Selasa, 01 Maret 2011

obat bagi penderita alzheimer

Obat pikun atau obat lebih tepatnya penurunan fungsi otak seperti Alzheimer belum banyak yang ada di Indonesia.
Semua obat pikun merupakan golongan penghambat kolinesterase. Obat pikun golongan ini menghambat Acetylcholinesterase, suatu enzim yang bertanggung jawab dalam mengurai salah satu neurotransmiter, Acetylcholine.
Hal ini menyebabkan peningkatan kadar dari Acetylcholine di dalam otak, dan peningkatan kadar tersebut diyakini berkaitan dengan peningkatan berpikir sewaktu minum Obat pikun. Obat pikun dapat menghilangkan gejala-gejala tetapi tidak menurunkan perkembangan penyakit Alzheimer.
Gambar. Otak penderita Alzheimer 


  1. Donepezil
    Donepezil adalah obat yang diminum secara oral untuk mengobati penyakit Alzheimer taraf rendah hingga medium.
    Donepezil tersedia dalam bentuk tablet oral. Biasanya diminum satu kali sehari sebelum tidur, sebelum atau sesudah makan.
    Dokter anda akan memberikan dosis rendah pada awalnya lalu ditingkatkan setelah 4 hingga 6 minggu.
    Efek samping yang sering terjadi sewaktu minum Donepezil adalah sakit kepala, nyeri seluruh badan, lesu, mengantuk, mual, muntah, diare, nafsu makan hilang, berat badan turun, kram, nyeri sendi, insomnia, dan meningkatkan frekwensi buang air kecil.
  2. Rivastigmine
    Rivastigmine adalah obat yang diminum secara oral untuk mengobati penyakit Alzheimer taraf rendah hingga medium.
    Setelah enam bulan pengobatan dengan Rivastigmine, 25-30% penderita dinilai membaik pada tes memori, pengertian dan aktivitas harian dibandingkan pada pasien yang diberikan plasebo hanya 10-20%.
    Rivastigmine biasanya diberikan dua kali sehari setelah makan. Karena efek sampingnya pada saluran cerna pada awal pengobatan, pengobatan dengan Rivastigmine umumnya dimulai dengan dosis rendah, biasanya 1,5 mg dua kali sehari, dan secara bertahap ditingkatkan tidak lebih dari 2 minggu.
    Dosis maksimum biasanya hingga 6 mg dua kali sehari. Jika pasien mengalami gangguan pencernaan yang bertambah parah karena efek samping obat seperti mual dan muntah, sebaiknya minum obat dihentikan untuk beberapa dosis lalu dilanjutkan dengan dosis yang sama atau lebih rendah.
    Sekitar setengah pasien yang minum Rivastigmine menjadi mual dan sepertiganya mengalami muntah minimal sekali, seringkali terjadi pada pengobatan di beberapa minggu pertama pengobatan sewaktu dosis ditingkatkan. Antar seperlima hingga seperempat pasien mengalami penurunan berat badan sewaktu pengobatan dengan Rivastigmine (sekitar 7 hingga 10 poun).
    Seperenam pasien mengalami penurunan nafsu makan. Satu dari lima puluh pasien mengalami pusing. Secara keseluruhan, 15 % pasien (antara sepertujuh atau seperenam) tidak melanjutkan pengobatan karena efek sampingnya.
  3. Galantamine HBr
    Galantamine biasanya diberikan dua kali sehari, setelah makan pagi dan malam. Seringkali Galantamine diberikan dengan dosis rendah pada awalnya yaitu 4 mg dua kali sehari untuk beberapa minggu dan dilanjutkan dengan 8 mg dua kali sehari untuk beberapa minggu pengobatan selanjutnya. Meskipun demikian, beberapa pasien membutuhkan dosis yang lebih besar. Untuk kapsul lepas lambat diminum satu kali sehari.
    Obat dari golongan antikolinergik yang langsung masuk ke dalam otak, seperti Atropin, Benztropin dan Ttriheksiphenil memberikan efek yang berseberangan dengan Galantamine dan harus dihindari minum obat tersebut jika dalam pengobatan dengan Galantamine.
    Efek samping yang sering terjadi dari Galantamine adalah mual (seperenam pasien mengalaminya) , muntah ( lebih dari 10 %), diare (lebih dari seperdelapan pasien), anoreksia, kehilangan berat badan. Efeks samping ini umumnya terjadi pada awal pengobatan atau ketika dosis ditingkatkan.
    Efek samping yang terjadi umumnya ringan dan bersifat sementara. Minum Galantamine sesudah makan dan minum dengan air yang cukup akan mengurangi akibat efek sampingnya. Kurang dari 10 % pasien harus menghentikan pengobatan karena efek samping.
 sumber: medicastore

Tidak ada komentar:

Posting Komentar