanggapan. Tapi sebelum tanggapan ini dimuat di media massa, Ustadz Abdul Halim mendiskusikannya terlebih dahulu dengan Imam Al Banna.
Kata Imam Al Banna: “Saya menyetujui 100 % tulisan kamu, tapi saya memiliki perasaan lain tentang orang ini, berilah beberapa pertimbangan:
Pertama: Dia masih muda, dan apa yang ditulisnya bukanlah dari otaknya sendiri, tapi dari lingkungannya.
Kedua: Anak muda biasanya menyenangi sensasi dan mencari musuh, apa yang dilakukan Sayyid Qutub oleh Imam Al Banna dinilai sebagai upaya mencari eksistensi diri.
Ketiga: karena dia masih muda, kita masih memiliki harapan, siapa tahu dia akan menjadi pemikul beban da’wah.
Pertimbangan yang lain, kata Imam Al Banna, dia (Sayyid) menulis di surat kabar yang tidak terlalu terkenal di Mesir ini. Kalaupun dikenal, makalah atau kolom, umumnya tidak terlalu menarik perhatian orang banyak untuk membacanya, apalagi kalau ditulis oleh seorang pemula yang belum memiliki nama. Kalau kita menanggapinya, orang-orang yang semula tidak tahu menjadi ingin mengetahuinya, dan orang-orang yang mungkin pernah membaca secara selintas akan mengulang kembali membacanya untuk mengenali muatan tulisan tersebut. Tujuan anak muda ini menulis adalah untuk mendapatkan serangan atau tantangan dari khayalak yang dengan serangan itu akan menaikkan dan mengangkat namanya. Imam Al Banna berkata lagi: “Kalau kita bantah tulisan itu, kita berarti menutup kesempatan diri pemuda itu untuk bertobat karena orang cenderung untuk membela diri jika kesalahannya diluruskan, apalagi bila pelurusan itu dilakukan di depan umum, ia akan membela dirinya mati-matian, meskipun dalam hati kecilnya ia menyadari kesalahan atau kekeliruannya. Dengan demikian, kalau tanggapan itu ita lakukan, berarti kita telah menutup kesempatan bertaubat bagi dirinya”.
Akhirnya Imam Al Banna mengatakan: “Wahai Mahmud, inilah pandanganku tentang orang ini, akan tetapi, kalau engkau tetap ingin mengirimkannya, silahkan saja”.
Ustadz Mahmud setuju untuk meninjau kembali rencana pengiriman tulisan itu, sehingga akhirnya tulisan itu tidak jadi dikirim.
Dan pada akhirnya, terbuktilah kebenaran perasaan Imam Al Banna, sebab pada akhir perjalanan hidupnya, Sayyid Qutub menjadi penopang dan pemikul beban da’wah dan iapun bergabung dengan jama’ah ini.
Hal itu merupakan bagian dari firasat seorang mukmin yang dimiliki oleh Imam Al Banna.
Untuk lebih jelasnya, mari kita ikuti perjalanan beliau sejak kecil hingga beliau meninggalkan dunia yang fana ini.
Imam Al Banna dilahirkan sama dengan tahun dilahirkannya Sukarno, yaitu tahun 1906 M, di suatu wilayah yang bernama Al Mahmudiyah. Beliau dilahirkan dari keluarga yang gemar kepada ilmu. Ayahnya seorang ulama’ yang bernama Asy-Syekh Ahmad bin Abdur-Rahman As-Sa’ati, seorang tukang jam. Meskipun seorang tukang servis jam, namun beliau juga seorang ulama’. Diantara karya besarnya adalah menertibkan kitab hadits musnad Imam Ahmad sesuai dengan urutan tema fiqih, kitab itu diberi nama Al Fathu Ar-Rabbani fi Tartibi Musnadil Imami Ahmad Asy-Syaibani.
Ketika kecil beliau mendapatkan pendidikan di Madrasah Ar-Rosyad Ad-Diniyyah yang diasuh oleh Asy-Syekh Az-Zahroni. Disekolah SD itulah beliau menghafal Al Qur’an sebanyak setengah Al Qur’an atau kurang lebih 15 juz. Rupanya sekolah ini tidak lama umurnya, karena Asy-Syekh Az-Zahrani ditarik oleh departemen pendidikan di sana, dan bubarlah sekolahan itu.
Beliau kemudian melanjutkan sekolahnya di Al I’dadiyyah. Disana beliau membagi waktunya menjadi empat bagian: belajar di pagi hari, kemudian sepulang sekolah beliau belajar memperbaiki jam hingga sore hari, dan di malam harinya beliau mempersiapkan diri untuk sekolah besok paginya, dan pagi harinya setelah shalat Shubuh, beliau menghafalkan Al Qur’an. Dengan kebiasaan inilah beliau hampir menamatkan hafalan Al Qur’annya.
Setelah tamat di Al I’dadiyyah, Hasan Al Banna kecil melanjutkan sekolahnya ke Madrasah Al Mu’allimin Al Awwaliyyah di Damanhur. Disana beliau tamat menghafalkan Al Qur’an. Madrasah Al Mu’allimin ini adalah sekolah yang di sini setingkat dengan SPG atau SMU. Setelah itu beliau mendapatkan dua peluang belajar, di Al Azhar atau di Darul ‘Ulum. Kalau melanjutkan di Darul ‘Ulum ia akan menjadi guru. Dan kalau di Al Azhar beliau bisa melanjutkan dan biasanya menjadi ulama’ besar. Namun beliau lebih memilih Ma’had Darul ‘Ulum program diploma tiga tahun. Lalu pindahlah beliau ke Kairo.
Pada masa mudanya –bahkan sejak masih duduk di bangku SD- Hasan Al Banna tertarik kepada salah satu tarekat yang memang tumbuh menjamur pada masa itu. Tarekat yang diminatinya bernama tarekat Al Hashafiyyah, yang didirikan oleh seorang ulama’ besar bernama Syekh Al Hasanain Al Hashafi, seorang tamatan Al Azhar.
Dalam buku yang ditulis oleh Imam Al Banna; Mudzakkiratud-Da'wahwah Wad-Da'wahiyah, disebutkan, tarekat yang didirikan oleh Syekh Al Hashafi berbeda dengan tarekat-tarekat lain yang ada pada masa itu. Syekh Al Hashafi selalu gemar menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Imam Al Banna bercerita tentang Syekh Al Hashafi, meskipun beliau belum pernah bertemu langsung dengannya. Kata beliau, pada saat berkunjung kepada Syekh Khudhari Bik, seorang penguasa Mesir, beliau menyampaikan salam yang kemudian dijawab oleh Hudhari Bik dengan isyarat. Dengan berang Al Hashofi mengatakan:
رَدُّ السَّلاَمِ وَاجِبٌ، وَلاَ يَكْفِي بِاْلإِشَارَةِ
Menjawab salam hukumnya wajib dan tidak cukup dengan isyarat.
Akhirnya Khudhari Bik malu sendiri dan menjawab:
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Kemudian ketika beliau diundang oleh seorang perdana menteri Mesir bersama ulama’-ulama’ yang lain, beliau melihat ulama’-ulama’ tersebut menundukkan kepada kepada perdana menteri karena mengikuti seorang ulama’ yang menundukkan kepalanya kepada sang perdana menteri itu. Ketika melihat hal itu syekh Al Hashafi memukul dan berkata kepada para ulama’ itu:
يَا هَذَا! اَلرُّكُوْعُ للهِ فَقَطْ، وَلاَ يَحِلُّ الرُّكُوْعُ لِلنَّاسِ!
Wahai orang ini! Ruku’ itu hanya untuk Allah semata, dan tidak halal ruku’ kepada manusia!
Inilah diantara kisah kepribadian Syekh Hasanain Al Hashafi yang membuat Hasan Al Banna tertarik kepadanya dan ingin berhubungan lebih jauh dengan tarekat yang didirikannya.
Beliau mengikuti tarekat Al Hashafiyah semasa dipimpin oleh putra Syekh Hasanain Al Hashafi, namanya syekh Abdul Wahhab bin Hasanain Al Hashafi.
Diceritakan oleh Imam Al Banna bahwa syekh Abdul Wahhab tidak sekeras dan setegas bapaknya. Namun beliau orang bersih, lurus dan dikenal sebagai ahli suluk, yaitu orang yang ibadahnya tidak diragukan lagi.
Beliau juga bisa dikatakan sebagai orang yang mulham.
Suatu ketika beliau bersama seorang sahabatnya yang bernama Ahmad Affandi As-Sakari bertemu dengan syekh Abdul Wahhab, beliau mengatakan kepada keduanya:
أَنَّنِيْ أَتَوَسَّمُ أَنَّ اللهَ سَيَجْمَعُ عَلَيْكُمُ الْقُلُوْبَ وَيَنْضَمُّ عَلَيْكُمْ كَثِيْرًا مِنَ النَّاسِ، فَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ سَيَسْأَلُكُمْ عَنْ أَوْقَاتِ هَؤُلاَءِ الَّذِيْنَ سَيَجْتَمِعُوْنَ عَلَيْكُمْ، أَفَدْتُمُوْهُمْ فِيْهَا، وَيَكُوْنُ لَهُمْ الثَّوَابُ، وَلَكُمْ مِثْلُهُمْ، أَمْ اِنْصَرَفَتْ هَبَاءً فَيُؤَاخَذُوْنَ وَتُؤَاخَذُوْنَ.
Aku melihat dari wajah kalian bahwa Allah swt akan menghimpun hati manusia kepada kalian dan Allah akan menyatukan mereka kepada kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah swt akan bertanya kepada kalian atas waktu mereka yang berkumpul kepada kalian itu, apakah kalian memberikan kepada mereka manfaat dan tentunya mereka akan mendapat pahala dan demikian pula kalian, atau waktu mereka itu hilang percuma, maka mereka akan dimintai pertanggung jawaban dan demikian pula kalian.
Inilah yang diungkapkan oleh Syekh Abdul Wahhab kepada Hasan Al Banna dan Ahmad Affandi As-Sakari.
Dari pengalamannya di tarekat inilah beliau mulai berorganisasi dengan membentuk satu organisasi yang diberi nama Jam’iyyah Al Khairiyyah Al Hashafiyyah. Dalam organisasi ini yang menjadi ketuanya adalah Ahmad Affandi As-Sakari –yang nantinya dalam jama’ah Ikhwanul Muslimin dia menjadi wakil- dan yang menjadi sekretarisnya adalah Hasan Al Banna.
Aktifitas organisasi ini ada dua:
1. Menyebarkan da'wah kepada akhlaq yang mulia dan memerangi berbagai kemunkaran dan hal-hal yang diharamkan dan tersebar luas di masyarakat, seperti: judi, minuman keras, dan bid’ah-bid’ah yang ada pada perayaan-perayaan.
2. Menghadapi propaganda missi Zending Kristen yang ada di Mesir pada waktu itu.
Dalam buku Mudzakkirotud-Da'wah Wad-Da'iyah Imam Al Banna menceritakan, beberapa kantor IM berdampingan dengan kantor-kantor missi kristenisasi.
Dan kita lihat pula dalam kitab fi qafilatil Ikhwan Al Muslimin yang ditulis oleh Ustadz Abbas As-Sisi, foto-foto yang ada dalam buku tersebut menggambarkan betapa jama’ah ini memiliki toleransi dengan orang-orang palangis itu. Hasan Al Hudhaibi, mursyid ‘aam kedua misalnya, dalam foto-foto itu bergambar berdampingan dengan pembesar Kristen Qibti. Hal itu menandakan bahwa jama’ah ini sejak pertama tidak melupakan peran sosialnya kepada orang Nasrani yang merupakan bagian dari ummat manusia.
Setelah beliau selesai dari Mu’allimin Al Awwaliyyah dan setelah beliau memilih Darul ‘Ulum sebagai sekolah kelanjutannya, beliau terpaksa harus berpisah dengan keluarga dan sahabat yang dicintainya. Disana, di Kairo, beliau hidup sendirian dan tidak mengandalkan kiriman wesel dari orang tuanya, beliau benar-benar mandiri. Karena kemandiriannya ini, beliau menjadi sangat sibuk, sampai-sampai ketika menjelang ujian masuk Darul ‘Ulum beliau tidak sempat belajar.
Dalam kitab Ahdats Shana’at-Tarikh Imam Al Banna bercerita: Di malam ujian itu beliau melakukan shalat tahajjud seperti biasanya, dan memohon serta mengadu kepada Allah swt. Dalam do’anya beliau berkata: “Ya Allah! Sesungguhnya Engkau tahu betapa rindunya diriku kepada ilmu dan betapa cintaku kepada-Mu, tapi Engkau juga tahu betapa sibuknya diriku dalam mencari ma’isyah untuk mempertahankan hidup di kota ini, berilah jalan keluar bagiku”.
Beliau akhirnya tertidur malam itu dan bermimpi kedatangan seseorang yang membawa buku dan membuka-buka buku itu dan dia turut membuka dan membacanya. Ketika ujian tiba, ternyata apa yang dia baca dalam mimpi itulah yang diujikan esok harinya.
Beliau lulus dan mendapatkan nilai istimewa. Ini juga salah satu tanda bahwa beliau termasuk seorang yang Muhaddats, Mulham karena kebersihan dan ketaqwaannya, insya Allah.
Beliau selanjutnya belajar di Darul ‘Ulum dengan lancar. Selain mencintai Al Qur’an dan As-Sunnah, beliau juga menyenangi syi’ir-syi’ir Arab. Setiap mendapatkan syi’ir beliau mencatatnya hingga buku-bukunya tentang syi’ir bertumpuk.
Ketika ujian kelulusan dari Darul ‘Ulum, saat tes lisan, beliau bawa buku-buku itu. Salah satu dari dua orang penguji bertanya tentang apa yang dihafalnya dari syi’ir-syi’ir itu. Dia menjawab: “Semuanya aku hafal”. Yang satunya lagi bertanya: “Bait mana yang paling engkau senangi dari syi’ir-syi’ir itu? Al Banna mengatakan: “Bait Syi’ir yang diucapkan oleh Thorfah bin Al ‘Abd, salah seorang penyair di zaman jahiliyyah.
إِذَا الْقَوْمُ قَالُوْا مَنْ فَتَى؟ خِلْتُ أَنَّنِيْ عُنِيْتُ فَلَمْ أَكْسَلْ وَلَمْ أَتَبَلَّدِ
Bila orang bertanya : “Siapa pemuda? Saya membayangkan akulah yang dimaksud, karenanya, saya tidak bermalas-malas dan tidak membodohi diri.
Mendengar jawaban itu, sang penguji mengatakan: “Wahai anakku, dengan demikian aku nyatakan engkau lulus dari Darul ‘Ulum, dan yang memiliki jawaban seperti ini hanya engkau dan ustadz Muhammad Abduh. Aku melihat bahwa engkau akan memiliki masa depan yang gemilang”.
Ada syi’ir lain yang selalu beliau kumandangkan, yaitu:
قَدْ رَشَّحُوْكَ لأَمْرٍ لَوْ فَطِنْتَ لَهُ فَارْبَأْ بِنَفْسِكَ أَنْ تَكُوْنَ مَعَ الْهَمَلِ
Orang-orang telah mencalonkan kamu untuk suatu urusan, kalau saja kamu tahu.
Maka jagalah dirimu jangan sampai engkau termasuk orang-orang yang lalai.
Beliau lulus dari Darul ‘Ulum tahun 1926 M dan langsung memilih mengajar di sebuah SD di Isma’iliyyah. Ketika beliau hidup di tengah masyarakat, mulailah beliau berkomunikasi dan berbaur dengan masyarakat danmendekati tokoh-tokoh agama.
Pada suatu malam di bulan Ramadhan, beliau berkumpul bersama tokoh-tokoh ‘ulama’ di rumah salah seorang ‘ulama’ senior yang bernama syekh Yusuf Ad-Dajawiy. Di masa itu, orang-orang sosialid komunis, kapitalis dan palanis telah merajalela dalam perngrusakan ummat, sehingga kemungkarantersebar ke mana-mana. Dalam kesempatan tersebut Hasan Al Banna mengutarakan keresahan hatinya dan meminta para ulama’ itu untuk melakukan sesuatu demi amar ma’ruf nahi munkar. Jawaban syekh Yusuf pada waktu itu: “Sesungguhnya Allah swt tidak membebani seseorang yang melebih kemampuannya”.
Mendengar jawaban seperti itu Hasan Al Banna tidak puas, ia kemudian berkata: “Wahai Syekh! Andaikan ucapan ini diucapkan oleh selain anda, mungkin kami bisa menerimanya, tapi bila anda yang mengucapkannya, maka sulit bagi kami untuk menerimanya. Ucapan ini terkesan lebih merupakan pembelaan diri, sementara tidak ada sesuatu-pun yag anda lakukan untuk membendung kemungkaran ini”.
Rupanya ucapan Hasan Al Banna ini membuat marah hadirin yang lain. Tapi Al Hamdulillah beliau didukung oleh salah seorang hadirin yang bernama Syekh Bik Kamil. Hasan Al Banna sebenarnya baru pertama kali bertemu dengan syekh Ahmad Bik Kamil ini, namun karena pembelaannya yang tepat pada waktunya itu –di saat Al Banna dalam posisi tersudut- membuat Al Banna tertarik kepadanya dan berharap dapat berjumpa kembali dengannya pada masa yang akan datang.
Karena pembicaraan itu terus berkepanjangan, sementara mereka yang hadir juga diundang di majlis yang lain, maka syekh Yusuf mengajak tamu-tamunya untuk pergi. Hasan Al Banna yang sebenarnya tidak diundang untuk acara tersebut, ikut pula bersama mereka. Mereka semua berkunjung ke rumah salah seorang ulama’ yang bernama syekh Muhammad Sa’ad.
Di rumah syekh Muhammad Sa’ad, Hasan Al Banna sengaja memilih tempat duduk persis di sebelah syekh Yusuf yang merupakan ulama’ yang dituakan, agar perhatian turut pula ditujukan kepadanya. Benar saja, tuan rumah tidak lama kemudian bertanya kepada syekh Yusuf tentang pemuda yang ada di sebelahnya, yang tidak lain adalah Hasan Al Banna, yang saat itu usianya baru 21 tahun.
Di rumah syekh Sa’ad mereka disuguhi aneka makanan lezat. Melihat semuanya itu, Hasan Al Banna merasa panas dan tidak senang hatinya. Beliau kemudian berkata: “Apakah kalian kira Allah swt tidak akan menghisab kalian dengan apa yang kalian perbuatan seperti ini? Jika kalian tahu bahwa Islam memiliki ulama’-ulama’ selain kalian, tolong tunjukkan aku kepada mereka, mungkin aku akan mendapatkan sesuatu dari mereka yang tidak aku dapatkan pada kalian!”
Mendengar ucapan Hasan Al Banna ini, syekh Sa’ad menangis, lalu ia berkata: “idzan, madza af’al (kalau begitu, apa yang harus saya lakukan?) jawab Al Banna: Masalah ummat ini adalah masalah yang berat. Sebagaimana mereka menyerang ummat ini dengan tulisan-tulisan, kita hadapi pula tindakan mereka dengan tulisan, kalian adalah ulama’-ulama’ besar dan memiliki hubungan yang luas. Kumpulkan orang-orang kaya untuk menyokong dana dan kalian para ulama’ menyiapkan tulisan-tulisan untuk menghadapi serangan mereka”.
Mendengar jawaban Hasan Al Banna, syekh Sa’ad segera memerintahkan menyingkirkan makanan dan minuman, dan kemudian mengambil pena dan kertas. Malam itu juga mereka menginventarisir siapa ulama’ yang harus mereka hubungi untuk membuat tulisan dan siapa orang-orang kaya yang akan mereka mintai bantuan dananya.
Kelompok ini pada saat itu agak berseberangan jalan dengan kelompok syekh Rasyid Ridha dan kawan-kawannya. Pada malam itu syekh Sa’ad memerintahkan pula untuk melibatkan syekh Rasyid Ridha dkk. Diantara yang hadir mengatakan: “Bukankah mereka berbeda (tidak sefikrah) dengan kita? Jawab syekh Sa’ad: “Masalah sekarang ini lebih besar daripada masalah yang kita perselisihkan selama ini, lupakan semua perbedaan itu dan kita cari apa yang kita sepakati”.
Dari pertemuan inilah kemudian berdiri satu jam’iyyah, yaitu: Jam’iyyah Syubbanul Muslimin.
Tidak lama setelah itu terbitlah majallah Syubbanul Muslimin yang bernama Al Fath Al Islami.
Hasan Al Banna sebelumnya, semasa di Kairo, selain belajar, beliau juga aktif berda’wah. Ketika di Al Isma’iliyyah, beliau kembali melakukannya. Beliau mendatangi kedai-kedai kopi. Da’wah beliau begitu indahnya. Meskipun hanya beberapa menit saja, mampu mengundang sempati orang-orang yang kurang terpelajar. Mengenai hal ini semua antum sudah mengetahui.
Suatu ketika datanglah beberapa orang kepada Hasan Al Banna. Mereka berkata: “Wahai Ustadz! Kami sudah tidak sabar. Kami hanyalah orang yang tidak mengerti apa-apa, hendak engkau bawa kemana-pun kami, kami akan ikuti. Sekarang, apa yang harus kami lakukan?
Dari pembicaraan-pembicaraan seperti ini, kemudian pada bulan Maret 1928 M terjadilah pembai’atan pertama dalam sejarah jama’ah ini. Ada enam orang yang berbai’at, yaitu:
1. Hafizh Abdul Halim.
2. Ahmad Al Hushari.
3. Fuad Ibrahim.
4. Abdur-Rahman Hasbullah.
5. Isma’il Izz, dan
6. Zakkiy Al Maghribi.
Setelah keenam orang ini berbai’at, salah seorang diantaranya bertanya: “Sekarang kita sudah berkumpul, hendak kita namakan apa kelompok kita ini? Apakah kita perlu membentuk organisasi atau klub atau salah satu tarekat atau yang lainnya dan kita mengambil bentuk yang formal?
Hasan Al Banna menjawab: “Sesungguhnya kita tidak termasuk yang ini atau yang itu dan kita tidak terlalu peduli masalah formal seperti ini. Hendaknya kita menjadikan awal dan dasar pertemuan ini karena kesamaan fikrah, perasaan dan kesamaan untuk beramal. Kita bersaudara dalam berkhidmah kepada ummat Islam. Berarti kita adalah Ikhwanul Muslimin”. Sejak itulah istilah Ikhwanul Muslimin digunakan.
Ada beberapa sisi lain dari kehidupan Hasan Al Banna yang dapat kita pelajari. Diantaranya adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh Ustadz Abdul Halim Mahmud ketika beliau berjumpa dengan seorang ulama’ Al Azhar yang dikenal dengan sebutan Hakimul Islam, yaitu: Syekh Thanthawi Jauhari. Beliau adalah seorang ulama’ yang berusaha menggabungkan ilmu qauli dengan ilmu kauni, salah seorang ulama’ tafsir, kitab tafsirnya bernama: Al Jawahir. Dalam usianya yang sudah tua, beliau rela dipimpin oleh seorang yang masih muda dan hanya sebatas guru SD. Padahal beliau adalah syekh yang dituakan dan ulama’ terkenal.
Kata Ustadz Abdul Halim, ketika beliau sedang menulis Arjuzah di kantor Ikhwanul Muslimin, saat itu beliau sedang sendirian, datanglah syekh Thanthawi menjumpainya. Sebelumnya Ustadz Abdul Halim sempat berharap dapat bertemu langsung dengan syekh Thanthawi dan berbicara secara khusus, dan Al Hamdulillah Allah swt mengabulkannya.
Syekh Thanthawi bertanya kepada Ustadz Abdul Halim: “Apa yang sedang engkau tulis? Dijawab oleh ustadz Abdul Halim: “Saya sedang menulis syi’ir yang dipesankan oleh Imam Hasan Al Banna”. Syi’ir itu kemudian dibaca oleh syekh Thanthawi dan beliau kemudian meminta ustadz Abdul Halim membacakanya untuknya. Ustadz Abdul Halim yang hanya lulusan teknik dan bukan lulusan syari’ah serta tidak memahami cara membaca syi’ir, kemudian membaca syi’ir itu. Kata syekh Thanthawi: “Bukan begitu cara membaca syi’ir”. Ustadz Abdul Halim bertanya: “Apakah ada bagian yang keliru saya baca? Jawab syekh Thanthawi: “Tidak, tidak ada satupun bagian yang keliru, akan tetapi bukan begitu cara membaca syi’ir”. Kemudian syekh Thanthawi menambahkan lagi: “Dulu, di masa jahiliyyah, ada sebuah pasar bernama Ukazh, di sana orang-orang jahiliyyah mengambil syi’irnya, seandainya syi’ir itu dibaca dengan cara hafal membacanya, tidak ada daya tariknya, akan tetapi, syi’ir itu harus dibaca sesuai dengan ruhnya”. Maka syekh Thanthawi kemudian mencontohkan cara membacanya dengan demikian indahnya.
Kemudian syekh Thnathawi melanjutkan: “Wahai anakku, manusia dalam hidup ini membutuhkan riyadhah (latihan), sebagaimana fisik itu harus dilatih, ruh itupun harus dilatih. Orang-orang yang biasa berlatih akan memiliki satu tingkat dari orang-orang yang tidak pernah berlatih”. (Di dalam tarekat ada satu tingkatan yang paling tinggi, yaitu Al Kasyf, yaitu kemampuan mengetahui apa-apa yang tidak diketahui oleh orang lain, bi-idznillah, suatu tingkatan bagi orang-orang yang memiliki tingkat latihan ruhiyyah paling tinggi). Syekh Thanthawi kemudian bertanya: “Adakah orang lain yang kedudukannya lebih tinggi lagi dari Ahlul Al Kasyf wahai anakku! Kata ustadz Abdul Halim: “Saya kira tidak ada wahai syekh!”.
Dijawab oleh Thanthawi: “Tidak wahai anakku”. Abdul Halim bertanya lagi: “Kedudukan mana lagi yang lebih tinggi dari itu?”. Jawab syekh Thanthawi: “Kedudukan yang lebih tinggi dari itu adalah kedudukan para rijal yang dibentuk oleh Allah swt dan dipilih diantara makhluq-Nya, mereka dipilih oleh Allah swt untuk memusnahkan kerusakan, menghilangkan kezhaliman, menghidupkan api keimanan di dalam hati setiap orang, serta menyebarkan ukhuwwah diantara orang-orang yang beriman, hingga da’wah ini menjadi kuat dan mampu mengangkat nama Allah di atas bumi dan mampu menghadapi orang-orang zhalim yang membuat kerusakan”.
Selanjutnya syekh Thanthawi mengatakan: “Ketahuilah anakku, misi ini, yang Allah pilih mereka untuk mengemban-Nya, menuntut mereka menjadi ahlul hajb, menjadi orang yang tidak nampak kekuatan spiritualnya (tidak bisa jalan di air, tahan dibakar api, dsb) –akan tetapi kedudukan mereka lebih tinggi dari Ahlul Kasyf, mengapa? Sebab, ilmu ahlul kasyf tidak dapat dipelajari, sedangkan ilmu ahlil hajb dapat dipelajari dan dapat berpindah dari satu generasi ke generasi berikutnya hingga akhir zaman”. Tambah syekh Thanthawi, “termasuk diantara ahlil hajb adalah para rasul, nabi Musa as (ahlul hajb) kedudukannya lebih tinggi dari nabi Khidhir as (ahlul kasyf), sebab nabi Musa as termasuk ulul ‘azmi minar-rasul, hanya lima dari sekian banyak nabi dan rasul yang mendapatkan gelar ini, meskipun di dalam Al Qur’an secara sepintas seolah nabi Khidhir lebih tinggi daripadanya. Demikian pula dengan nabi Sulaiman as, ketika burung pelatuk kecil menemukan kerajaan Bilqis, berkata nabi Sulaiman: “Siapa yang dapat memindahkan singgasana ratu Bilqis kemari sebelum mereka datang ke sini? Berkata salah satu jin Ifrith: “Aku mampu memindahkan singgasana itu sebelum engkau bangkit dari tempat dudukmu”. Berkatalah seseorang yang diberi ilmu kitab, Asyif namanya: “Aku mampu memindahkan singgasana itu sebelum matamu berkedip”. Meskipun ilmu ahli kitab (ahlul kasyf) itu lebih tinggi dibanding nabi Sulaiman as, akan tetapi kedudukan nabi Sulaiman tetap lebih mulia, sebab dia adalah seorang rasul Allah, sedangkan Asyif tidak”.
Kata syekh Thanthawi: “Diantara ahlul hajb adalah sahabat-sahabat yang besar, seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Al Khoththob, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dll. Diantara mereka yang lain adalah kibarul mushlihin (para reformer besar) yang diantaranya adalah Hasan Al Banna”.
Bertanya Ustadza Abdul Halim: “Begitukah engkau melihat Hasan Al Banna?”.
Dijawab: “Ya”.
Ditanya lagi: “Bagaimana engkau dapat mengenalnya?”
Jawab Thanthawi: “Ketika aku mendangar namanya disebut-sebut orang, aku datangi dia dan aku duduk bersamanya, aku tanya dia: “Apa yang engkau da’wahkan?”. Sebagaimana banyak orang yang yang pernah aku jumpai dia menjawab: “Aku menda’wahi orang kepada Al Qur’an”. Maka aku katakan kepadanya: “Masing-masing kelompok mengaku bernisbat kepada Al Qur’an, tidak ada satu kelompokpun di dalam da’wah Islamiyyah ini –termasuk yang sesat sekalipun- kecuali mereka mengatakan: mengajak kepada Al Qur’an. Jawablah pertanyaan saya dengan rinci tentang da’wah yang engkau serukan itu pada setiap aspek kehidupan! Kemudian ia menerangkan da’wahnya dan aku dapati da’wahnya tidak keluar dari kitabullah dan sunnatur-Rasul saw”.
Diceritakan pula, ketika Thanthawi akhirnya terkesan dan tertarik serta ingin bergabung dengan Hasan Al Banna, dia bertanya: “Wahai Ustadz! Engkau adalah ustadz kami, dan ustadz semua orang di Mesir ini, andalah Hakimul Islam, kulihat anda lebih berhak untuk menduduki kepemimpinan di dalam da’wah ini, ini tanganku, aku siap berbai’at kepadamu”. Ketika Hasan Al Banna menjawab sungkan, dijawab oleh Thanthawi: “Tidak, wahai shahibud-da’wah, engkau lebih mampu untuk memikul beban da’wah ini dan engkau lebih pantas, dan ini tanganku”.
Ketika beliau bergabung dengan Ikhwanul Muslimin, teman-teman seangkatan beliau meledeknya dengan mengatakan: “Anda seorang ulama’ besar dan seorang syekh, mengapa anda mau menjadi kelompok yang dipimpin seorang anak muda dan anda hanya menjadi seorang pemimpin redaksi? Dijawab oleh Thanthawi: “Seandainya anda mengetahui siapa Al Banna, anda akan lebih dahulu bergabung daripada saya, sayang anda tidak mengetahuinya”.
Dari apa yang diungkapkan oleh Ustadz Abdul Halim Mahmud, kita dapat melihat bahwa Hasan Al Banna adalah orang yang dapat secara akrab menjalin hubungan dengan anggota setiap kelompok masyarakat tanpa membedakan satu dengan lainnya.
Dalam buku ini pula dapat kita saksikan bagaimana kearifan sikap Hasan Al Banna ketika menghadapi Thaha Husain, gembong kerusakan di bidang pemikiran yang membuka cakrawala pemikiran sesat di kalangan para pemikir Islam di belahan dunia, ketika ia menerbitkan buku Mustaqbaluts-Tsaqafah fi Mishr (Masa depan budaya Mesir), yang mendapat sanggahan bertubi-tubi dari berbagai kelompok yang ada di Mesir. Hasan Al Banna sendiri –karena kesibukannya- tidak mempunyai waktu untuk menanggapinya. Beberapa pengikutnya kemudian mengingatkan beliau dan berkata bahwa orang-orang menunggu tanggapan Ikhwanul Muslimin atas buku Thaha Husain itu, karena kedudukan Ikhwanul Muslimin saat itu sudah diperhitungkan di masyarakat. Dijawab oleh Hasan Al Banna bahwa dia sibuk dan tidak sempat membacanya.
Tanpa sepengetahuan Hasan Al Banna, para pengikutnya merencanakan untuk mengadakan semacam bedah buku Thaha Husain itu, dengan beliau sebagai pembahasanya. Lima hari sebelum acara berlangsung, diberitahukan kepadanya mengenai hal ini. Hasan Al Banna berkata terpaksa dia membaca buku itu dari rumah ke sekolah dan dari sekolah ke rumah, sementara ia berada di atas treem. Ia membaca buku itu dan memberi garis bawah bagian-bagian yang penting. Sebelum lima hari buku itu sudah selesai dibaca dan sudah pula dihafalnya. Buku itu tebalnya dua ratus halaman lebih.
Bedah buku itu diselenggarakan di kantor Syubbanul Muslimin, yang menjadi moderator adalah DR. Yahya Ad-Dardiri, sekjen Syubbanul Muslimin dan hadir pada acara bedah buku itu tokoh-tokoh Mesir dari berbagai kalangan.
Hasan Al Banna mengkritik buku itu dengan cara yang unik, dia mengatakan: “Saya tidak akan mengkritik buku ini dengan pendapat saya, tapi saya akan mengkritiknya dengan buku ini sendiri”. Kemudian beliau mengungkapkan bagian-bagian yang kontradiktif dari buku itu, lengkap dengan letak nomor halamannya, sekian dan sekian.
DR. Yahya Ad-Dardiri kemudian menyetop dan mengatakan bahwa dirinya telah membaca buku itu, tapi sepertinya dia tidak menemukan apa yang Hasan Al Banna kemukakan, dan dia meminta kepada Hasan Al Banna untuk mengijinkannya mengecek kebenaran kutipan-kutipan Hasan Al Banna langsung kepada buku itu. Ternyata terbukti, seluruh yang diungkapkan Hasan Al Banna benar adanya.
Dalam acara bedah buku itu sebenarnya Thaha Husain juga hadir, namun ia berada di tempat yang tersembunyi. Sebelum pulang ia mengatakan bahwa ia ingin bertemu dan berdialog dengan Hasan Al Banna. Ia menawarkan tiga tempat; di rumahnya, di kantornya atau di rumah Hasan Al Banna. Adapun waktunya, ia menyerahkannya kepada Hasan Al Banna. (bayangkan! Seorang mustasyar atau penasehat negara, menyerahkan waktu pertemuannya kepada seorang guru SD!).
Akhirnya terjadilah pertemuan di kantor Thoha Husain. Berkata Thoha Husain: “Seandainya di Mesir ini ada tokoh yang paling besar, andalah orangnya, apa yang anda sampaikan tentang buku saya, demikian baik”. Kata Hasan Al Banna: “Al Hamdulillah, adakah hal-hal yang tidak anda setujui?” dijwab oleh Thoha Husain: “Tidak ada, bahkan saya ingin agar pembahasan itu ditambah lagi”.
Kemudian Thaha Husain bertanya: “Apakah ada sikap dan perkataan saya yang tidak anda senangi? Ketahuilah! Selama ini saya berhadapan dengan orang yang tidak mempunyai etika dalam berdebat, ketika mereka menyerang saya, diri saya-pun diserang. Seandainya musuh-musuh saya adalah orang-orang semulia anda, sejak awal saya akan menghormati mereka”.
Hasan Al Banna menjawab: “Anda adalah seseorang yang cukup bangga dengan Barat, akan tetapi sayang, anda tidak mampu membedakan dua hal yang sangat berbeda. Adapun ilmu, itu adalah sesuatu yang terus berkembang, hari ini kita benar, esok hari bisa jadi kita keliru. Akan tetapi agama, dia adalah sesuatu yang pasti dan tidak berubah, jika kita menjadikan agama sebagai ilmu, sama artinya kita merubah agama itu dari hari ke hari, dan jika kita menjadikan ilmu sebagai agama, kita berarti telah membunuh hak ilmu itu untuk berkembang, padahal semestinya kita meletakkan keduanya pada tempatnya masing-masing.
Hal yang lain lagi, kalian –para pengagum Barat- lebih mendahulukan akan daripada wahyu, ketika akal bertabrakan dengan wahyu, kalian mengambil akal dan membuang wahyu”.
Dalam kesempatan dialog itu Hasan Al Banna juga mengkritik polemik yang tejadi antar sesama ummat Islam. Beliau mengatakan kalau seandainya berpolemik ummat Islam mempunyai tenggang rasa sedikit saja, mereka akan bertemu pada satu titik persamaan, akan tetapi sayang, mereka memilih bersikap seperti empat orang buta yang mensifati binatang gajah, yang kata Imam Al Ghozali, masing-masing bersikeras pada pendapatnya yang sebenarnya juz’i. Seandainya mereka memiliki toleransi sedikit saja, mereka bisa bersepakat dalam menilai gajah tersebut dalam bentuknya yang utuh.
Ustadz Abdul Halim mencatat, sejak saat itu Thaha Husain menjadi lebih baik sikapnya. Beliau kemudian memilih untuk mendalami sastra Arab dan mengurangi perannya dalam menyesatkan ummat.
Adapun hubungan Hasan Al Banna dengan para ulama’, ketika syekh Abdul yazid datang ke Indonesia, beliau bercerita: “Di Mesir, ada sebuah kota yang bernama Zaqzuq. Ketika Hasan Al Banna hendak melakukan kunjungan ke sana, adalah seorang ulama’ tarekat terkenal yang memiliki banyak murid. Ia berupaya membuat makar untuk menggagalkan acara kunjungan Hasan Al Banna. Namun karena tanggal kedatangan Hasan Al Banna dirahasiakan, hanya sedikit orang yang tahu, ulama’ ini tidak mengetahui persis kapan Hasan Al Banna akan datang berkunjung. Pada suatu hari, sang ulama’ ini dikejutkan oleh seseorang yang mengetuk pintunya untuk berkunjung. Ulama’ itu bertanya: “Siapa?” dijawab: “Saya, Hasan Al Banna”. Maka terkejutlah dia, dengan ‘terpaksa’ ia menjamu Hasan Al Banna. Hasan Al Banna kemudian berkata kepada sang ulama’ itu: “Adalah satu hal yang tidak pantas bagi saya, ketika saya masuk suatu negeri dengan tidak meminta ijin pada penguasanya”. Sampai saat ini keturunan ulama’ itu, meskipun tidak bergabung dengan Ikhwanul Muslimin, setiap kali ada kegiatan ikhwan, selalu membantu.
Demikian pula sikap Hasan Al Banna terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani. Ketika Ikhwanul Muslimin mengirim pasukan ke Paletina, Hasan Al Banna mampu mempergunakan Manthiqul Hal dalam berdialog dengan para penguasa maupun tokoh-tokoh lainnya.
Inilah profil Hasan Al Banna. Kita perlu menggali lebih jauh dan dalam lagi. Dalam sejarah, umumnya memang para tokoh-tokoh utama itulah yang muncul secara mengesankan, sehingga mampu memberi warna perjalanan da’wah.
Di zaman Rasulullah saw misalnya, sepeninggal Rasulullah bisa dibilang tidak ada tokoh sehebat beliau yang muncul.
Demikian pula dalam jama’ah ini, yang menurut DR. Al Faruqi, belum ada tokoh sebesar Hasan Al Banna yang muncul, namun kita tetap yakin bahwa :
إِنَّ لِكُلِّ مَرْحَلَةٍ رِجَالُهَا
Sesungguhnya tiap-tiap marhalah itu ada tokohnya.
Pertanyaan kita hari ini:
رِدَّةٌ وَلاَ أَبَا بَكْرٍ لَهَا!
Kalau pada zaman dahulu, ada kemurtadan, dan ada Abu Bakar, sehingga kemurtadan itu sirna.
Sekarang ini ada masyarakat, mana Hasan Al Banna-nya?!!
RIJALUD-DA’WAH
Oleh: Ahmad Madany
Jika kita membicarakan salah satu tokoh diantara tokoh ummat yang pernah hidup dalam perjalanan sejarah, kita akan menemukan persamaan antara tokoh yang satu dengan tokoh lainnya. Persamaan itu dapat kit ambil titik temunya, mereka adalah orang-orang yang memiliki:
1.Quwwatur-ruh
2.Quwwatul qalb.
Dengan kekuatan ini, kuat pula segala hal lain yang mereka miliki.
Benar apa yang diungkapkan oleh Bisyr Al Khothib yang dikutip oleh Syekh Ahmad Rasyid dalam kitabnya, katanya: “Cukuplah bagimu, engkau melihat orang-orang yang telah mati yang ketika sejarah hidupnya dipelajari hati menjadi hidup, sebagaimana ada pula manusia-manusia yang hidup diantara kita yang dengan melihatnya hati kita menjadi mati”.
Rasulullah saw pernah bersabda dalam sebuah hadits shahih yang banyak dikutip dalam buku-buku sirah, ketika para sahabat menceritakan kepribadian Umar ra, Rasulullah saw bersabda:
إِنَّهُ قَدْ كَانَ فِيمَا مَضَى قَبْلَكُمْ مِنَ الْأُمَمِ مُحَدَّثُونَ وَإِنَّهُ إِنْ كَانَ فِي أُمَّتِي هَذِهِ مِنْهُمْ فَإِنَّهُ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ (رواه أحمد والبخاري).
“Sesungguhnya pada setiap ummat ada orang yang mendapatkan ilham (muhaddits). Sesungguhnya jika di dalam ummatku ada muhaddits, maka dia adalah Umar”.
Jika kita membaca sejarah hidup Umar ra, kita akan menemukan bahwa beliau adalah orang yang memiliki banyak keistimewaan. Salah satunya adalah ilham yang dimilikinya. Suatu ketika, ketika beliau berdiri di mimbarnya, Allah memperlihatkan kepadanya perjalanan pertempuran antara Sariyyah dan Romawi, dari jarak ratusan, bahkan ribuan mil, Umar memerintahkan: “Wahai Sariyyah, berlindunglah ke balik gunung, berlindunglah ke gunung”. Para sahabat yang mendengar kebingungan, tapi diantara mereka tidak ada yang berprasangka bukan-bukan terhadap Umar. Ketika Sariyyah pulang dari pertempuran dengan membawa kemenangan, mereka bertanya: “Apakah kalian mendengat seruan Umar?”. Kata Sariyyah: “Kami mendengar dan kami mentaatinya”.
Dalam kesempatan lain, dalam kesendiriannya, Umar berkata: “Barang siapa dari keturunanku nanti memiliki luka di wajahnya, dia akan meramaikan dunia dengan keadilannya”.
Ketika Umar bin Abdul Aziz lahir, di wajahnya tidak ada luka. Tapi ketika ia masih kecil, dia pernah terluka di wajahnya ketika sedang bermain-main.
Ini sekaligus sebagai bukti kebenaran Ilham Umar ra.
Ketika Abdul Aziz bin Marwan (Bapaknya Umar bin Abdul Aziz) melihat hal itu, ia mengatakan: “Kalau engkau adalah orang yang diungkapkan oleh kakekmu dulu, engkaulah pemakmur dunia ini dengan keadilan”.
Kebenaran ini terbukti kemudian.
Tahun 99 H, Umar bin Abdul Aziz diangkat menjadi khalifah. Meskipun ia hanya menjabat sebagai khalifah selama dua tahun lima bulan, namun hasil kekhalifahannya terlihat jelas.
Dalam kitab Hayatush-Shahabah disebutkan, ketika Umar menjadi khalifah, adalah seorang pemuda yang menjadi rakyatnya yang setiap shalat digoda oleh wanita cantik untuk berbuat serong. Lama kelamaan ia tergoda dan melakukan perbuatan serong. Ia menyesal dan kemudian meninggal. Ketika Umar tidak melihat pemuda ini dalam jama’ah shalat, bertanyalah Umar tentang pemuda ini. Diceritakanlah kisah tentang pemuda itu. Karena kematiannya berada di tempat orang yang hanya pemuda itu dan si wanita, segeralah pemuda itu dikuburkan tanpa memberitahu orang lain. Ketika Umar ra mengetahui, ia bertanya: “Mengapa kalian lakukan yang demikian?”. Kemudian Umar ra ingin bicara langsung dengan pemuda itu. Umar ra kemudian mendatangi kuburan pemuda itu.
Dalam sejarah kita menemukan pula kejadian serupa dalam diri imam Syafi’i. Beliau adalah orang yang mendapatkan ilham. Muridnya yang empat: Ar-Rabi’ bin Sulaiman, Al Buwaithi, Al Muzani dan Ibnu Abdil Hakam, sebelum meninggal mengungkapkan kepada murid-muridnya tersebut, kamu akan menjadi ini, kamu akan menjadi ini dan sebagainya. Semua ucapan imam Syafi’i ini kemudian terbukti kebenarannya.
Pada dasa warsa ini, salah satu tokoh yang insya Allah mendapatkan ilham adalah asy-syahid imam Hasan Al Banna rahimahullah.
Kalau kita membaca buku Ikhwanul Muslimin; Ahdats Shana’at-Tarikh, kiat akan melihat bahwa perjalanan awal asy-syahid Sayiid Qutub, kelasnya selevel dengan “Nurcholis group”. Saat itu di Mesir terbit majalah sastra yang menjadi ajang pertemuan 20 sastrawan. Salah satu kubunya adalah para tokoh aliran sastra bebas yang dikomandani oleh Abbas Mahmud Al Aqqad, dan kubu lainnya adalah sastrawan muslim yang dikomandani oleh Musthofa Shadiq Ar-Rafi’i. Sayyid Qutub adalah murid pilihan Al Aqqad. Ketika Musthofa meninggal, Al Aqqad naik, karena tidak ada saingan, murid-muridnya diberi rangsangan untuk menulis.
Dalam sebuah surat kabar mingguan, Sayyid Qutub menulis makalah di mana dia menyerukan kepada para wanita muslimah untuk membuka auratnya, karena menutup aurat dianggap olehnya sebagai penghambat kemajuan wanita.
Tulisan ini dibaca oleh Ustadz Abdul Halim Mahmud dan beliau membuat tanggapan. Tapi sebelum tanggapan ini dimuat di media massa, Ustadz Abdul Halim mendiskusikannya terlebih dahulu dengan Imam Al Banna.
Kata Imam Al Banna: “Saya menyetujui 100 % tulisan kamu, tapi saya memiliki perasaan lain tentang orang ini, berilah beberapa pertimbangan:
Pertama: Dia masih muda, dan apa yang ditulisnya bukanlah dari otaknya sendiri, tapi dari lingkungannya.
Kedua: Anak muda biasanya menyenangi sensasi dan mencari musuh, apa yang dilakukan Sayyid Qutub oleh Imam Al Banna dinilai sebagai upaya mencari eksistensi diri.
Ketiga: karena dia masih muda, kita masih memiliki harapan, siapa tahu dia akan menjadi pemikul beban da’wah.
Pertimbangan yang lain, kata Imam Al Banna, dia (Sayyid) menulis di surat kabar yang tidak terlalu terkenal di Mesir ini. Kalaupun dikenal, makalah atau kolom, umumnya tidak terlalu menarik perhatian orang banyak untuk membacanya, apalagi kalau ditulis oleh seorang pemula yang belum memiliki nama. Kalau kita menanggapinya, orang-orang yang semula tidak tahu menjadi ingin mengetahuinya, dan orang-orang yang mungkin pernah membaca secara selintas akan mengulang kembali membacanya untuk mengenali muatan tulisan tersebut. Tujuan anak muda ini menulis adalah untuk mendapatkan serangan atau tantangan dari khayalak yang dengan serangan itu akan menaikkan dan mengangkat namanya. Imam Al Banna berkata lagi: “Kalau kita bantah tulisan itu, kita berarti menutup kesempatan diri pemuda itu untuk bertobat karena orang cenderung untuk membela diri jika kesalahannya diluruskan, apalagi bila pelurusan itu dilakukan di depan umum, ia akan membela dirinya mati-matian, meskipun dalam hati kecilnya ia menyadari kesalahan atau kekeliruannya. Dengan demikian, kalau tanggapan itu ita lakukan, berarti kita telah menutup kesempatan bertaubat bagi dirinya”.
Akhirnya Imam Al Banna mengatakan: “Wahai Mahmud, inilah pandanganku tentang orang ini, akan tetapi, kalau engkau tetap ingin mengirimkannya, silahkan saja”.
Ustadz Mahmud setuju untuk meninjau kembali rencana pengiriman tulisan itu, sehingga akhirnya tulisan itu tidak jadi dikirim.
Dan pada akhirnya, terbuktilah kebenaran perasaan Imam Al Banna, sebab pada akhir perjalanan hidupnya, Sayyid Qutub menjadi penopang dan pemikul beban da’wah dan iapun bergabung dengan jama’ah ini.
Hal itu merupakan bagian dari firasat seorang mukmin yang dimiliki oleh Imam Al Banna.
Untuk lebih jelasnya, mari kita ikuti perjalanan beliau sejak kecil hingga beliau meninggalkan dunia yang fana ini.
Imam Al Banna dilahirkan sama dengan tahun dilahirkannya Sukarno, yaitu tahun 1906 M, di suatu wilayah yang bernama Al Mahmudiyah. Beliau dilahirkan dari keluarga yang gemar kepada ilmu. Ayahnya seorang ulama’ yang bernama Asy-Syekh Ahmad bin Abdur-Rahman As-Sa’ati, seorang tukang jam. Meskipun seorang tukang servis jam, namun beliau juga seorang ulama’. Diantara karya besarnya adalah menertibkan kitab hadits musnad Imam Ahmad sesuai dengan urutan tema fiqih, kitab itu diberi nama Al Fathu Ar-Rabbani fi Tartibi Musnadil Imami Ahmad Asy-Syaibani.
Ketika kecil beliau mendapatkan pendidikan di Madrasah Ar-Rosyad Ad-Diniyyah yang diasuh oleh Asy-Syekh Az-Zahroni. Disekolah SD itulah beliau menghafal Al Qur’an sebanyak setengah Al Qur’an atau kurang lebih 15 juz. Rupanya sekolah ini tidak lama umurnya, karena Asy-Syekh Az-Zahrani ditarik oleh departemen pendidikan di sana, dan bubarlah sekolahan itu.
Beliau kemudian melanjutkan sekolahnya di Al I’dadiyyah. Disana beliau membagi waktunya menjadi empat bagian: belajar di pagi hari, kemudian sepulang sekolah beliau belajar memperbaiki jam hingga sore hari, dan di malam harinya beliau mempersiapkan diri untuk sekolah besok paginya, dan pagi harinya setelah shalat Shubuh, beliau menghafalkan Al Qur’an. Dengan kebiasaan inilah beliau hampir menamatkan hafalan Al Qur’annya.
Setelah tamat di Al I’dadiyyah, Hasan Al Banna kecil melanjutkan sekolahnya ke Madrasah Al Mu’allimin Al Awwaliyyah di Damanhur. Disana beliau tamat menghafalkan Al Qur’an. Madrasah Al Mu’allimin ini adalah sekolah yang di sini setingkat dengan SPG atau SMU. Setelah itu beliau mendapatkan dua peluang belajar, di Al Azhar atau di Darul ‘Ulum. Kalau melanjutkan di Darul ‘Ulum ia akan menjadi guru. Dan kalau di Al Azhar beliau bisa melanjutkan dan biasanya menjadi ulama’ besar. Namun beliau lebih memilih Ma’had Darul ‘Ulum program diploma tiga tahun. Lalu pindahlah beliau ke Kairo.
Pada masa mudanya –bahkan sejak masih duduk di bangku SD- Hasan Al Banna tertarik kepada salah satu tarekat yang memang tumbuh menjamur pada masa itu. Tarekat yang diminatinya bernama tarekat Al Hashafiyyah, yang didirikan oleh seorang ulama’ besar bernama Syekh Al Hasanain Al Hashafi, seorang tamatan Al Azhar.
Dalam buku yang ditulis oleh Imam Al Banna; Mudzakkiratud-Da'wahwah Wad-Da'wahiyah, disebutkan, tarekat yang didirikan oleh Syekh Al Hashafi berbeda dengan tarekat-tarekat lain yang ada pada masa itu. Syekh Al Hashafi selalu gemar menegakkan amar ma’ruf dan nahi munkar. Imam Al Banna bercerita tentang Syekh Al Hashafi, meskipun beliau belum pernah bertemu langsung dengannya. Kata beliau, pada saat berkunjung kepada Syekh Khudhari Bik, seorang penguasa Mesir, beliau menyampaikan salam yang kemudian dijawab oleh Hudhari Bik dengan isyarat. Dengan berang Al Hashofi mengatakan:
رَدُّ السَّلاَمِ وَاجِبٌ، وَلاَ يَكْفِي بِاْلإِشَارَةِ
Menjawab salam hukumnya wajib dan tidak cukup dengan isyarat.
Akhirnya Khudhari Bik malu sendiri dan menjawab:
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
Kemudian ketika beliau diundang oleh seorang perdana menteri Mesir bersama ulama’-ulama’ yang lain, beliau melihat ulama’-ulama’ tersebut menundukkan kepada kepada perdana menteri karena mengikuti seorang ulama’ yang menundukkan kepalanya kepada sang perdana menteri itu. Ketika melihat hal itu syekh Al Hashafi memukul dan berkata kepada para ulama’ itu:
يَا هَذَا! اَلرُّكُوْعُ للهِ فَقَطْ، وَلاَ يَحِلُّ الرُّكُوْعُ لِلنَّاسِ!
Wahai orang ini! Ruku’ itu hanya untuk Allah semata, dan tidak halal ruku’ kepada manusia!
Inilah diantara kisah kepribadian Syekh Hasanain Al Hashafi yang membuat Hasan Al Banna tertarik kepadanya dan ingin berhubungan lebih jauh dengan tarekat yang didirikannya.
Beliau mengikuti tarekat Al Hashafiyah semasa dipimpin oleh putra Syekh Hasanain Al Hashafi, namanya syekh Abdul Wahhab bin Hasanain Al Hashafi.
Diceritakan oleh Imam Al Banna bahwa syekh Abdul Wahhab tidak sekeras dan setegas bapaknya. Namun beliau orang bersih, lurus dan dikenal sebagai ahli suluk, yaitu orang yang ibadahnya tidak diragukan lagi.
Beliau juga bisa dikatakan sebagai orang yang mulham.
Suatu ketika beliau bersama seorang sahabatnya yang bernama Ahmad Affandi As-Sakari bertemu dengan syekh Abdul Wahhab, beliau mengatakan kepada keduanya:
أَنَّنِيْ أَتَوَسَّمُ أَنَّ اللهَ سَيَجْمَعُ عَلَيْكُمُ الْقُلُوْبَ وَيَنْضَمُّ عَلَيْكُمْ كَثِيْرًا مِنَ النَّاسِ، فَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ سَيَسْأَلُكُمْ عَنْ أَوْقَاتِ هَؤُلاَءِ الَّذِيْنَ سَيَجْتَمِعُوْنَ عَلَيْكُمْ، أَفَدْتُمُوْهُمْ فِيْهَا، وَيَكُوْنُ لَهُمْ الثَّوَابُ، وَلَكُمْ مِثْلُهُمْ، أَمْ اِنْصَرَفَتْ هَبَاءً فَيُؤَاخَذُوْنَ وَتُؤَاخَذُوْنَ.
Aku melihat dari wajah kalian bahwa Allah swt akan menghimpun hati manusia kepada kalian dan Allah akan menyatukan mereka kepada kalian. Dan ketahuilah bahwa Allah swt akan bertanya kepada kalian atas waktu mereka yang berkumpul kepada kalian itu, apakah kalian memberikan kepada mereka manfaat dan tentunya mereka akan mendapat pahala dan demikian pula kalian, atau waktu mereka itu hilang percuma, maka mereka akan dimintai pertanggung jawaban dan demikian pula kalian.
Inilah yang diungkapkan oleh Syekh Abdul Wahhab kepada Hasan Al Banna dan Ahmad Affandi As-Sakari.
Dari pengalamannya di tarekat inilah beliau mulai berorganisasi dengan membentuk satu organisasi yang diberi nama Jam’iyyah Al Khairiyyah Al Hashafiyyah. Dalam organisasi ini yang menjadi ketuanya adalah Ahmad Affandi As-Sakari –yang nantinya dalam jama’ah Ikhwanul Muslimin dia menjadi wakil- dan yang menjadi sekretarisnya adalah Hasan Al Banna.
Aktifitas organisasi ini ada dua:
1. Menyebarkan da'wah kepada akhlaq yang mulia dan memerangi berbagai kemunkaran dan hal-hal yang diharamkan dan tersebar luas di masyarakat, seperti: judi, minuman keras, dan bid’ah-bid’ah yang ada pada perayaan-perayaan.
2. Menghadapi propaganda missi Zending Kristen yang ada di Mesir pada waktu itu.
Dalam buku Mudzakkirotud-Da'wah Wad-Da'iyah Imam Al Banna menceritakan, beberapa kantor IM berdampingan dengan kantor-kantor missi kristenisasi.
Dan kita lihat pula dalam kitab fi qafilatil Ikhwan Al Muslimin yang ditulis oleh Ustadz Abbas As-Sisi, foto-foto yang ada dalam buku tersebut menggambarkan betapa jama’ah ini memiliki toleransi dengan orang-orang palangis itu. Hasan Al Hudhaibi, mursyid ‘aam kedua misalnya, dalam foto-foto itu bergambar berdampingan dengan pembesar Kristen Qibti. Hal itu menandakan bahwa jama’ah ini sejak pertama tidak melupakan peran sosialnya kepada orang Nasrani yang merupakan bagian dari ummat manusia.
Setelah beliau selesai dari Mu’allimin Al Awwaliyyah dan setelah beliau memilih Darul ‘Ulum sebagai sekolah kelanjutannya, beliau terpaksa harus berpisah dengan keluarga dan sahabat yang dicintainya. Disana, di Kairo, beliau hidup sendirian dan tidak mengandalkan kiriman wesel dari orang tuanya, beliau benar-benar mandiri. Karena kemandiriannya ini, beliau menjadi sangat sibuk, sampai-sampai ketika menjelang ujian masuk Darul ‘Ulum beliau tidak sempat belajar.
Dalam kitab Ahdats Shana’at-Tarikh Imam Al Banna bercerita: Di malam ujian itu beliau melakukan shalat tahajjud seperti biasanya, dan memohon serta mengadu kepada Allah swt. Dalam do’anya beliau berkata: “Ya Allah! Sesungguhnya Engkau tahu betapa rindunya diriku kepada ilmu dan betapa cintaku kepada-Mu, tapi Engkau juga tahu betapa sibuknya diriku dalam mencari ma’isyah untuk mempertahankan hidup di kota ini, berilah jalan keluar bagiku”.
Beliau akhirnya tertidur malam itu dan bermimpi kedatangan seseorang yang membawa buku dan membuka-buka buku itu dan dia turut membuka dan membacanya. Ketika ujian tiba, ternyata apa yang dia baca dalam mimpi itulah yang diujikan esok harinya.
Beliau lulus dan mendapatkan nilai istimewa. Ini juga salah satu tanda bahwa beliau termasuk seorang yang Muhaddats, Mulham karena kebersihan dan ketaqwaannya, insya Allah.
Beliau selanjutnya belajar di Darul ‘Ulum dengan lancar. Selain mencintai Al Qur’an dan As-Sunnah, beliau juga menyenangi syi’ir-syi’ir Arab. Setiap mendapatkan syi’ir beliau mencatatnya hingga buku-bukunya tentang syi’ir bertumpuk.
Ketika ujian kelulusan dari Darul ‘Ulum, saat tes lisan, beliau bawa buku-buku itu. Salah satu dari dua orang penguji bertanya tentang apa yang dihafalnya dari syi’ir-syi’ir itu. Dia menjawab: “Semuanya aku hafal”. Yang satunya lagi bertanya: “Bait mana yang paling engkau senangi dari syi’ir-syi’ir itu? Al Banna mengatakan: “Bait Syi’ir yang diucapkan oleh Thorfah bin Al ‘Abd, salah seorang penyair di zaman jahiliyyah.
إِذَا الْقَوْمُ قَالُوْا مَنْ فَتَى؟ خِلْتُ أَنَّنِيْ عُنِيْتُ فَلَمْ أَكْسَلْ وَلَمْ أَتَبَلَّدِ
Bila orang bertanya : “Siapa pemuda? Saya membayangkan akulah yang dimaksud, karenanya, saya tidak bermalas-malas dan tidak membodohi diri.
Mendengar jawaban itu, sang penguji mengatakan: “Wahai anakku, dengan demikian aku nyatakan engkau lulus dari Darul ‘Ulum, dan yang memiliki jawaban seperti ini hanya engkau dan ustadz Muhammad Abduh. Aku melihat bahwa engkau akan memiliki masa depan yang gemilang”.
Ada syi’ir lain yang selalu beliau kumandangkan, yaitu:
قَدْ رَشَّحُوْكَ لأَمْرٍ لَوْ فَطِنْتَ لَهُ فَارْبَأْ بِنَفْسِكَ أَنْ تَكُوْنَ مَعَ الْهَمَلِ
Orang-orang telah mencalonkan kamu untuk suatu urusan, kalau saja kamu tahu.
Maka jagalah dirimu jangan sampai engkau termasuk orang-orang yang lalai.
Beliau lulus dari Darul ‘Ulum tahun 1926 M dan langsung memilih mengajar di sebuah SD di Isma’iliyyah. Ketika beliau hidup di tengah masyarakat, mulailah beliau berkomunikasi dan berbaur dengan masyarakat danmendekati tokoh-tokoh agama.
Pada suatu malam di bulan Ramadhan, beliau berkumpul bersama tokoh-tokoh ‘ulama’ di rumah salah seorang ‘ulama’ senior yang bernama syekh Yusuf Ad-Dajawiy. Di masa itu, orang-orang sosialid komunis, kapitalis dan palanis telah merajalela dalam perngrusakan ummat, sehingga kemungkarantersebar ke mana-mana. Dalam kesempatan tersebut Hasan Al Banna mengutarakan keresahan hatinya dan meminta para ulama’ itu untuk melakukan sesuatu demi amar ma’ruf nahi munkar. Jawaban syekh Yusuf pada waktu itu: “Sesungguhnya Allah swt tidak membebani seseorang yang melebih kemampuannya”.
Mendengar jawaban seperti itu Hasan Al Banna tidak puas, ia kemudian berkata: “Wahai Syekh! Andaikan ucapan ini diucapkan oleh selain anda, mungkin kami bisa menerimanya, tapi bila anda yang mengucapkannya, maka sulit bagi kami untuk menerimanya. Ucapan ini terkesan lebih merupakan pembelaan diri, sementara tidak ada sesuatu-pun yag anda lakukan untuk membendung kemungkaran ini”.
Rupanya ucapan Hasan Al Banna ini membuat marah hadirin yang lain. Tapi Al Hamdulillah beliau didukung oleh salah seorang hadirin yang bernama Syekh Bik Kamil. Hasan Al Banna sebenarnya baru pertama kali bertemu dengan syekh Ahmad Bik Kamil ini, namun karena pembelaannya yang tepat pada waktunya itu –di saat Al Banna dalam posisi tersudut- membuat Al Banna tertarik kepadanya dan berharap dapat berjumpa kembali dengannya pada masa yang akan datang.
Karena pembicaraan itu terus berkepanjangan, sementara mereka yang hadir juga diundang di majlis yang lain, maka syekh Yusuf mengajak tamu-tamunya untuk pergi. Hasan Al Banna yang sebenarnya tidak diundang untuk acara tersebut, ikut pula bersama mereka. Mereka semua berkunjung ke rumah salah seorang ulama’ yang bernama syekh Muhammad Sa’ad.
Di rumah syekh Muhammad Sa’ad, Hasan Al Banna sengaja memilih tempat duduk persis di sebelah syekh Yusuf yang merupakan ulama’ yang dituakan, agar perhatian turut pula ditujukan kepadanya. Benar saja, tuan rumah tidak lama kemudian bertanya kepada syekh Yusuf tentang pemuda yang ada di sebelahnya, yang tidak lain adalah Hasan Al Banna, yang saat itu usianya baru 21 tahun.
Di rumah syekh Sa’ad mereka disuguhi aneka makanan lezat. Melihat semuanya itu, Hasan Al Banna merasa panas dan tidak senang hatinya. Beliau kemudian berkata: “Apakah kalian kira Allah swt tidak akan menghisab kalian dengan apa yang kalian perbuatan seperti ini? Jika kalian tahu bahwa Islam memiliki ulama’-ulama’ selain kalian, tolong tunjukkan aku kepada mereka, mungkin aku akan mendapatkan sesuatu dari mereka yang tidak aku dapatkan pada kalian!”
Mendengar ucapan Hasan Al Banna ini, syekh Sa’ad menangis, lalu ia berkata: “idzan, madza af’al (kalau begitu, apa yang harus saya lakukan?) jawab Al Banna: Masalah ummat ini adalah masalah yang berat. Sebagaimana mereka menyerang ummat ini dengan tulisan-tulisan, kita hadapi pula tindakan mereka dengan tulisan, kalian adalah ulama’-ulama’ besar dan memiliki hubungan yang luas. Kumpulkan orang-orang kaya untuk menyokong dana dan kalian para ulama’ menyiapkan tulisan-tulisan untuk menghadapi serangan mereka”.
Mendengar jawaban Hasan Al Banna, syekh Sa’ad segera memerintahkan menyingkirkan makanan dan minuman, dan kemudian mengambil pena dan kertas. Malam itu juga mereka menginventarisir siapa ulama’ yang harus mereka hubungi untuk membuat tulisan dan siapa orang-orang kaya yang akan mereka mintai bantuan dananya.
Kelompok ini pada saat itu agak berseberangan jalan dengan kelompok syekh Rasyid Ridha dan kawan-kawannya. Pada malam itu syekh Sa’ad memerintahkan pula untuk melibatkan syekh Rasyid Ridha dkk. Diantara yang hadir mengatakan: “Bukankah mereka berbeda (tidak sefikrah) dengan kita? Jawab syekh Sa’ad: “Masalah sekarang ini lebih besar daripada masalah yang kita perselisihkan selama ini, lupakan semua perbedaan itu dan kita cari apa yang kita sepakati”.
Dari pertemuan inilah kemudian berdiri satu jam’iyyah, yaitu: Jam’iyyah Syubbanul Muslimin.
Tidak lama setelah itu terbitlah majallah Syubbanul Muslimin yang bernama Al Fath Al Islami.
Hasan Al Banna sebelumnya, semasa di Kairo, selain belajar, beliau juga aktif berda’wah. Ketika di Al Isma’iliyyah, beliau kembali melakukannya. Beliau mendatangi kedai-kedai kopi. Da’wah beliau begitu indahnya. Meskipun hanya beberapa menit saja, mampu mengundang sempati orang-orang yang kurang terpelajar. Mengenai hal ini semua antum sudah mengetahui.
Suatu ketika datanglah beberapa orang kepada Hasan Al Banna. Mereka berkata: “Wahai Ustadz! Kami sudah tidak sabar. Kami hanyalah orang yang tidak mengerti apa-apa, hendak engkau bawa kemana-pun kami, kami akan ikuti. Sekarang, apa yang harus kami lakukan?
Dari pembicaraan-pembicaraan seperti ini, kemudian pada bulan Maret 1928 M terjadilah pembai’atan pertama dalam sejarah jama’ah ini. Ada enam orang yang berbai’at, yaitu:
1. Hafizh Abdul Halim.
2. Ahmad Al Hushari.
3. Fuad Ibrahim.
4. Abdur-Rahman Hasbullah.
5. Isma’il Izz, dan
6. Zakkiy Al Maghribi.
Setelah keenam orang ini berbai’at, salah seorang diantaranya bertanya: “Sekarang kita sudah berkumpul, hendak kita namakan apa kelompok kita ini? Apakah kita perlu membentuk organisasi atau klub atau salah satu tarekat atau yang lainnya dan kita mengambil bentuk yang formal?
Hasan Al Banna menjawab: “Sesungguhnya kita tidak termasuk yang ini atau yang itu dan kita tidak terlalu peduli masalah formal seperti ini. Hendaknya kita menjadikan awal dan dasar pertemuan ini karena kesamaan fikrah, perasaan dan kesamaan untuk beramal. Kita bersaudara dalam berkhidmah kepada ummat Islam. Berarti kita adalah Ikhwanul Muslimin”. Sejak itulah istilah Ikhwanul Muslimin digunakan.
Ada beberapa sisi lain dari kehidupan Hasan Al Banna yang dapat kita pelajari. Diantaranya adalah sebagaimana yang diungkapkan oleh Ustadz Abdul Halim Mahmud ketika beliau berjumpa dengan seorang ulama’ Al Azhar yang dikenal dengan sebutan Hakimul Islam, yaitu: Syekh Thanthawi Jauhari. Beliau adalah seorang ulama’ yang berusaha menggabungkan ilmu qauli dengan ilmu kauni, salah seorang ulama’ tafsir, kitab tafsirnya bernama: Al Jawahir. Dalam usianya yang sudah tua, beliau rela dipimpin oleh seorang yang masih muda dan hanya sebatas guru SD. Padahal beliau adalah syekh yang dituakan dan ulama’ terkenal.
Kata Ustadz Abdul Halim, ketika beliau sedang menulis Arjuzah di kantor Ikhwanul Muslimin, saat itu beliau sedang sendirian, datanglah syekh Thanthawi menjumpainya. Sebelumnya Ustadz Abdul Halim sempat berharap dapat bertemu langsung dengan syekh Thanthawi dan berbicara secara khusus, dan Al Hamdulillah Allah swt mengabulkannya.
Syekh Thanthawi bertanya kepada Ustadz Abdul Halim: “Apa yang sedang engkau tulis? Dijawab oleh ustadz Abdul Halim: “Saya sedang menulis syi’ir yang dipesankan oleh Imam Hasan Al Banna”. Syi’ir itu kemudian dibaca oleh syekh Thanthawi dan beliau kemudian meminta ustadz Abdul Halim membacakanya untuknya. Ustadz Abdul Halim yang hanya lulusan teknik dan bukan lulusan syari’ah serta tidak memahami cara membaca syi’ir, kemudian membaca syi’ir itu. Kata syekh Thanthawi: “Bukan begitu cara membaca syi’ir”. Ustadz Abdul Halim bertanya: “Apakah ada bagian yang keliru saya baca? Jawab syekh Thanthawi: “Tidak, tidak ada satupun bagian yang keliru, akan tetapi bukan begitu cara membaca syi’ir”. Kemudian syekh Thanthawi menambahkan lagi: “Dulu, di masa jahiliyyah, ada sebuah pasar bernama Ukazh, di sana orang-orang jahiliyyah mengambil syi’irnya, seandainya syi’ir itu dibaca dengan cara hafal membacanya, tidak ada daya tariknya, akan tetapi, syi’ir itu harus dibaca sesuai dengan ruhnya”. Maka syekh Thanthawi kemudian mencontohkan cara membacanya dengan demikian indahnya.
Kemudian syekh Thnathawi melanjutkan: “Wahai anakku, manusia dalam hidup ini membutuhkan riyadhah (latihan), sebagaimana fisik itu harus dilatih, ruh itupun harus dilatih. Orang-orang yang biasa berlatih akan memiliki satu tingkat dari orang-orang yang tidak pernah berlatih”. (Di dalam tarekat ada satu tingkatan yang paling tinggi, yaitu Al Kasyf, yaitu kemampuan mengetahui apa-apa yang tidak diketahui oleh orang lain, bi-idznillah, suatu tingkatan bagi orang-orang yang memiliki tingkat latihan ruhiyyah paling tinggi). Syekh Thanthawi kemudian bertanya: “Adakah orang lain yang kedudukannya lebih tinggi lagi dari Ahlul Al Kasyf wahai anakku! Kata ustadz Abdul Halim: “Saya kira tidak ada wahai syekh!”.
Dijawab oleh Thanthawi: “Tidak wahai anakku”. Abdul Halim bertanya lagi: “Kedudukan mana lagi yang lebih tinggi dari itu?”. Jawab syekh Thanthawi: “Kedudukan yang lebih tinggi dari itu adalah kedudukan para rijal yang dibentuk oleh Allah swt dan dipilih diantara makhluq-Nya, mereka dipilih oleh Allah swt untuk memusnahkan kerusakan, menghilangkan kezhaliman, menghidupkan api keimanan di dalam hati setiap orang, serta menyebarkan ukhuwwah diantara orang-orang yang beriman, hingga da’wah ini menjadi kuat dan mampu mengangkat nama Allah di atas bumi dan mampu menghadapi orang-orang zhalim yang membuat kerusakan”.
Selanjutnya syekh Thanthawi mengatakan: “Ketahuilah anakku, misi ini, yang Allah pilih mereka untuk mengemban-Nya, menuntut mereka menjadi ahlul hajb, menjadi orang yang tidak nampak kekuatan spiritualnya (tidak bisa jalan di air, tahan dibakar api, dsb) –akan tetapi kedudukan mereka lebih tinggi dari Ahlul Kasyf, mengapa? Sebab, ilmu ahlul kasyf tidak dapat dipelajari, sedangkan ilmu ahlil hajb dapat dipelajari dan dapat berpindah dari satu generasi ke generasi berikutnya hingga akhir zaman”. Tambah syekh Thanthawi, “termasuk diantara ahlil hajb adalah para rasul, nabi Musa as (ahlul hajb) kedudukannya lebih tinggi dari nabi Khidhir as (ahlul kasyf), sebab nabi Musa as termasuk ulul ‘azmi minar-rasul, hanya lima dari sekian banyak nabi dan rasul yang mendapatkan gelar ini, meskipun di dalam Al Qur’an secara sepintas seolah nabi Khidhir lebih tinggi daripadanya. Demikian pula dengan nabi Sulaiman as, ketika burung pelatuk kecil menemukan kerajaan Bilqis, berkata nabi Sulaiman: “Siapa yang dapat memindahkan singgasana ratu Bilqis kemari sebelum mereka datang ke sini? Berkata salah satu jin Ifrith: “Aku mampu memindahkan singgasana itu sebelum engkau bangkit dari tempat dudukmu”. Berkatalah seseorang yang diberi ilmu kitab, Asyif namanya: “Aku mampu memindahkan singgasana itu sebelum matamu berkedip”. Meskipun ilmu ahli kitab (ahlul kasyf) itu lebih tinggi dibanding nabi Sulaiman as, akan tetapi kedudukan nabi Sulaiman tetap lebih mulia, sebab dia adalah seorang rasul Allah, sedangkan Asyif tidak”.
Kata syekh Thanthawi: “Diantara ahlul hajb adalah sahabat-sahabat yang besar, seperti Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Al Khoththob, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dll. Diantara mereka yang lain adalah kibarul mushlihin (para reformer besar) yang diantaranya adalah Hasan Al Banna”.
Bertanya Ustadza Abdul Halim: “Begitukah engkau melihat Hasan Al Banna?”.
Dijawab: “Ya”.
Ditanya lagi: “Bagaimana engkau dapat mengenalnya?”
Jawab Thanthawi: “Ketika aku mendangar namanya disebut-sebut orang, aku datangi dia dan aku duduk bersamanya, aku tanya dia: “Apa yang engkau da’wahkan?”. Sebagaimana banyak orang yang yang pernah aku jumpai dia menjawab: “Aku menda’wahi orang kepada Al Qur’an”. Maka aku katakan kepadanya: “Masing-masing kelompok mengaku bernisbat kepada Al Qur’an, tidak ada satu kelompokpun di dalam da’wah Islamiyyah ini –termasuk yang sesat sekalipun- kecuali mereka mengatakan: mengajak kepada Al Qur’an. Jawablah pertanyaan saya dengan rinci tentang da’wah yang engkau serukan itu pada setiap aspek kehidupan! Kemudian ia menerangkan da’wahnya dan aku dapati da’wahnya tidak keluar dari kitabullah dan sunnatur-Rasul saw”.
Diceritakan pula, ketika Thanthawi akhirnya terkesan dan tertarik serta ingin bergabung dengan Hasan Al Banna, dia bertanya: “Wahai Ustadz! Engkau adalah ustadz kami, dan ustadz semua orang di Mesir ini, andalah Hakimul Islam, kulihat anda lebih berhak untuk menduduki kepemimpinan di dalam da’wah ini, ini tanganku, aku siap berbai’at kepadamu”. Ketika Hasan Al Banna menjawab sungkan, dijawab oleh Thanthawi: “Tidak, wahai shahibud-da’wah, engkau lebih mampu untuk memikul beban da’wah ini dan engkau lebih pantas, dan ini tanganku”.
Ketika beliau bergabung dengan Ikhwanul Muslimin, teman-teman seangkatan beliau meledeknya dengan mengatakan: “Anda seorang ulama’ besar dan seorang syekh, mengapa anda mau menjadi kelompok yang dipimpin seorang anak muda dan anda hanya menjadi seorang pemimpin redaksi? Dijawab oleh Thanthawi: “Seandainya anda mengetahui siapa Al Banna, anda akan lebih dahulu bergabung daripada saya, sayang anda tidak mengetahuinya”.
Dari apa yang diungkapkan oleh Ustadz Abdul Halim Mahmud, kita dapat melihat bahwa Hasan Al Banna adalah orang yang dapat secara akrab menjalin hubungan dengan anggota setiap kelompok masyarakat tanpa membedakan satu dengan lainnya.
Dalam buku ini pula dapat kita saksikan bagaimana kearifan sikap Hasan Al Banna ketika menghadapi Thaha Husain, gembong kerusakan di bidang pemikiran yang membuka cakrawala pemikiran sesat di kalangan para pemikir Islam di belahan dunia, ketika ia menerbitkan buku Mustaqbaluts-Tsaqafah fi Mishr (Masa depan budaya Mesir), yang mendapat sanggahan bertubi-tubi dari berbagai kelompok yang ada di Mesir. Hasan Al Banna sendiri –karena kesibukannya- tidak mempunyai waktu untuk menanggapinya. Beberapa pengikutnya kemudian mengingatkan beliau dan berkata bahwa orang-orang menunggu tanggapan Ikhwanul Muslimin atas buku Thaha Husain itu, karena kedudukan Ikhwanul Muslimin saat itu sudah diperhitungkan di masyarakat. Dijawab oleh Hasan Al Banna bahwa dia sibuk dan tidak sempat membacanya.
Tanpa sepengetahuan Hasan Al Banna, para pengikutnya merencanakan untuk mengadakan semacam bedah buku Thaha Husain itu, dengan beliau sebagai pembahasanya. Lima hari sebelum acara berlangsung, diberitahukan kepadanya mengenai hal ini. Hasan Al Banna berkata terpaksa dia membaca buku itu dari rumah ke sekolah dan dari sekolah ke rumah, sementara ia berada di atas treem. Ia membaca buku itu dan memberi garis bawah bagian-bagian yang penting. Sebelum lima hari buku itu sudah selesai dibaca dan sudah pula dihafalnya. Buku itu tebalnya dua ratus halaman lebih.
Bedah buku itu diselenggarakan di kantor Syubbanul Muslimin, yang menjadi moderator adalah DR. Yahya Ad-Dardiri, sekjen Syubbanul Muslimin dan hadir pada acara bedah buku itu tokoh-tokoh Mesir dari berbagai kalangan.
Hasan Al Banna mengkritik buku itu dengan cara yang unik, dia mengatakan: “Saya tidak akan mengkritik buku ini dengan pendapat saya, tapi saya akan mengkritiknya dengan buku ini sendiri”. Kemudian beliau mengungkapkan bagian-bagian yang kontradiktif dari buku itu, lengkap dengan letak nomor halamannya, sekian dan sekian.
DR. Yahya Ad-Dardiri kemudian menyetop dan mengatakan bahwa dirinya telah membaca buku itu, tapi sepertinya dia tidak menemukan apa yang Hasan Al Banna kemukakan, dan dia meminta kepada Hasan Al Banna untuk mengijinkannya mengecek kebenaran kutipan-kutipan Hasan Al Banna langsung kepada buku itu. Ternyata terbukti, seluruh yang diungkapkan Hasan Al Banna benar adanya.
Dalam acara bedah buku itu sebenarnya Thaha Husain juga hadir, namun ia berada di tempat yang tersembunyi. Sebelum pulang ia mengatakan bahwa ia ingin bertemu dan berdialog dengan Hasan Al Banna. Ia menawarkan tiga tempat; di rumahnya, di kantornya atau di rumah Hasan Al Banna. Adapun waktunya, ia menyerahkannya kepada Hasan Al Banna. (bayangkan! Seorang mustasyar atau penasehat negara, menyerahkan waktu pertemuannya kepada seorang guru SD!).
Akhirnya terjadilah pertemuan di kantor Thoha Husain. Berkata Thoha Husain: “Seandainya di Mesir ini ada tokoh yang paling besar, andalah orangnya, apa yang anda sampaikan tentang buku saya, demikian baik”. Kata Hasan Al Banna: “Al Hamdulillah, adakah hal-hal yang tidak anda setujui?” dijwab oleh Thoha Husain: “Tidak ada, bahkan saya ingin agar pembahasan itu ditambah lagi”.
Kemudian Thaha Husain bertanya: “Apakah ada sikap dan perkataan saya yang tidak anda senangi? Ketahuilah! Selama ini saya berhadapan dengan orang yang tidak mempunyai etika dalam berdebat, ketika mereka menyerang saya, diri saya-pun diserang. Seandainya musuh-musuh saya adalah orang-orang semulia anda, sejak awal saya akan menghormati mereka”.
Hasan Al Banna menjawab: “Anda adalah seseorang yang cukup bangga dengan Barat, akan tetapi sayang, anda tidak mampu membedakan dua hal yang sangat berbeda. Adapun ilmu, itu adalah sesuatu yang terus berkembang, hari ini kita benar, esok hari bisa jadi kita keliru. Akan tetapi agama, dia adalah sesuatu yang pasti dan tidak berubah, jika kita menjadikan agama sebagai ilmu, sama artinya kita merubah agama itu dari hari ke hari, dan jika kita menjadikan ilmu sebagai agama, kita berarti telah membunuh hak ilmu itu untuk berkembang, padahal semestinya kita meletakkan keduanya pada tempatnya masing-masing.
Hal yang lain lagi, kalian –para pengagum Barat- lebih mendahulukan akan daripada wahyu, ketika akal bertabrakan dengan wahyu, kalian mengambil akal dan membuang wahyu”.
Dalam kesempatan dialog itu Hasan Al Banna juga mengkritik polemik yang tejadi antar sesama ummat Islam. Beliau mengatakan kalau seandainya berpolemik ummat Islam mempunyai tenggang rasa sedikit saja, mereka akan bertemu pada satu titik persamaan, akan tetapi sayang, mereka memilih bersikap seperti empat orang buta yang mensifati binatang gajah, yang kata Imam Al Ghozali, masing-masing bersikeras pada pendapatnya yang sebenarnya juz’i. Seandainya mereka memiliki toleransi sedikit saja, mereka bisa bersepakat dalam menilai gajah tersebut dalam bentuknya yang utuh.
Ustadz Abdul Halim mencatat, sejak saat itu Thaha Husain menjadi lebih baik sikapnya. Beliau kemudian memilih untuk mendalami sastra Arab dan mengurangi perannya dalam menyesatkan ummat.
Adapun hubungan Hasan Al Banna dengan para ulama’, ketika syekh Abdul yazid datang ke Indonesia, beliau bercerita: “Di Mesir, ada sebuah kota yang bernama Zaqzuq. Ketika Hasan Al Banna hendak melakukan kunjungan ke sana, adalah seorang ulama’ tarekat terkenal yang memiliki banyak murid. Ia berupaya membuat makar untuk menggagalkan acara kunjungan Hasan Al Banna. Namun karena tanggal kedatangan Hasan Al Banna dirahasiakan, hanya sedikit orang yang tahu, ulama’ ini tidak mengetahui persis kapan Hasan Al Banna akan datang berkunjung. Pada suatu hari, sang ulama’ ini dikejutkan oleh seseorang yang mengetuk pintunya untuk berkunjung. Ulama’ itu bertanya: “Siapa?” dijawab: “Saya, Hasan Al Banna”. Maka terkejutlah dia, dengan ‘terpaksa’ ia menjamu Hasan Al Banna. Hasan Al Banna kemudian berkata kepada sang ulama’ itu: “Adalah satu hal yang tidak pantas bagi saya, ketika saya masuk suatu negeri dengan tidak meminta ijin pada penguasanya”. Sampai saat ini keturunan ulama’ itu, meskipun tidak bergabung dengan Ikhwanul Muslimin, setiap kali ada kegiatan ikhwan, selalu membantu.
Demikian pula sikap Hasan Al Banna terhadap orang-orang Yahudi dan Nasrani. Ketika Ikhwanul Muslimin mengirim pasukan ke Paletina, Hasan Al Banna mampu mempergunakan Manthiqul Hal dalam berdialog dengan para penguasa maupun tokoh-tokoh lainnya.
Inilah profil Hasan Al Banna. Kita perlu menggali lebih jauh dan dalam lagi. Dalam sejarah, umumnya memang para tokoh-tokoh utama itulah yang muncul secara mengesankan, sehingga mampu memberi warna perjalanan da’wah.
Di zaman Rasulullah saw misalnya, sepeninggal Rasulullah bisa dibilang tidak ada tokoh sehebat beliau yang muncul.
Demikian pula dalam jama’ah ini, yang menurut DR. Al Faruqi, belum ada tokoh sebesar Hasan Al Banna yang muncul, namun kita tetap yakin bahwa :
إِنَّ لِكُلِّ مَرْحَلَةٍ رِجَالُهَا
Sesungguhnya tiap-tiap marhalah itu ada tokohnya.
Pertanyaan kita hari ini:
رِدَّةٌ وَلاَ أَبَا بَكْرٍ لَهَا!
Kalau pada zaman dahulu, ada kemurtadan, dan ada Abu Bakar, sehingga kemurtadan itu sirna.
Sekarang ini ada masyarakat, mana Hasan Al Banna-nya?!!
awal perkembangan tanaman tembakau
Awal perkembangan budidaya tembakau diperkirakan pada abad ke 16, terutama setelah bangsa eropa yaitu Sepanyol , Portugis, Inggris dan Belanda menemukan dunia baru yaitu amerika. Berbagai informasi turut dibawa ke negrinnya, menambah wawasan dan perbendaharaan mereka termasuk tanaman tembakau.
Sedangkan untuk di Indonesia sendiri, awal perkembangannya di mulai dari percobaan penanaman tembakau seacra besar besaran di Indonesia dilakuan bangsa Belanda pada tahun 1830 oleh van den bosch melalui “Cultuurstelsel” yaitu disekitar semarang, jawa tengah , namun pada saat itu mngalami kegagalan ,pada tahun 1856, oleh belanda dicoba kembali penanaman tembakau secara meluas di daerah besuki, jawa timur dengan dilengkapi suatu balai penelitian , yaitu besoekisch profstation pada tahun 1910, dengan adannya balai penelitian tersebut maka usaha usaha guna mendapatkan galur yang cocok dan diinginkan terbuka dengan cara seleksi/ hibridisasi menggunakan tembakau yang telah ada / di datangkan dari luar, jenis tembakau besuki cerutu yang sekarang banyak ditanam di besuki tersebut merupakan hasil persilangan antara jenis kedu dengan jenis deli ( djojosudiro, 1967).dua tahuan kemudian , yakni pada tahun 1858 diadakan penanaman jenis tembakau cerutu lainnya di daerah Yogyakarta- Surakarta, tepatnnya di daerah klaten.
Penanaman tembakau juga dilakukan di luar Jawa, yakni di daerah Deli, Sumatra Utara yang dipelopor oleh J. Nienhuys pada tahun 1863. Dan pada tahun 1906 didirikan deli proefstation. Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap tanaman tembakau, untuk wilayah deli sekitar S. ular dan anak sungai S. wampulah merupakan derah yang baik untuk tembakau Deli, jenis tembakau Deli merupakan jenis tembakau cerutu paling baik gun akeperluan pembungkusan cerutu.
Ketiga daerah yang disbutkan diatas ( besuki di jwa barat, klaten di jawa tengah dan deli di Sumatra utara), sekarang merupakan daerah penghasil tembakau jenis cerutu yang sangat potensial bagi Indonesia. Dalam perdagangan inrenasional khususnnya eropa , Indonesia masih merupakan pensuplai komoditas tembakau cerutu peringkat atas yang diperhitungkan. Dalam pasaran internasional tembakau besuki da klaten lebih dikenal dengan tembakau jawa dan tembakau deli lebih dikenal dengan tembakau Sumatra.
Sedangkan untuk di Indonesia sendiri, awal perkembangannya di mulai dari percobaan penanaman tembakau seacra besar besaran di Indonesia dilakuan bangsa Belanda pada tahun 1830 oleh van den bosch melalui “Cultuurstelsel” yaitu disekitar semarang, jawa tengah , namun pada saat itu mngalami kegagalan ,pada tahun 1856, oleh belanda dicoba kembali penanaman tembakau secara meluas di daerah besuki, jawa timur dengan dilengkapi suatu balai penelitian , yaitu besoekisch profstation pada tahun 1910, dengan adannya balai penelitian tersebut maka usaha usaha guna mendapatkan galur yang cocok dan diinginkan terbuka dengan cara seleksi/ hibridisasi menggunakan tembakau yang telah ada / di datangkan dari luar, jenis tembakau besuki cerutu yang sekarang banyak ditanam di besuki tersebut merupakan hasil persilangan antara jenis kedu dengan jenis deli ( djojosudiro, 1967).dua tahuan kemudian , yakni pada tahun 1858 diadakan penanaman jenis tembakau cerutu lainnya di daerah Yogyakarta- Surakarta, tepatnnya di daerah klaten.
Penanaman tembakau juga dilakukan di luar Jawa, yakni di daerah Deli, Sumatra Utara yang dipelopor oleh J. Nienhuys pada tahun 1863. Dan pada tahun 1906 didirikan deli proefstation. Jenis tanah sangat berpengaruh terhadap tanaman tembakau, untuk wilayah deli sekitar S. ular dan anak sungai S. wampulah merupakan derah yang baik untuk tembakau Deli, jenis tembakau Deli merupakan jenis tembakau cerutu paling baik gun akeperluan pembungkusan cerutu.
Ketiga daerah yang disbutkan diatas ( besuki di jwa barat, klaten di jawa tengah dan deli di Sumatra utara), sekarang merupakan daerah penghasil tembakau jenis cerutu yang sangat potensial bagi Indonesia. Dalam perdagangan inrenasional khususnnya eropa , Indonesia masih merupakan pensuplai komoditas tembakau cerutu peringkat atas yang diperhitungkan. Dalam pasaran internasional tembakau besuki da klaten lebih dikenal dengan tembakau jawa dan tembakau deli lebih dikenal dengan tembakau Sumatra.
Rabu, 15 Desember 2010
3. Mekanisme sintesa protein: DNA, tRNA, mRNA
Mekanisme sintesa protein: DNA, tRNA, mRNA
Mekanisme sintesis protein secara skema garis besar dapat dilihat pada Gambar 1. Sebuah molekul mRNA akan terikat pada permukaan ribosom yang kedua subunitnya telah bergabung. Pengikatan ini terjadi karena pada mRNA prokariot terdapat urutan basa tertentu yang disebut sebagai tempat pengikatan ribosom (ribosom binding site) atau urutan Shine-Dalgarno. Sementara itu, pada eukariot pengikatan ribosom dilakukan oleh ujung 5’ mRNA. Selanjutnya, berbagai aminoasil-tRNA akan berdatangan satu demi satu ke kompleks ribosom-mRNA ini dengan urutan sesuai dengan antikodon dan asam amino yang dibawanya. Urutan ini ditentukan oleh urutan triplet kodon pada mRNA. Ikatan peptida terbentuk di antara asam-asam amino yang terangkai menjadi rantai polipeptida di tapak P ribosom. Penggabungan asam-asam amino terjadi karena gugus amino pada asam amino yang baru masuk berikatan dengan gugus karboksil pada asam amino yang terdapat pada rantai polipeptida yang sedang diperpanjang. Penjelasan tentang mekanisme sintesis protein yang lebih rinci disertai contoh, khususnya pada prokariot,
Inisiasi sintesis protein dilakukan oleh aminoasil-tRNA khusus, yaitu tRNA yang membawa metionin (dilambangkan sebagai metionil-tRNAi Met). Hal ini berarti bahwa
sintesis semua polipeptida selalu dimulai dengan metionin. Khusus pada prokariot akan terjadi formilasi gugus amino pada metionil-tRNAi Met (dilambangkan sebagai metioniltRNAf Met) yang mencegah terbentuknya ikatan peptida antara gugus amin tersebut dengan gugus karboksil asam amino pada ujung polipetida yang sedang diperpanjang sehingga asam amino awal pada polipeptida prokariot selalu berupa f-metionin. Pada eukariot metionil-tRNAi Met tidak mengalami formilasi gugus amin, tetapi molekul ini akan bereaksi dengan protein-protein tertentu yang berfungsi sebagai faktor inisiasi (IF-1, IF-2, dan IF-3). Selain itu, baik pada prokariot maupun eukariot, terdapat pula metionil-tRNA yang metioninnya bukan merupakan asam amino awal (dilambangkan sebagai metionil-tRNAMet).
Kompleks inisiasi pada prokariot terbentuk antara mRNA, metionil-tRNAf Met, dan subunit kecil ribosom (30S) dengan bantuan protein IF-1, IF-2, dan IF-3, serta sebuah molekul GTP. Pembentukan kompleks inisiasi ini diduga difasilitasi oleh perpasangan basa antara suatu urutan di dekat ujung 3’ rRNA berukuran 16S dan sebagian urutan pengarah (leader sequence) pada mRNA. Selanjutnya, kompleks inisiasi bergabung dengan subunit besar ribosom (50S), dan metionil-tRNAf Met terikat pada tapak P. Berpasangannya triplet kodon inisiasi pada mRNA dengan antikodon pada metioniltRNAf Met di tapak P menentukan urutan triplet kodon dan aminoasil-tRNAf Met berikutnya yang akan masuk ke tapak A. Pengikatan aminoasil-tRNAf Met berikutnya, misalnya alaniltRNAala, ke tapak A memerlukan protein-protein elongasi EF-Ts dan EF-Tu. Pembentukan ikatan peptida antara gugus karboksil pada metionil-tRNAf Met di tapak P dan gugus amino pada alanil-tRNAala di tapak A dikatalisis oleh enzim peptidil transferase, suatu enzim yang terikat pada subunit ribosom 50S. Reaksi ini menghasilkan dipeptida yang terdiri atas f-metionin dan alanin yang terikat pada tRNAala di tapak A.
Langkah berikutnya adalah translokasi, yang melibatkan (1) perpindahan f-met-alatRNAala dari tapak A ke tapak P dan (2) pergeseran posisi mRNA pada ribosom sepanjang tiga basa sehingga triplet kodon yang semula berada di tapak A masuk ke tapak P. Dalam contoh ini triplet kodon yang bergeser dari tapak A ke P tersebut adalah triplet kodon untuk alanin. Triplet kodon berikutnya, misalnya penyandi serin, akan masuk ke tapak A dan proses seperti di atas hingga translokasi akan terulang kembali. Translokasi memerlukan aktivitas faktor elongasi berupa enzim yang biasa dilambangkan dengan EF-G.
Pemanjangan atau elongasi rantai polipeptida akan terus berlangsung hingga suatu tripet kodon yang menyandi terminasi memasuki tapak A. Sebelum suatu rantai polipeptida selesai disintesis terlebih dahulu terjadi deformilisasi pada f-metionin menjadi metionin. Terminasi ditandai oleh terlepasnya mRNA, tRNA di tapak P, dan rantai polipeptida dari ribosom. Selain itu, kedua subunit ribosom pun memisah. Pada terminasi diperlukan aktivitas dua protein yang berperan sebagai faktor pelepas atau releasing factors, yaitu RF-1 dan RF-2.
Sesungguhnya setiap mRNA tidak hanya ditranslasi oleh sebuah ribosom. Pada
umumnya sebuah mRNA akan ditranslasi secara serempak oleh beberapa ribosom yang satu sama lain berjarak sekitar 90 basa di sepanjang molekul mRNA. Kompleks translasi yang terdiri atas sebuah mRNA dan beberapa ribosom ini dinamakan poliribosom atau polisom. Besarnya polisom sangat bervariasi dan berkorelasi dengan ukuran polipeptida yang akan disintesis. Sebagai contoh, rantai hemoglobin yang tersusun dari sekitar 150 asam amino disintesis oleh polisom yang terdiri atas lima buah ribosom (pentaribosom).
Pada prokariot translasi seringkali dimulai sebelum transkripsi berakhir. Hal ini dimungkinkan terjadi karena tidak adanya dinding nukleus yang memisahkan antara transkripsi dan translasi. Dengan berlangsungnya kedua proses tersebut secara bersamaan, ekspresi gen menjadi sangat cepat dan mekanisme nyala-padam (turn on-turn off) ekspresi gen juga menjadi sangat efisien.
Mekanisme sintesis protein secara skema garis besar dapat dilihat pada Gambar 1. Sebuah molekul mRNA akan terikat pada permukaan ribosom yang kedua subunitnya telah bergabung. Pengikatan ini terjadi karena pada mRNA prokariot terdapat urutan basa tertentu yang disebut sebagai tempat pengikatan ribosom (ribosom binding site) atau urutan Shine-Dalgarno. Sementara itu, pada eukariot pengikatan ribosom dilakukan oleh ujung 5’ mRNA. Selanjutnya, berbagai aminoasil-tRNA akan berdatangan satu demi satu ke kompleks ribosom-mRNA ini dengan urutan sesuai dengan antikodon dan asam amino yang dibawanya. Urutan ini ditentukan oleh urutan triplet kodon pada mRNA. Ikatan peptida terbentuk di antara asam-asam amino yang terangkai menjadi rantai polipeptida di tapak P ribosom. Penggabungan asam-asam amino terjadi karena gugus amino pada asam amino yang baru masuk berikatan dengan gugus karboksil pada asam amino yang terdapat pada rantai polipeptida yang sedang diperpanjang. Penjelasan tentang mekanisme sintesis protein yang lebih rinci disertai contoh, khususnya pada prokariot,
Inisiasi sintesis protein dilakukan oleh aminoasil-tRNA khusus, yaitu tRNA yang membawa metionin (dilambangkan sebagai metionil-tRNAi Met). Hal ini berarti bahwa
sintesis semua polipeptida selalu dimulai dengan metionin. Khusus pada prokariot akan terjadi formilasi gugus amino pada metionil-tRNAi Met (dilambangkan sebagai metioniltRNAf Met) yang mencegah terbentuknya ikatan peptida antara gugus amin tersebut dengan gugus karboksil asam amino pada ujung polipetida yang sedang diperpanjang sehingga asam amino awal pada polipeptida prokariot selalu berupa f-metionin. Pada eukariot metionil-tRNAi Met tidak mengalami formilasi gugus amin, tetapi molekul ini akan bereaksi dengan protein-protein tertentu yang berfungsi sebagai faktor inisiasi (IF-1, IF-2, dan IF-3). Selain itu, baik pada prokariot maupun eukariot, terdapat pula metionil-tRNA yang metioninnya bukan merupakan asam amino awal (dilambangkan sebagai metionil-tRNAMet).
Kompleks inisiasi pada prokariot terbentuk antara mRNA, metionil-tRNAf Met, dan subunit kecil ribosom (30S) dengan bantuan protein IF-1, IF-2, dan IF-3, serta sebuah molekul GTP. Pembentukan kompleks inisiasi ini diduga difasilitasi oleh perpasangan basa antara suatu urutan di dekat ujung 3’ rRNA berukuran 16S dan sebagian urutan pengarah (leader sequence) pada mRNA. Selanjutnya, kompleks inisiasi bergabung dengan subunit besar ribosom (50S), dan metionil-tRNAf Met terikat pada tapak P. Berpasangannya triplet kodon inisiasi pada mRNA dengan antikodon pada metioniltRNAf Met di tapak P menentukan urutan triplet kodon dan aminoasil-tRNAf Met berikutnya yang akan masuk ke tapak A. Pengikatan aminoasil-tRNAf Met berikutnya, misalnya alaniltRNAala, ke tapak A memerlukan protein-protein elongasi EF-Ts dan EF-Tu. Pembentukan ikatan peptida antara gugus karboksil pada metionil-tRNAf Met di tapak P dan gugus amino pada alanil-tRNAala di tapak A dikatalisis oleh enzim peptidil transferase, suatu enzim yang terikat pada subunit ribosom 50S. Reaksi ini menghasilkan dipeptida yang terdiri atas f-metionin dan alanin yang terikat pada tRNAala di tapak A.
Langkah berikutnya adalah translokasi, yang melibatkan (1) perpindahan f-met-alatRNAala dari tapak A ke tapak P dan (2) pergeseran posisi mRNA pada ribosom sepanjang tiga basa sehingga triplet kodon yang semula berada di tapak A masuk ke tapak P. Dalam contoh ini triplet kodon yang bergeser dari tapak A ke P tersebut adalah triplet kodon untuk alanin. Triplet kodon berikutnya, misalnya penyandi serin, akan masuk ke tapak A dan proses seperti di atas hingga translokasi akan terulang kembali. Translokasi memerlukan aktivitas faktor elongasi berupa enzim yang biasa dilambangkan dengan EF-G.
Pemanjangan atau elongasi rantai polipeptida akan terus berlangsung hingga suatu tripet kodon yang menyandi terminasi memasuki tapak A. Sebelum suatu rantai polipeptida selesai disintesis terlebih dahulu terjadi deformilisasi pada f-metionin menjadi metionin. Terminasi ditandai oleh terlepasnya mRNA, tRNA di tapak P, dan rantai polipeptida dari ribosom. Selain itu, kedua subunit ribosom pun memisah. Pada terminasi diperlukan aktivitas dua protein yang berperan sebagai faktor pelepas atau releasing factors, yaitu RF-1 dan RF-2.
Sesungguhnya setiap mRNA tidak hanya ditranslasi oleh sebuah ribosom. Pada
umumnya sebuah mRNA akan ditranslasi secara serempak oleh beberapa ribosom yang satu sama lain berjarak sekitar 90 basa di sepanjang molekul mRNA. Kompleks translasi yang terdiri atas sebuah mRNA dan beberapa ribosom ini dinamakan poliribosom atau polisom. Besarnya polisom sangat bervariasi dan berkorelasi dengan ukuran polipeptida yang akan disintesis. Sebagai contoh, rantai hemoglobin yang tersusun dari sekitar 150 asam amino disintesis oleh polisom yang terdiri atas lima buah ribosom (pentaribosom).
Pada prokariot translasi seringkali dimulai sebelum transkripsi berakhir. Hal ini dimungkinkan terjadi karena tidak adanya dinding nukleus yang memisahkan antara transkripsi dan translasi. Dengan berlangsungnya kedua proses tersebut secara bersamaan, ekspresi gen menjadi sangat cepat dan mekanisme nyala-padam (turn on-turn off) ekspresi gen juga menjadi sangat efisien.
kuingin kau menjadi seperti dahulu
Dahulu ku memang selalu membodohimu , selalu membodohimu dan membohongi mu
Dahulu memang ku selalu menyakitimu, menyakitimu dengan kalimat kalaimat kotorku, dan sikap ku
Dahulu ku selalu membuatmu menangis, menangis karena kesalahan ku,
Namun kin……………….
Semua telah berubah…………………………..
Kau yang dahulu selalu menangis,
kau yang yang dahulu selalu meminta pada ku,
Meminta aku untuk, menghargai mu, meminta aku untuk tidak menyakiti mu,
meminta ku untuk selalu membuatmu tertawa
kini menjadi seseorang yang
terlalu pintar, terlalu pintar untuk mengatakan apa yang kamu lakuakan adalah benar…
hingga engkau lupa , engkau lupaa, kalu dahulu engkau merasakan apa yang sekarang aku rasakan
engkau lupa bahwa ada aku yang selalu menunggu mu
menunggu untuk mendengar suara mu, menunggu untuk mendapatkan pengertiaan dan perhatian dari mu
Ku yakin, mungkin engkau begini
Itu semua karena kesalahan ku
Andai saja aku tidak pernah membodohimu, menyakitimu dan selalu membuatmu terluka
Mungkin engkau tidak akan menjadi seperti ini
Ohh tuhaaan
Kembalikanlah dia menjadi seprti yang dulu
Bidadariku, yang santun
Bidadariku yang dapat mengerti akan kehadiran ku dan kesibukan ku
Bidadari yang selalu membimbingku dalam kebaikan
Ku yakin kau mampu, ku yakin kita sanggup
Membawa perahu kita sampai pada suatu sebuah pelabuhan yang kita idam idamkan
Kau masih ingat kan letak pelabuhan itu??????
Pelabuhan yang bernama
“pernikahan”.........................
Selasa, 14 Desember 2010
Anakku
anakku...
Bila ibu boleh memilih Apakah ibu berbadan langsing atau berbadan besar karena mengandungmu
Maka ibu akan memilih mengandungmu
Karena dalam mengandungmu ibu merasakan keajaiban dan kebesaran Allah
Sembilan bulan nak...
Engkau hidup di perut ibu
Engkau ikut kemanapun ibu pergi
Engkau ikut merasakan ketika jantung ibu berdetak karena kebahagiaan
Engkau menendang rahim ibu ketika engkau merasa tidak nyaman, karena ibu kecewa dan berurai air mata
Anakku...
Bila ibu boleh memilih apakah ibu harus operasi caesar, atau ibu harus berjuang melahirkanmu
Maka ibu memilih berjuang melahirkanmu
Karena menunggu dari jam ke jam, menit ke menit kelahiranmu
Adalah seperti menunggu antrian memasuki salah satu pintu surga
Karena kedahsyatan perjuanganmu untuk mencari jalan ke luar ke dunia sangat ibu rasakan
Dan saat itulah kebesaran Allah menyelimuti kita berdua
Malaikat tersenyum diantara peluh dan erangan rasa sakit,
Yang tak pernah bisa ibu ceritakan kepada siapapun
Dan ketika engkau hadir, tangismu memecah dunia
Saat itulah...
Saat paling membahagiakan
Segala sakit & derita sirna melihat dirimu yang merah,
Mendengarkan ayahmu mengumandangkan adzan,
Kalimat syahadat kebesaran Allah dan penetapan hati tentang junjungan kita Rasulullah di telinga mungilmu
Anakku...
Bila ibu boleh memilih apakah ibu berdada indah,
atau harus bangun tengah malam untuk menyusuimu,
Maka ibu memilih menyusuimu,
Karena dengan menyusuimu ibu telah membekali hidupmu dengan tetesan-tetesan dan tegukan tegukan yang sangat berharga
Merasakan kehangatan bibir dan badanmu didada ibu dalam kantuk ibu,
Adalah sebuah rasa luar biasa yang orang lain tidak bisa rasakan
Anakku...
Bila ibu boleh memilih duduk berlama-lama di ruang rapat
Atau duduk di lantai menemanimu menempelkan puzzle
Maka ibu memilih bermain puzzle denganmu
Tetapi anakku...
Hidup memang pilihan...
Jika dengan pilihan ibu, engkau merasa sepi dan merana
Maka maafkanlah nak...
Maafkan ibu... Maafkan ibu...
Percayalah nak,
ibu sedang menyempurnakan puzzle kehidupan kita,
Agar tidak ada satu kepingpun bagian puzzle kehidupan kita yang hilang
Percayalah nak...
Sepi dan ranamu adalah sebagian duka ibu
Percayalah nak...
Engkau adalah selalu menjadi belahan nyawa ibu...
cinta aku menunggu mu :)
Dalam jiwa jika ada rasa yang di sampaikan ke akal tentang bayang seseorang lalu menjelma menjadi Impian dan terucap dalam lisan dalam doa-doa panjang serta kaki, tangan dan anggota tubuh lain bergerak bekerja dalam nama Ikhtiar
itu semua demi satu kata ini CINTA
Tapi pesona keindahan cinta ini tertutup kabut ketidak tahuan hingga jalan menuju kata ini begitu berat, begitu seram untuk kita bayangkan
Padahal islam datang memberikan panduan jatuh Cinta sama dengan harus menikah karena jika tidak…. maka Cinta itu hanya membuat dirimu susah makan susah tidur susah berpikir sehat
padahal hakikatnya Cinta itu harus membuat kita CERIA
Disinilah Islam hadir mempermudah jalan merefleksikan cinta itu Kategori memilih pasangan sholeh di buat sangat jelas Mahar di buat Mudah dan Walimatul Ursy, di buat sederhana tapi barokah
maka ungkapan Mudah-mudahkanlah Pernikahan menemukan pembenarannya
hanya saja kadang kita membuat sulit dan membekas dimata dan jiwa kita Menikah identik dengan kemahalan identik dengan biaya besar…….
Jika memang sudah tak bisa di tahan Jika si dia selalu menggoda Kekhusyuanmu maka menikahlah….
inilah penyelamatanmu
Jangan diam Mulailah dialog dengan orang tua Mulailah serius mencari penghasilan yang Halal
lalu berdoalah katakan dalam hatimu
“Cinta aku menunggumu, di Mahligai Indah itu…. Siapapun dirimu, yang Allah Takdirkan untukku…. Engkaulah yang Terbaik untukku……” “Ya Rabbi yang Maha Mendengar..dengarlah suara bathin hamba ini……”
Senin, 13 Desember 2010
Al Walaa’ wal Baraa’
Objektif
1. Memahami bahawa Laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah adalah dasar seluruh ajaran Islam.
2. Menyedari bahawa Laa ilaha illa Allah mengandungi erti menolak segala sembilan selain Allah dan hanya menerima Allah sahaja sebagai satu-satunya sembahan.
3. Menyedari bahawa memberikan loyaliti kepada Allah dan Rasul dengan beribadah yang ikhlas kepada Allah serta mengikut sunnah adalah wajib.
Sinopsis
Kalimat laa ilaha illa Allah terdiri dari 3 jenis huruf (alif, lam dan ha) serta 4 kata (Laa, ilaha, illa, Allah) tetapi mengandung pengertian yang mencakup seluruh ajaran Islam. Keberadaan kata ini adalah Wala terhadap Allah dan Bara terhadap selain Allah. Bagi muslim sikap ini merupakan sikap hidup yang inti dan warisan para nabi. Penyimpangan dari sikap ini tergolong dosa besar yang tidak diampuni (syirik). Dengan sikap Wala dan Bara seorang mu’min akan selalu mengarahkan dirinya kepada Allah di setiap perbuatannya. Untuk memahami wala dan bara ini kita perlu mengkaji unsur-unsur kalimatnya, seperti laa, ilaha, illa dan sebagainya. Kalimah Muhammad Rasulullah merupakan bahagian kedua dari syahadatain. Didalamnya terkandung suatu pengakuan tentang kerasulan Muhammad SAW. Ertinya di dalam rangka mengamalkan Wala dan Bara yang terkandung di dalam Laa ilaha illa Allah maka mesti mengikuti petunjuk dan jejak langkah Muhammad SAW. Beliau mendapatkan pengesahan Ilahi untuk menunjukkan kebenaran dan melaksanakannya. Maka beliau merupakan teladan pelaksanaan Wala dan Bara.
Hadits :
Rasulullah saw : “ Innamaa uriidu an taquula kalimatan waahidatan tantahu bihar ruumu wal farsu “
Abu Jahl : “ Wallaahi wa ‘asyru kalimaatin “
Rasulullad saw : “Innamaa uriidu an taquula Laa ilaaha illallaahu “
Abu Jahl : ”Haadzaa amrun takruhumul muluuku”
◊ Laa ilaaha illallaah adalah sebuah kalimat yang menjadi inti ajaran semua nabi & rasul utusan Allah adalah mengingkari sembahan selain Allah dan hanya menerima Allah sahaja sebagai satu-satunya sembahan ( 21:25, 16:36, 7:59,65,73,85,158 )
◊ 21 : 25 “ Dan tidak Kami utus Rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepada-Nya bahwa : Tidak ada Tuhan selain Aku, karena itu sembahlah Aku (Wamaa arsalnaa min qablika min rasuulin illaa nuhii ilaihi : annahu laa ilaaha illaa ana fa’buduun) “.
◊ 16 : 36 “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat ( wa laqad ba’atsnaa fii kulli ummatin rasuulan ) (untuk menyerukan) sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thagut itu ( ani’budullaha wajtanibuth thaaghuuta ) maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul) “.
◊ 7 : 59 “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata : ‘wahai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain Nya ( yaa qaumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghairuhuu ), sesungguhnya ;kalau kamu tidak menyembah Allah; aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar;kiamat; “.
◊ 7 : 65 “Dan ;Kami telah mengutus; kepada kaum ‘Aad, saudara mereka : Hud, ia berkata : ‘hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain Nya ( yaa qaumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghairuhuu ), Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepadaNya ?”.
◊ 7 : 73 “Dan ;Kami telah mengutus; kepada kaum Tsamud, saudara mereka : Shaleh, ia berkata : ‘hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain Nya ( yaa qaumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghairuhuu ). Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari TuhanMu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun ;yang karenanya; kamu akan ditimpa siksaan yang pedih.”
◊ 7 : 85 “Dan ;Kami telah mengutus; kepada penduduk Madyan, saudara mereka : Syu’aib, ia berkata : ‘hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain Nya ( yaa qaumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghairuhuu ). Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari TuhanMu. Maka sempurnakanlah takaran & timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran & timbangannya dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu oprang-orang yang beriman “.
◊ 7 : 158 ‘ Katakanlah : ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit & bumi, tidak ada Tuhan selain Dia, yang menghidupkan & mematikan. (Qul yaa ayyuhan-naasu innii rasuulullaahi ilaikum jami’an, alladazii lahuu mulkus-samaawaati wal-ardhi, laa illaahuwa yuhyii wa yumiitu) Karena itu berimanlah kamu kepada Allah & Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia supaya kamu mendapat petunjuk ‘
◊ Jadi intinya adalah mengesakan Allah, mentauhid kan Allah, memusnahkan kesmusyrikan, satu-satunya dosa yang tidak diampuni Allah (4:48, 116, 5:76) bahaya menyimpang dari Tauhid .
◊ 5 : 76 “Katakanlah :,mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat ? ( Qul ata’buduuna min duunillaahi maa laa yamliku lakum dharran wa laa naf’an ). Dan Allah-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “.
◊ 4 : 48 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik ( innallaaha laa yaghfiru an yusyraka bihi ) dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar “.
◊ 4 : 116 “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan ;sesuatu; dengan Dia ( innallaaha laa yaghfiru an yusyraka bihi ) dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendakiNya ( wa yaghfiru maa duuna dzalika li man yasyaa-u ). Barangsiapa yang mempersekutukan ;sesuatu; dengan Allah maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya “.
◊ Hadits. Barang-siapa yang mencintai karena Allah,membenci karena Allah, memberi karena Allah dan melarang karena Allah, maka ia telah mencapai kesempurnaan Iman.
◊ Kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ terdiri dari 3 jenis huruf saja (alif, lam, ha) dan 4 kata (laa, ilah, illa, Allah), tetapi mengandung pengertian yang mencakup seluruh ajaran Islam, oleh karena itu Allah menyuruh kita untuk memahaminya (47:19) - dosa-dosa manusia diakibatkan kelalaian memahami makna tauhid.
47 : 19 “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan ;yang haq; melainkan Allah ( fa’lam annahuu laa ilaha illallaahi ) dan mohonlah ampunan bagi dosamu ( wastaghfiru lidzambika ) dan bagi (dosa) orang-orang mu’min laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu “.
◊ Kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ bukanlah deretan ‘mantra’ yang mempunyai kekuatan ghaib tertentu, tetapi ia adalah sebuah pernyataan, sebuah komitmen !!
◊ Laa ~ kata penolakan ( kalimatun nafii ) yang artinya : meniadakan, menolak & menafikan semua hal yang ada dibelakang kata tsb
◊ Ilaaha ~ kata yang ditolak ( kalimatul manfii ) yang artinya : seluruh bentuk ‘ilaah’ atau sembahan yang ditolak oleh kata Laa
◊ Illa ~ kata peneguhan ( kalimatul itsbaatu ) yang artinya : pengecualian yang bermakna meneguhkan & menguatkan kata di belakangnya sebagai satu-satunya yang tidak ditolak
◊ Allah ~ kata yang diteguhkan ( kalimatul mutsbit ) yang artinya : bahwa Allah sebagi satu-satunya yang dikecualikan oleh kata ‘ illa’ , sehingga Dia-lah satu-satunya ‘ilaah’ .
◊ Dua kata pertama : ‘ Laa Ilaaha ‘ = tidak ada ‘ilaah’ yang bermakna sebuah sikap Baraa’ ~ yang artinya membebaskan diri daripada segala bentuk sembahan. ‘melepaskan diri’ dari segala bentuk ikatan sembahan / pengabdian. Pembebasan ini berarti : mengingkari, memisahkan diri, membenci, memusuhi dan memerangi.
Melepaskan diri itu dalam bentuk sikap :
1. al kufru : pengingkaran,
2. al ‘adaawatu : permusuhan,
3. al mufaashalatu : memutuskan hubungan,
4. al bughdhu : kebencian.
Keempat perkara ini ditunjukkan pada segala ilah selain Allah baik berupa sistem, konsep maupun pelaksana.
◊ Sikap bara’ berarti melepaskan diri seperti yang dilakukan oleh Rasul terhadap orang-orang kafir dan musyrik.
9:1. (Inilah pernyataan) pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).
◊ Sikap bara’ adalah membenci kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan.
9:7. Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,
◊ Ke-empat sikap ini ditujukan kepada semua ‘ilaah’ selain Allah, segala bentuk berhala : patung, konsep atau thagut. ( 60:4 ) contoh sikap bara yang diperlihatkan Nabi Ibrahim AS dan pengikutnya terhadap kaumnya. Mengandung unsur mengingkari, memisahkan diri, membenci dan memusuhi. (58:22 ) sikap bara dapat diartikan juga memerangi dan memusuhi meskipun terhadap familinya. Contohnya Abu Ubaidah membunuh ayahnya, Umar bin Khattab membunuh bapa saudaranya, sedangkan Abu Bakar hampir membunuh putranya yang masih musyrik. Semua ini berlangsung di medan perang.
◊ 60 : 4 “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia , ketika mereka berkata kepada kaum mereka (Qad kaanat lakum uswatun hasanatun fii ibraahiima wal-ladziina ma’ahuu idz qaaluu li qaumihim): ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang akmu sembah selain Allah, kami ingkari ;kekafiran; mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selam-lamnya sampai kamu beriman kepada Allah saja. ( inna bara-aa-u minkum wa mimmaa ta’buduuna min duunillaahi kafarnaa bikum wa badaa bainanaa wa bainakumul ‘adaawatu wal baghdhaa-u abadan hatta tu’-minuu billahi wahdahu ). Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya : sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu ;siksaan; Allah. ;Ibrahim berkata; ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali “.
◊ Nabi Ibrahim menyatakan permusuhan terhadap berhala-berhala sembahan kaumnya 26:77. “ karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam, “.
◊ 58 : 22 “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akherat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah & RasulNya ( laa tajidu qauman tu’-minuuna billaahi wal yaumil aakhiiri yuwaadduuna man haaddallaaha wa rasuulahu), sekalipun orang-orang itu bapak-bapaknya atau anak-anaknya atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka ( walau kaanuu aabaa-ahum wa abnaa-ahum wa ikhwaanahum au ‘asyiiratahum ) . Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka & menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripadaNya (Ulaaika kataba fii quluubihimul iimaanaa wa ayyadahum bi ruuhin-minhu). Dan dimasukkanNya mereka ke dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap ;limpahan rahmat;Nya. Mereka itulah golongan Allah ( ulaa-ika hizbullaahi ), ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung “.
◊ 9 : 1 “ (Inilah pernyataan) pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) ( baraa-atum minallahi wa rasulii ilal-ladziina ‘aahadtum minal musyrikiina )”.
◊ 2 : 167 “ Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti ; ‘seandainya kami dapat kembali (ke dunia) pasti kami akan berlepas diri dari mereka sebagaimana mereka berlepas diri dari kami’ (Wa qaalal-ladziinat taba’uu lau anna lanaa karratan fanatabarra-a minhum kamaa tabarra-uu minnaa). Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka, dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka “.
◊ Dalam tataran aplikatif, sikap baraa’ itu diwujudkan dengan ‘ Al Hadmu ‘ atau upaya penghancuran, pemusnahan terhadap segala bentuk pengabdian terhadap tandingan-tandingan Allah.
21 : 56-58 “Ibrahim berkata : sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit & bumi yang telah menciptakannya, dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu. Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu ( wa tallaahi la-akiidanna ash-naamakum ) sesudah kamu pergi meninggalkannya Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain (faja’alahum judzaadzan illaa kabiiran lahum) agar mereka kembali ;untuk bertanya; kepadanya “.
Catatan : Nabi Ibrahim as, berusaha menghancurkan berhala-berhala yang membodohkan masyarakatnya dan inilah cara terbaik untuk situasi saat itu, akan tetapi Rasulullah saw membersihkan aqidah & fikrah umatnya dahulu sebelum menghancurkan 360 berhala di sekitar ka’bah pada masa fathu mekkah.
◊ Dua kata berikutnya : ‘ Illa Allah ‘ ~ Illallaah ‘ yang berarti pengukuhan terhadap ‘waliyatullah’ / kepemimpinan Allah dan memberikan loyalitas secara total kepada Allah saja ~ Al Walaa’ .
Al Wala (loyaliti)
Kalimat Illa Allah berarti pengukuhan terhadap wilayatulLlah (kepemimpinan Allah). Artinya : selalu mentaati, selalu mendekatkan diri, mencintai sepenuh hati, dan membela, mendukung dan menolong. Semua ini ditujukan kepada Allah dan segala yang diizinkan Allah seperti Rasul dan orang yang beriman.
Dalil :
• Q.5:7, 2:285, Iman terhadap kalimat suci ini berarti bersedia mendengar dan taat.
• Q.10:61,62, jaminan Allah terhadap yang menjadi wali (kekasih) Allah karena selalu dekat kepada Nya.
• Q.2:165, wala kepada Allah menjadikan Allah sangat dicintai, lihat 9:24.
• Q.61:14, sebagai bukti dari wala adalah selalu siap mendukung atau menolong dien Allah.
◊ Memberikan walaa’ atau loyalitas itu adalah dengan sikap :
1. ath thaa’atu : ta’at, ( 7:2, 59:7, 33:36, 4:59, 5:7 )
◊ 7 : 2 “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu ( ittabi’uu maa unzila ilaikum min rabbikum ) dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya ( wa laa tattabi’uu min duunihi auliyaa-a ). Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran ;daripadanya; “.
◊ 59 : 7 “Apa saja harta rampasan perang ;fa-I; yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari ppenduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah , dan bertakwalah kepadaAllah ( wa maa aataa kumur rasuulu fa khudzuuhu wa maa nahaakum ‘anhu fantahuu wat taqullaha ), sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya “.
◊ 33 : 36 “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak ;pula; bagi perempuan yang mu’min apabila Allah dan Rasul_nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan ;yang lain; tentang urusan mereka ( wa maa kaana limu’-minin wa laa mu’-minatin idzaa qadhaallaahu wa rasuuluhuu amran an yakuuna lahumul khiyaaratu min amrihim ) . Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh lah dia telah sesat, sesat yang nyata “.
◊ 4 : 59 “Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul;Nya; dan ulil amri di antara kamu ( yaa ayyuhalladziina aamanuu athii’ullaha wa athii’ur rasuula wa ulil amri minkum ). Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah ;al qur’an; dan Rasul ;sunnahnya; jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian ( fain tanaza’tum fii syai-in farudduuhu ilallaahi wa rasuulihi in kuntum tu’-minuuna billaahi wal yaumil aakhiri ). Yang demikian itu lebih utama ;bagimu; dan lebih baik akibatnya “.
◊ 5 : 7 “Dan ingatlah karunia Allah kepadamu ( wadzkuruu ni’matallahi ‘alaikum ) dan perjanjianNya yang telah di-ikat-Nya dengan kamu ( wa miitsaaqahul-ladzii waatsaqakum bihi ), ketika kamu mengatakan : kami dengar & kami taati ( idz qultum sami’naa wa atha’naa ). Dan bertawakal lah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui :isi hatimu; “
2. an nushratu : membela, mendukung, menolong ( 47:7, 61:14, 22:78 )
◊ 47 : 7 “Hai orang-orang beriman jika kamu menolong ;agama; Allah niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. ( yaa ayyuhalladziina aamanuu in tanshurullaha yanshurkum wa yutsabbit aqdaamakum )
◊ 61 : 14 “ Hai orang-orang beriman jadilah kamu penolong-penolong ;agama; Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia : siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku ;untuk menegakkan agama; Allah ?. Pengikut-pengikut yang setia itu berkata : kamilah penolong-penolong agama Allah. Lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan ;yang lain; kafir, maka Kammi berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang “.
◊ 22 : 78 “ Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya ( wa jaahiduu fillaahi haqqa jihaadihi ). Dia telah memilih kamu ( huwajtabaakum ) dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan ( wa maa ja’alaa ‘alaikum fiddiini min haraj ). ;Ikutilah; agama orang tuamu, Ibrahim. Dia ;Allah: telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu dan ;begitu pula; dalam ;al qur’an; ini ( huwa sammaakumul muslimiina min qablu wa fii haadzaa ) supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah pelindungmu maka Dia-lah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong “.
3. al qurbu : mendekatkan diri ( 2:186)
• 2 : 186 “Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka ;jawablah; bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaKu ( ujiibu da’watad daa’i idzaa da’aani ), maka hendaklah mereka itu memenuhi ;segala perintah; Ku ( fal yastajiibuulii ) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu ( wal yu’ minuubii ) agar mereka selalu berada dalam kebenaran “.
4. al mahabbatu : mencintai sepenuh hati (2:165, 9:24, 3:31)
◊ 2 : 165 “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah ( yuhibbuunahum kahubbillaahi ). Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah ( asyaddu hubban lillaahi ). Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa;pada hari kiamat; bahwaq kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya ( annal quwwata lillaahi jamii’an ) dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya ;niscaya mereka menyesal;’.
◊ 9 : 24 ‘ Katakanlah : jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai ( qul in kaanaa aabaa-ukum wa abnaa-ukum wa ikhwaanukum wa azwaajukum wa ‘asyiiratukum wa amwaaluniqtumuuha wa tijaaratun takhsyauna kasaadahaa wa masaakinu tardhaunahaa ), adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan ;dari; berjihad di jalanNya ( ahabba ilaikum minallahi wa rasuulihi wa jihaadin fii sabiilihi ) maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya ( fa tarabbashuu hattaa ya’-tiyallaahu bi amrihi ) , dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik’.
◊ 3 : 31 “Katakanlah : jika kamu ;benar-benar; mencintai Allah ikutilah aku ( qul in kuntum tuhibbuunallaha fattabi’uunii ) niscaya Allah mengasihi & mengampuni dosa-dosamu ( yuhbibkumullahu wa yaghfirlakum dzunuubakum ). Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “.
◊ Ke-empat sikap ( at-tha’atu, an-nushratu, al qurbu, al mahabbatu) ini ditujukan sepenuhnya hanya kepada Allah dan kepada segal sesuatu yang diperkenankan oleh Allah, mis : kepada Rasul dan orang-orang yang beriman.
◊ Dalam tataran aplikatif, sikap walaa’ atau loyalitas itu melahirkan sebuah upaya “ Al Binaa’ “ atau membangun segala sesuatu yang akan menguatkan pengabdian kepada Allah. Membangun system dan aktifitas yang menyeluruh baik dalam skala individu, keluarga, masyarakat maupun negara ( 8:39 “…hataa laa takuuna fitnah, wa yakuunad-diinu kulluhuu lillaah)
Al Bina (membangun).
Sikap wala beserta segala akibatnya merupakan sikap mukmin membangun hubungan yang kuat dengan Allah, Rasul dan orang-orang mukmin. Juga berarti membangun sistem dan aktiviti Islam yang menyeluruh pada diri, keluarga, maupun masyarakat.
• Q.22:41, ciri mukmin adalah senantiasa menegakkan agama Allah.
• Q.24:55, posisi kekhilafahan Allah peruntukkan bagi manusia yang membangun dienullah.
• Q.22:78, jihad di jalan Allah dengan sebenarnya jihad adalah upaya yang tepat membangun dienullah.
◊ Oleh karena itu, ciri seorang mu’min sejati adalah : senantiasa berusaha menegakkan agama Allah terhadap dirinya, lingkungannya dan alam semesta ini (22:41)
22 : 41 “`(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi ( Alladziina in makkannahum fil ardhi ), niscaya mereka mendirikan shalat ( aqaamush shalaata ), menunaikan zakat ( wa aatuz zakaata ), menyuruh berbuat yang ma’ruf & mencegah dari perbuatan yang munkar ( wa amaruu bil ma’ruufi wa nahau ‘anil munkari ) dan kepada Allah-lah kembali segala urusan ( wa lillaahi ‘aaqibatul umuuri ) “.
◊ Sehingga bentuk pengabdian yang sempurna kepada Allah atau ‘ Al Ikhlash ’ hanya dapat dicapai dengan sikap “ baraa’ “ terhadap selain Allah dan memberikan walaa’ atau loyalitas total kepada Allah ( 98:5, 39:11,12,14 )
◊ 98 : 5 “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus ( wa maa umiruu illaa liya’budullaaha mukhlishiina lahud diina hunafaa-a ), dan supaya meeka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus “.
◊ 39 : 11 “Katakanlah : sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama ( qul innii umirtu an a’-budallaaha mukhlishal lahud diina )“.
◊ 39 : 12 “Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri (wa umirtu li an-akuuna awwalal muslimiin)“.
◊ 39 : 14 “Katakanlah : hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam ;menjalankan; agamaku (qul illaaha a’-budu mukhlishal-lahuu diinii ) “.
5 : 78-79 “ Telah dilaknati orang-orang kafir dari bani israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam (Lu’inal-ladziina kafaruu min banii israaiila ‘ala lisaani Daawuda wa ‘Iisa-bni Maryam). Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka & selalu melampaui batas (Dzaalika bimaa ‘ashauw-wa kaanuu ya’taduun) Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat ( Kaanuu laa yatanaa hauna ‘an munkarin fa’aluuhu ). Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat ( labi‘-sa maa kaanuu yaf’aluuna )“
4 : 95 “ Tidaklah sama antara mu’min yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka & jiwanya (Laa yastawiil-qaa’iduuna minal-mu’-miniina ghairu ulidh-dharari wal-mujaahiduuna fii sabiilillaahi bi amwaalihim wa anfusihi ). Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta & jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat ( fadh-dhalallaahul mujaahidiina bi amwaalihim wa anfusihim ‘alal-qaa’idiina darajah ). Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar ( wa fadh-dhalallahul mujaahidiina ‘alal qaa’idiina ajran ‘adzhiima )“
Ikhlas.
Keikhlasan iaitu pengabdian yang murni hanya dapat dicapai dengan sikap bara terhadap selain Allah dan memberikan wala sepenuhnya kepada Allah.
• Q.98:5, mukmin diperintah berlaku ikhlas dalam melakukan ibadah.
• Q.39:11,14, sikap ikhlas adalah inti ajaran Islam dan pengertian dari Laa ilaha illa Allah.
1. Muhammad Rasulullah.
Konsep Wala dan Bara ditentukan dalam bentuk :
a. Allah sebagai sumber.
Allah sebagai sumber wala, dimana loyaliti mutlak hanya milik Allah dan loyaliti lainnya mesti dengan izin Allah.
b. Rasul sebagai cara (kayfiyat).
Pelaksanaan Wala terhadap Allah dan Bara kepada selain Allah mengikuti cara Rasul.
c. Mukmin sebagai pelaksana.
Pelaksana Wala dan Bara adalah orang mukmin yang telah diperintahkan Allah dan dicontohkan Rasulullah.
• Dalam pelasaksanaan Bara, Rasulullah memisahkan manusia atas muslim dan kafir. Hizbullah dengan Hizbus Syaithan. Orang-orang mukmin adalah mereka yang mengimani Laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah sedangkan orang kafir adalah mereka yang mengingkari salah satu dari dua kalimah syahadat atau kedua-duanya.
• Orang-orang beriman wajib mengajak orang kafir kepada jalan Islam dengan dakwah secara hikmah dan pengajaran yang baik. Apabila mereka menolak, kemudian menghalangi jalan dakwah maka mereka boleh diperangi sampai mereka mengakui ketinggian kalimah Allah.
• Hubungan kekeluargaan seperti ayah, ibu, anak tetap diakui selama bukan dalam kemusyrikan atau maksiat terhadap Allah.
• Dengan demikian pelaksanaan Wala dan Bara telah ditentukan caranya. Kita hanya mengikut apa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.
Dalil :
• Q.5:55-56, Allah, Rasul dan orang-orang mukmin adalah wali orang yang beriman.
• Q.4:59, ketaatan diberikan hanya kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri dari kalangan mukmin.
• Q.5:56, orang-orang yang memberikan wala kepada Allah, Rasul dan orang-orang mukmin adalah Hizbullah (golongan Allah), lihat pula 58:22. Selain golongan ini adalah Hizbus Syaithan.
• Q.60:7-9, kebolehan bergaul dengan orang kafir dengan batas-batas tertentu. Asbabun Nuzul ayat ini berkaitan dengan Asma binti Abu Bakar yang tidak mengizinkan ibunya masuk rumahnya sebelum mendapat izin dari Rasulullah, lihat pula 31:15.
Ringkasan Dalil :
• Laa ilaha illa Allah : (Laa) adalah perkataan penolakan, (ilaha) adalah yang ditolak.
• Al Baro’ (melepaskan diri) (60:4, 7:59, 65, 73, 85) :
• Mengingkari
• Membenci
• Memusuhi
• Memutus hubungan
• Menghancurkan
• Illa (melainkan) adalah ungkapan pengukuhan (isbat).
• Allah adalah yang dikukuhkan (diisbatkan).
• Al Wala’/loyaliti (7:196, 5:55, 4:59, 5:7, 47:7, 2:165, 3:31) adalah :
• Taat
• Mendekati
• Membela
• Mencintai
• Membangun
• Menghancurkan dan membangun adalah makna Ikhlas (98:5, 39:11,14).
• Muhammadu Rasulullah – Konsep Al Wala’ dan Al Barro’ :
• Allah adalah sumber nilainya (2:147, 7:2)
• Rasul adalah contoh pelaksanaannya (33:21, 59:7)
• Orang mukmin adalah pelaksananya (33:36, 35:32)
• Kaifiyat “Membina” dan “Menghancurkan” adalah dengan “ittiba’ (3:31).
1. Memahami bahawa Laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah adalah dasar seluruh ajaran Islam.
2. Menyedari bahawa Laa ilaha illa Allah mengandungi erti menolak segala sembilan selain Allah dan hanya menerima Allah sahaja sebagai satu-satunya sembahan.
3. Menyedari bahawa memberikan loyaliti kepada Allah dan Rasul dengan beribadah yang ikhlas kepada Allah serta mengikut sunnah adalah wajib.
Sinopsis
Kalimat laa ilaha illa Allah terdiri dari 3 jenis huruf (alif, lam dan ha) serta 4 kata (Laa, ilaha, illa, Allah) tetapi mengandung pengertian yang mencakup seluruh ajaran Islam. Keberadaan kata ini adalah Wala terhadap Allah dan Bara terhadap selain Allah. Bagi muslim sikap ini merupakan sikap hidup yang inti dan warisan para nabi. Penyimpangan dari sikap ini tergolong dosa besar yang tidak diampuni (syirik). Dengan sikap Wala dan Bara seorang mu’min akan selalu mengarahkan dirinya kepada Allah di setiap perbuatannya. Untuk memahami wala dan bara ini kita perlu mengkaji unsur-unsur kalimatnya, seperti laa, ilaha, illa dan sebagainya. Kalimah Muhammad Rasulullah merupakan bahagian kedua dari syahadatain. Didalamnya terkandung suatu pengakuan tentang kerasulan Muhammad SAW. Ertinya di dalam rangka mengamalkan Wala dan Bara yang terkandung di dalam Laa ilaha illa Allah maka mesti mengikuti petunjuk dan jejak langkah Muhammad SAW. Beliau mendapatkan pengesahan Ilahi untuk menunjukkan kebenaran dan melaksanakannya. Maka beliau merupakan teladan pelaksanaan Wala dan Bara.
Hadits :
Rasulullah saw : “ Innamaa uriidu an taquula kalimatan waahidatan tantahu bihar ruumu wal farsu “
Abu Jahl : “ Wallaahi wa ‘asyru kalimaatin “
Rasulullad saw : “Innamaa uriidu an taquula Laa ilaaha illallaahu “
Abu Jahl : ”Haadzaa amrun takruhumul muluuku”
◊ Laa ilaaha illallaah adalah sebuah kalimat yang menjadi inti ajaran semua nabi & rasul utusan Allah adalah mengingkari sembahan selain Allah dan hanya menerima Allah sahaja sebagai satu-satunya sembahan ( 21:25, 16:36, 7:59,65,73,85,158 )
◊ 21 : 25 “ Dan tidak Kami utus Rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepada-Nya bahwa : Tidak ada Tuhan selain Aku, karena itu sembahlah Aku (Wamaa arsalnaa min qablika min rasuulin illaa nuhii ilaihi : annahu laa ilaaha illaa ana fa’buduun) “.
◊ 16 : 36 “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat ( wa laqad ba’atsnaa fii kulli ummatin rasuulan ) (untuk menyerukan) sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thagut itu ( ani’budullaha wajtanibuth thaaghuuta ) maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul) “.
◊ 7 : 59 “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata : ‘wahai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain Nya ( yaa qaumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghairuhuu ), sesungguhnya ;kalau kamu tidak menyembah Allah; aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar;kiamat; “.
◊ 7 : 65 “Dan ;Kami telah mengutus; kepada kaum ‘Aad, saudara mereka : Hud, ia berkata : ‘hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain Nya ( yaa qaumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghairuhuu ), Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepadaNya ?”.
◊ 7 : 73 “Dan ;Kami telah mengutus; kepada kaum Tsamud, saudara mereka : Shaleh, ia berkata : ‘hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain Nya ( yaa qaumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghairuhuu ). Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari TuhanMu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun ;yang karenanya; kamu akan ditimpa siksaan yang pedih.”
◊ 7 : 85 “Dan ;Kami telah mengutus; kepada penduduk Madyan, saudara mereka : Syu’aib, ia berkata : ‘hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain Nya ( yaa qaumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghairuhuu ). Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari TuhanMu. Maka sempurnakanlah takaran & timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran & timbangannya dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu oprang-orang yang beriman “.
◊ 7 : 158 ‘ Katakanlah : ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit & bumi, tidak ada Tuhan selain Dia, yang menghidupkan & mematikan. (Qul yaa ayyuhan-naasu innii rasuulullaahi ilaikum jami’an, alladazii lahuu mulkus-samaawaati wal-ardhi, laa illaahuwa yuhyii wa yumiitu) Karena itu berimanlah kamu kepada Allah & Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia supaya kamu mendapat petunjuk ‘
◊ Jadi intinya adalah mengesakan Allah, mentauhid kan Allah, memusnahkan kesmusyrikan, satu-satunya dosa yang tidak diampuni Allah (4:48, 116, 5:76) bahaya menyimpang dari Tauhid .
◊ 5 : 76 “Katakanlah :,mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat ? ( Qul ata’buduuna min duunillaahi maa laa yamliku lakum dharran wa laa naf’an ). Dan Allah-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “.
◊ 4 : 48 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik ( innallaaha laa yaghfiru an yusyraka bihi ) dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar “.
◊ 4 : 116 “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan ;sesuatu; dengan Dia ( innallaaha laa yaghfiru an yusyraka bihi ) dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendakiNya ( wa yaghfiru maa duuna dzalika li man yasyaa-u ). Barangsiapa yang mempersekutukan ;sesuatu; dengan Allah maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya “.
◊ Hadits. Barang-siapa yang mencintai karena Allah,membenci karena Allah, memberi karena Allah dan melarang karena Allah, maka ia telah mencapai kesempurnaan Iman.
◊ Kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ terdiri dari 3 jenis huruf saja (alif, lam, ha) dan 4 kata (laa, ilah, illa, Allah), tetapi mengandung pengertian yang mencakup seluruh ajaran Islam, oleh karena itu Allah menyuruh kita untuk memahaminya (47:19) - dosa-dosa manusia diakibatkan kelalaian memahami makna tauhid.
47 : 19 “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan ;yang haq; melainkan Allah ( fa’lam annahuu laa ilaha illallaahi ) dan mohonlah ampunan bagi dosamu ( wastaghfiru lidzambika ) dan bagi (dosa) orang-orang mu’min laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu “.
◊ Kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ bukanlah deretan ‘mantra’ yang mempunyai kekuatan ghaib tertentu, tetapi ia adalah sebuah pernyataan, sebuah komitmen !!
◊ Laa ~ kata penolakan ( kalimatun nafii ) yang artinya : meniadakan, menolak & menafikan semua hal yang ada dibelakang kata tsb
◊ Ilaaha ~ kata yang ditolak ( kalimatul manfii ) yang artinya : seluruh bentuk ‘ilaah’ atau sembahan yang ditolak oleh kata Laa
◊ Illa ~ kata peneguhan ( kalimatul itsbaatu ) yang artinya : pengecualian yang bermakna meneguhkan & menguatkan kata di belakangnya sebagai satu-satunya yang tidak ditolak
◊ Allah ~ kata yang diteguhkan ( kalimatul mutsbit ) yang artinya : bahwa Allah sebagi satu-satunya yang dikecualikan oleh kata ‘ illa’ , sehingga Dia-lah satu-satunya ‘ilaah’ .
◊ Dua kata pertama : ‘ Laa Ilaaha ‘ = tidak ada ‘ilaah’ yang bermakna sebuah sikap Baraa’ ~ yang artinya membebaskan diri daripada segala bentuk sembahan. ‘melepaskan diri’ dari segala bentuk ikatan sembahan / pengabdian. Pembebasan ini berarti : mengingkari, memisahkan diri, membenci, memusuhi dan memerangi.
Melepaskan diri itu dalam bentuk sikap :
1. al kufru : pengingkaran,
2. al ‘adaawatu : permusuhan,
3. al mufaashalatu : memutuskan hubungan,
4. al bughdhu : kebencian.
Keempat perkara ini ditunjukkan pada segala ilah selain Allah baik berupa sistem, konsep maupun pelaksana.
◊ Sikap bara’ berarti melepaskan diri seperti yang dilakukan oleh Rasul terhadap orang-orang kafir dan musyrik.
9:1. (Inilah pernyataan) pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).
◊ Sikap bara’ adalah membenci kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan.
9:7. Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,
◊ Ke-empat sikap ini ditujukan kepada semua ‘ilaah’ selain Allah, segala bentuk berhala : patung, konsep atau thagut. ( 60:4 ) contoh sikap bara yang diperlihatkan Nabi Ibrahim AS dan pengikutnya terhadap kaumnya. Mengandung unsur mengingkari, memisahkan diri, membenci dan memusuhi. (58:22 ) sikap bara dapat diartikan juga memerangi dan memusuhi meskipun terhadap familinya. Contohnya Abu Ubaidah membunuh ayahnya, Umar bin Khattab membunuh bapa saudaranya, sedangkan Abu Bakar hampir membunuh putranya yang masih musyrik. Semua ini berlangsung di medan perang.
◊ 60 : 4 “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia , ketika mereka berkata kepada kaum mereka (Qad kaanat lakum uswatun hasanatun fii ibraahiima wal-ladziina ma’ahuu idz qaaluu li qaumihim): ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang akmu sembah selain Allah, kami ingkari ;kekafiran; mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selam-lamnya sampai kamu beriman kepada Allah saja. ( inna bara-aa-u minkum wa mimmaa ta’buduuna min duunillaahi kafarnaa bikum wa badaa bainanaa wa bainakumul ‘adaawatu wal baghdhaa-u abadan hatta tu’-minuu billahi wahdahu ). Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya : sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu ;siksaan; Allah. ;Ibrahim berkata; ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali “.
◊ Nabi Ibrahim menyatakan permusuhan terhadap berhala-berhala sembahan kaumnya 26:77. “ karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam, “.
◊ 58 : 22 “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akherat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah & RasulNya ( laa tajidu qauman tu’-minuuna billaahi wal yaumil aakhiiri yuwaadduuna man haaddallaaha wa rasuulahu), sekalipun orang-orang itu bapak-bapaknya atau anak-anaknya atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka ( walau kaanuu aabaa-ahum wa abnaa-ahum wa ikhwaanahum au ‘asyiiratahum ) . Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka & menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripadaNya (Ulaaika kataba fii quluubihimul iimaanaa wa ayyadahum bi ruuhin-minhu). Dan dimasukkanNya mereka ke dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap ;limpahan rahmat;Nya. Mereka itulah golongan Allah ( ulaa-ika hizbullaahi ), ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung “.
◊ 9 : 1 “ (Inilah pernyataan) pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) ( baraa-atum minallahi wa rasulii ilal-ladziina ‘aahadtum minal musyrikiina )”.
◊ 2 : 167 “ Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti ; ‘seandainya kami dapat kembali (ke dunia) pasti kami akan berlepas diri dari mereka sebagaimana mereka berlepas diri dari kami’ (Wa qaalal-ladziinat taba’uu lau anna lanaa karratan fanatabarra-a minhum kamaa tabarra-uu minnaa). Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka, dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka “.
◊ Dalam tataran aplikatif, sikap baraa’ itu diwujudkan dengan ‘ Al Hadmu ‘ atau upaya penghancuran, pemusnahan terhadap segala bentuk pengabdian terhadap tandingan-tandingan Allah.
21 : 56-58 “Ibrahim berkata : sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit & bumi yang telah menciptakannya, dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu. Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu ( wa tallaahi la-akiidanna ash-naamakum ) sesudah kamu pergi meninggalkannya Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain (faja’alahum judzaadzan illaa kabiiran lahum) agar mereka kembali ;untuk bertanya; kepadanya “.
Catatan : Nabi Ibrahim as, berusaha menghancurkan berhala-berhala yang membodohkan masyarakatnya dan inilah cara terbaik untuk situasi saat itu, akan tetapi Rasulullah saw membersihkan aqidah & fikrah umatnya dahulu sebelum menghancurkan 360 berhala di sekitar ka’bah pada masa fathu mekkah.
◊ Dua kata berikutnya : ‘ Illa Allah ‘ ~ Illallaah ‘ yang berarti pengukuhan terhadap ‘waliyatullah’ / kepemimpinan Allah dan memberikan loyalitas secara total kepada Allah saja ~ Al Walaa’ .
Al Wala (loyaliti)
Kalimat Illa Allah berarti pengukuhan terhadap wilayatulLlah (kepemimpinan Allah). Artinya : selalu mentaati, selalu mendekatkan diri, mencintai sepenuh hati, dan membela, mendukung dan menolong. Semua ini ditujukan kepada Allah dan segala yang diizinkan Allah seperti Rasul dan orang yang beriman.
Dalil :
• Q.5:7, 2:285, Iman terhadap kalimat suci ini berarti bersedia mendengar dan taat.
• Q.10:61,62, jaminan Allah terhadap yang menjadi wali (kekasih) Allah karena selalu dekat kepada Nya.
• Q.2:165, wala kepada Allah menjadikan Allah sangat dicintai, lihat 9:24.
• Q.61:14, sebagai bukti dari wala adalah selalu siap mendukung atau menolong dien Allah.
◊ Memberikan walaa’ atau loyalitas itu adalah dengan sikap :
1. ath thaa’atu : ta’at, ( 7:2, 59:7, 33:36, 4:59, 5:7 )
◊ 7 : 2 “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu ( ittabi’uu maa unzila ilaikum min rabbikum ) dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya ( wa laa tattabi’uu min duunihi auliyaa-a ). Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran ;daripadanya; “.
◊ 59 : 7 “Apa saja harta rampasan perang ;fa-I; yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari ppenduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah , dan bertakwalah kepadaAllah ( wa maa aataa kumur rasuulu fa khudzuuhu wa maa nahaakum ‘anhu fantahuu wat taqullaha ), sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya “.
◊ 33 : 36 “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak ;pula; bagi perempuan yang mu’min apabila Allah dan Rasul_nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan ;yang lain; tentang urusan mereka ( wa maa kaana limu’-minin wa laa mu’-minatin idzaa qadhaallaahu wa rasuuluhuu amran an yakuuna lahumul khiyaaratu min amrihim ) . Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh lah dia telah sesat, sesat yang nyata “.
◊ 4 : 59 “Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul;Nya; dan ulil amri di antara kamu ( yaa ayyuhalladziina aamanuu athii’ullaha wa athii’ur rasuula wa ulil amri minkum ). Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah ;al qur’an; dan Rasul ;sunnahnya; jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian ( fain tanaza’tum fii syai-in farudduuhu ilallaahi wa rasuulihi in kuntum tu’-minuuna billaahi wal yaumil aakhiri ). Yang demikian itu lebih utama ;bagimu; dan lebih baik akibatnya “.
◊ 5 : 7 “Dan ingatlah karunia Allah kepadamu ( wadzkuruu ni’matallahi ‘alaikum ) dan perjanjianNya yang telah di-ikat-Nya dengan kamu ( wa miitsaaqahul-ladzii waatsaqakum bihi ), ketika kamu mengatakan : kami dengar & kami taati ( idz qultum sami’naa wa atha’naa ). Dan bertawakal lah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui :isi hatimu; “
2. an nushratu : membela, mendukung, menolong ( 47:7, 61:14, 22:78 )
◊ 47 : 7 “Hai orang-orang beriman jika kamu menolong ;agama; Allah niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. ( yaa ayyuhalladziina aamanuu in tanshurullaha yanshurkum wa yutsabbit aqdaamakum )
◊ 61 : 14 “ Hai orang-orang beriman jadilah kamu penolong-penolong ;agama; Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia : siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku ;untuk menegakkan agama; Allah ?. Pengikut-pengikut yang setia itu berkata : kamilah penolong-penolong agama Allah. Lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan ;yang lain; kafir, maka Kammi berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang “.
◊ 22 : 78 “ Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya ( wa jaahiduu fillaahi haqqa jihaadihi ). Dia telah memilih kamu ( huwajtabaakum ) dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan ( wa maa ja’alaa ‘alaikum fiddiini min haraj ). ;Ikutilah; agama orang tuamu, Ibrahim. Dia ;Allah: telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu dan ;begitu pula; dalam ;al qur’an; ini ( huwa sammaakumul muslimiina min qablu wa fii haadzaa ) supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah pelindungmu maka Dia-lah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong “.
3. al qurbu : mendekatkan diri ( 2:186)
• 2 : 186 “Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka ;jawablah; bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaKu ( ujiibu da’watad daa’i idzaa da’aani ), maka hendaklah mereka itu memenuhi ;segala perintah; Ku ( fal yastajiibuulii ) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu ( wal yu’ minuubii ) agar mereka selalu berada dalam kebenaran “.
4. al mahabbatu : mencintai sepenuh hati (2:165, 9:24, 3:31)
◊ 2 : 165 “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah ( yuhibbuunahum kahubbillaahi ). Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah ( asyaddu hubban lillaahi ). Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa;pada hari kiamat; bahwaq kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya ( annal quwwata lillaahi jamii’an ) dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya ;niscaya mereka menyesal;’.
◊ 9 : 24 ‘ Katakanlah : jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai ( qul in kaanaa aabaa-ukum wa abnaa-ukum wa ikhwaanukum wa azwaajukum wa ‘asyiiratukum wa amwaaluniqtumuuha wa tijaaratun takhsyauna kasaadahaa wa masaakinu tardhaunahaa ), adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan ;dari; berjihad di jalanNya ( ahabba ilaikum minallahi wa rasuulihi wa jihaadin fii sabiilihi ) maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya ( fa tarabbashuu hattaa ya’-tiyallaahu bi amrihi ) , dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik’.
◊ 3 : 31 “Katakanlah : jika kamu ;benar-benar; mencintai Allah ikutilah aku ( qul in kuntum tuhibbuunallaha fattabi’uunii ) niscaya Allah mengasihi & mengampuni dosa-dosamu ( yuhbibkumullahu wa yaghfirlakum dzunuubakum ). Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “.
◊ Ke-empat sikap ( at-tha’atu, an-nushratu, al qurbu, al mahabbatu) ini ditujukan sepenuhnya hanya kepada Allah dan kepada segal sesuatu yang diperkenankan oleh Allah, mis : kepada Rasul dan orang-orang yang beriman.
◊ Dalam tataran aplikatif, sikap walaa’ atau loyalitas itu melahirkan sebuah upaya “ Al Binaa’ “ atau membangun segala sesuatu yang akan menguatkan pengabdian kepada Allah. Membangun system dan aktifitas yang menyeluruh baik dalam skala individu, keluarga, masyarakat maupun negara ( 8:39 “…hataa laa takuuna fitnah, wa yakuunad-diinu kulluhuu lillaah)
Al Bina (membangun).
Sikap wala beserta segala akibatnya merupakan sikap mukmin membangun hubungan yang kuat dengan Allah, Rasul dan orang-orang mukmin. Juga berarti membangun sistem dan aktiviti Islam yang menyeluruh pada diri, keluarga, maupun masyarakat.
• Q.22:41, ciri mukmin adalah senantiasa menegakkan agama Allah.
• Q.24:55, posisi kekhilafahan Allah peruntukkan bagi manusia yang membangun dienullah.
• Q.22:78, jihad di jalan Allah dengan sebenarnya jihad adalah upaya yang tepat membangun dienullah.
◊ Oleh karena itu, ciri seorang mu’min sejati adalah : senantiasa berusaha menegakkan agama Allah terhadap dirinya, lingkungannya dan alam semesta ini (22:41)
22 : 41 “`(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi ( Alladziina in makkannahum fil ardhi ), niscaya mereka mendirikan shalat ( aqaamush shalaata ), menunaikan zakat ( wa aatuz zakaata ), menyuruh berbuat yang ma’ruf & mencegah dari perbuatan yang munkar ( wa amaruu bil ma’ruufi wa nahau ‘anil munkari ) dan kepada Allah-lah kembali segala urusan ( wa lillaahi ‘aaqibatul umuuri ) “.
◊ Sehingga bentuk pengabdian yang sempurna kepada Allah atau ‘ Al Ikhlash ’ hanya dapat dicapai dengan sikap “ baraa’ “ terhadap selain Allah dan memberikan walaa’ atau loyalitas total kepada Allah ( 98:5, 39:11,12,14 )
◊ 98 : 5 “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus ( wa maa umiruu illaa liya’budullaaha mukhlishiina lahud diina hunafaa-a ), dan supaya meeka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus “.
◊ 39 : 11 “Katakanlah : sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama ( qul innii umirtu an a’-budallaaha mukhlishal lahud diina )“.
◊ 39 : 12 “Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri (wa umirtu li an-akuuna awwalal muslimiin)“.
◊ 39 : 14 “Katakanlah : hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam ;menjalankan; agamaku (qul illaaha a’-budu mukhlishal-lahuu diinii ) “.
5 : 78-79 “ Telah dilaknati orang-orang kafir dari bani israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam (Lu’inal-ladziina kafaruu min banii israaiila ‘ala lisaani Daawuda wa ‘Iisa-bni Maryam). Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka & selalu melampaui batas (Dzaalika bimaa ‘ashauw-wa kaanuu ya’taduun) Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat ( Kaanuu laa yatanaa hauna ‘an munkarin fa’aluuhu ). Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat ( labi‘-sa maa kaanuu yaf’aluuna )“
4 : 95 “ Tidaklah sama antara mu’min yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka & jiwanya (Laa yastawiil-qaa’iduuna minal-mu’-miniina ghairu ulidh-dharari wal-mujaahiduuna fii sabiilillaahi bi amwaalihim wa anfusihi ). Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta & jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat ( fadh-dhalallaahul mujaahidiina bi amwaalihim wa anfusihim ‘alal-qaa’idiina darajah ). Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar ( wa fadh-dhalallahul mujaahidiina ‘alal qaa’idiina ajran ‘adzhiima )“
Ikhlas.
Keikhlasan iaitu pengabdian yang murni hanya dapat dicapai dengan sikap bara terhadap selain Allah dan memberikan wala sepenuhnya kepada Allah.
• Q.98:5, mukmin diperintah berlaku ikhlas dalam melakukan ibadah.
• Q.39:11,14, sikap ikhlas adalah inti ajaran Islam dan pengertian dari Laa ilaha illa Allah.
1. Muhammad Rasulullah.
Konsep Wala dan Bara ditentukan dalam bentuk :
a. Allah sebagai sumber.
Allah sebagai sumber wala, dimana loyaliti mutlak hanya milik Allah dan loyaliti lainnya mesti dengan izin Allah.
b. Rasul sebagai cara (kayfiyat).
Pelaksanaan Wala terhadap Allah dan Bara kepada selain Allah mengikuti cara Rasul.
c. Mukmin sebagai pelaksana.
Pelaksana Wala dan Bara adalah orang mukmin yang telah diperintahkan Allah dan dicontohkan Rasulullah.
• Dalam pelasaksanaan Bara, Rasulullah memisahkan manusia atas muslim dan kafir. Hizbullah dengan Hizbus Syaithan. Orang-orang mukmin adalah mereka yang mengimani Laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah sedangkan orang kafir adalah mereka yang mengingkari salah satu dari dua kalimah syahadat atau kedua-duanya.
• Orang-orang beriman wajib mengajak orang kafir kepada jalan Islam dengan dakwah secara hikmah dan pengajaran yang baik. Apabila mereka menolak, kemudian menghalangi jalan dakwah maka mereka boleh diperangi sampai mereka mengakui ketinggian kalimah Allah.
• Hubungan kekeluargaan seperti ayah, ibu, anak tetap diakui selama bukan dalam kemusyrikan atau maksiat terhadap Allah.
• Dengan demikian pelaksanaan Wala dan Bara telah ditentukan caranya. Kita hanya mengikut apa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.
Dalil :
• Q.5:55-56, Allah, Rasul dan orang-orang mukmin adalah wali orang yang beriman.
• Q.4:59, ketaatan diberikan hanya kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri dari kalangan mukmin.
• Q.5:56, orang-orang yang memberikan wala kepada Allah, Rasul dan orang-orang mukmin adalah Hizbullah (golongan Allah), lihat pula 58:22. Selain golongan ini adalah Hizbus Syaithan.
• Q.60:7-9, kebolehan bergaul dengan orang kafir dengan batas-batas tertentu. Asbabun Nuzul ayat ini berkaitan dengan Asma binti Abu Bakar yang tidak mengizinkan ibunya masuk rumahnya sebelum mendapat izin dari Rasulullah, lihat pula 31:15.
Ringkasan Dalil :
• Laa ilaha illa Allah : (Laa) adalah perkataan penolakan, (ilaha) adalah yang ditolak.
• Al Baro’ (melepaskan diri) (60:4, 7:59, 65, 73, 85) :
• Mengingkari
• Membenci
• Memusuhi
• Memutus hubungan
• Menghancurkan
• Illa (melainkan) adalah ungkapan pengukuhan (isbat).
• Allah adalah yang dikukuhkan (diisbatkan).
• Al Wala’/loyaliti (7:196, 5:55, 4:59, 5:7, 47:7, 2:165, 3:31) adalah :
• Taat
• Mendekati
• Membela
• Mencintai
• Membangun
• Menghancurkan dan membangun adalah makna Ikhlas (98:5, 39:11,14).
• Muhammadu Rasulullah – Konsep Al Wala’ dan Al Barro’ :
• Allah adalah sumber nilainya (2:147, 7:2)
• Rasul adalah contoh pelaksanaannya (33:21, 59:7)
• Orang mukmin adalah pelaksananya (33:36, 35:32)
• Kaifiyat “Membina” dan “Menghancurkan” adalah dengan “ittiba’ (3:31).
Langganan:
Postingan (Atom)