Senin, 13 Desember 2010

Al Walaa’ wal Baraa’

Objektif

1. Memahami bahawa Laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah adalah dasar seluruh ajaran Islam.
2. Menyedari bahawa Laa ilaha illa Allah mengandungi erti menolak segala sembilan selain Allah dan hanya menerima Allah sahaja sebagai satu-satunya sembahan.
3. Menyedari bahawa memberikan loyaliti kepada Allah dan Rasul dengan beribadah yang ikhlas kepada Allah serta mengikut sunnah adalah wajib.

Sinopsis

Kalimat laa ilaha illa Allah terdiri dari 3 jenis huruf (alif, lam dan ha) serta 4 kata (Laa, ilaha, illa, Allah) tetapi mengandung pengertian yang mencakup seluruh ajaran Islam. Keberadaan kata ini adalah Wala terhadap Allah dan Bara terhadap selain Allah. Bagi muslim sikap ini merupakan sikap hidup yang inti dan warisan para nabi. Penyimpangan dari sikap ini tergolong dosa besar yang tidak diampuni (syirik). Dengan sikap Wala dan Bara seorang mu’min akan selalu mengarahkan dirinya kepada Allah di setiap perbuatannya. Untuk memahami wala dan bara ini kita perlu mengkaji unsur-unsur kalimatnya, seperti laa, ilaha, illa dan sebagainya. Kalimah Muhammad Rasulullah merupakan bahagian kedua dari syahadatain. Didalamnya terkandung suatu pengakuan tentang kerasulan Muhammad SAW. Ertinya di dalam rangka mengamalkan Wala dan Bara yang terkandung di dalam Laa ilaha illa Allah maka mesti mengikuti petunjuk dan jejak langkah Muhammad SAW. Beliau mendapatkan pengesahan Ilahi untuk menunjukkan kebenaran dan melaksanakannya. Maka beliau merupakan teladan pelaksanaan Wala dan Bara.

Hadits :
Rasulullah saw : “ Innamaa uriidu an taquula kalimatan waahidatan tantahu bihar ruumu wal farsu “
Abu Jahl : “ Wallaahi wa ‘asyru kalimaatin “
Rasulullad saw : “Innamaa uriidu an taquula Laa ilaaha illallaahu “
Abu Jahl : ”Haadzaa amrun takruhumul muluuku”


◊ Laa ilaaha illallaah adalah sebuah kalimat yang menjadi inti ajaran semua nabi & rasul utusan Allah adalah mengingkari sembahan selain Allah dan hanya menerima Allah sahaja sebagai satu-satunya sembahan ( 21:25, 16:36, 7:59,65,73,85,158 )

◊ 21 : 25 “ Dan tidak Kami utus Rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepada-Nya bahwa : Tidak ada Tuhan selain Aku, karena itu sembahlah Aku (Wamaa arsalnaa min qablika min rasuulin illaa nuhii ilaihi : annahu laa ilaaha illaa ana fa’buduun) “.

◊ 16 : 36 “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat ( wa laqad ba’atsnaa fii kulli ummatin rasuulan ) (untuk menyerukan) sembahlah Allah (saja) dan jauhilah thagut itu ( ani’budullaha wajtanibuth thaaghuuta ) maka diantara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula diantaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul) “.

◊ 7 : 59 “Sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya lalu ia berkata : ‘wahai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain Nya ( yaa qaumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghairuhuu ), sesungguhnya ;kalau kamu tidak menyembah Allah; aku takut kamu akan ditimpa azab hari yang besar;kiamat; “.

◊ 7 : 65 “Dan ;Kami telah mengutus; kepada kaum ‘Aad, saudara mereka : Hud, ia berkata : ‘hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain Nya ( yaa qaumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghairuhuu ), Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepadaNya ?”.

◊ 7 : 73 “Dan ;Kami telah mengutus; kepada kaum Tsamud, saudara mereka : Shaleh, ia berkata : ‘hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain Nya ( yaa qaumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghairuhuu ). Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari TuhanMu. Unta betina Allah ini menjadi tanda bagimu, maka biarkanlah dia makan di bumi Allah dan janganlah kamu mengganggunya dengan gangguan apapun ;yang karenanya; kamu akan ditimpa siksaan yang pedih.”

◊ 7 : 85 “Dan ;Kami telah mengutus; kepada penduduk Madyan, saudara mereka : Syu’aib, ia berkata : ‘hai kaumku sembahlah Allah sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain Nya ( yaa qaumi’budullaaha maa lakum min ilaahin ghairuhuu ). Sesungguhnya telah datang bukti yang nyata kepadamu dari TuhanMu. Maka sempurnakanlah takaran & timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran & timbangannya dan janganlah kamu membuat kerusakan dimuka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu oprang-orang yang beriman “.

◊ 7 : 158 ‘ Katakanlah : ‘Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit & bumi, tidak ada Tuhan selain Dia, yang menghidupkan & mematikan. (Qul yaa ayyuhan-naasu innii rasuulullaahi ilaikum jami’an, alladazii lahuu mulkus-samaawaati wal-ardhi, laa illaahuwa yuhyii wa yumiitu) Karena itu berimanlah kamu kepada Allah & Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia supaya kamu mendapat petunjuk ‘

◊ Jadi intinya adalah mengesakan Allah, mentauhid kan Allah, memusnahkan kesmusyrikan, satu-satunya dosa yang tidak diampuni Allah (4:48, 116, 5:76) bahaya menyimpang dari Tauhid .

◊ 5 : 76 “Katakanlah :,mengapa kamu menyembah selain daripada Allah, sesuatu yang tidak dapat memberi mudharat kepadamu dan tidak (pula) memberi manfaat ? ( Qul ata’buduuna min duunillaahi maa laa yamliku lakum dharran wa laa naf’an ). Dan Allah-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui “.

◊ 4 : 48 “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik ( innallaaha laa yaghfiru an yusyraka bihi ) dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar “.

◊ 4 : 116 “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan ;sesuatu; dengan Dia ( innallaaha laa yaghfiru an yusyraka bihi ) dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendakiNya ( wa yaghfiru maa duuna dzalika li man yasyaa-u ). Barangsiapa yang mempersekutukan ;sesuatu; dengan Allah maka sesungguhnya ia telah tersesat sejauh-jauhnya “.


◊ Hadits. Barang-siapa yang mencintai karena Allah,membenci karena Allah, memberi karena Allah dan melarang karena Allah, maka ia telah mencapai kesempurnaan Iman.

◊ Kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ terdiri dari 3 jenis huruf saja (alif, lam, ha) dan 4 kata (laa, ilah, illa, Allah), tetapi mengandung pengertian yang mencakup seluruh ajaran Islam, oleh karena itu Allah menyuruh kita untuk memahaminya (47:19) - dosa-dosa manusia diakibatkan kelalaian memahami makna tauhid.

 47 : 19 “Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan ;yang haq; melainkan Allah ( fa’lam annahuu laa ilaha illallaahi ) dan mohonlah ampunan bagi dosamu ( wastaghfiru lidzambika ) dan bagi (dosa) orang-orang mu’min laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu “.

◊ Kalimat ‘Laa ilaaha illallaah’ bukanlah deretan ‘mantra’ yang mempunyai kekuatan ghaib tertentu, tetapi ia adalah sebuah pernyataan, sebuah komitmen !!
◊ Laa ~ kata penolakan ( kalimatun nafii ) yang artinya : meniadakan, menolak & menafikan semua hal yang ada dibelakang kata tsb
◊ Ilaaha ~ kata yang ditolak ( kalimatul manfii ) yang artinya : seluruh bentuk ‘ilaah’ atau sembahan yang ditolak oleh kata Laa
◊ Illa ~ kata peneguhan ( kalimatul itsbaatu ) yang artinya : pengecualian yang bermakna meneguhkan & menguatkan kata di belakangnya sebagai satu-satunya yang tidak ditolak
◊ Allah ~ kata yang diteguhkan ( kalimatul mutsbit ) yang artinya : bahwa Allah sebagi satu-satunya yang dikecualikan oleh kata ‘ illa’ , sehingga Dia-lah satu-satunya ‘ilaah’ .

◊ Dua kata pertama : ‘ Laa Ilaaha ‘ = tidak ada ‘ilaah’ yang bermakna sebuah sikap Baraa’ ~ yang artinya membebaskan diri daripada segala bentuk sembahan. ‘melepaskan diri’ dari segala bentuk ikatan sembahan / pengabdian. Pembebasan ini berarti : mengingkari, memisahkan diri, membenci, memusuhi dan memerangi.
Melepaskan diri itu dalam bentuk sikap :
1. al kufru : pengingkaran,
2. al ‘adaawatu : permusuhan,
3. al mufaashalatu : memutuskan hubungan,
4. al bughdhu : kebencian.
Keempat perkara ini ditunjukkan pada segala ilah selain Allah baik berupa sistem, konsep maupun pelaksana.

◊ Sikap bara’ berarti melepaskan diri seperti yang dilakukan oleh Rasul terhadap orang-orang kafir dan musyrik.
9:1. (Inilah pernyataan) pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka).

◊ Sikap bara’ adalah membenci kekufuran, kefasikan dan kedurhakaan.
9:7. Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalangan kamu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti (kemauan) kamu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu akan mendapat kesusahan tetapi Allah menjadikan kamu cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,

◊ Ke-empat sikap ini ditujukan kepada semua ‘ilaah’ selain Allah, segala bentuk berhala : patung, konsep atau thagut. ( 60:4 ) contoh sikap bara yang diperlihatkan Nabi Ibrahim AS dan pengikutnya terhadap kaumnya. Mengandung unsur mengingkari, memisahkan diri, membenci dan memusuhi. (58:22 ) sikap bara dapat diartikan juga memerangi dan memusuhi meskipun terhadap familinya. Contohnya Abu Ubaidah membunuh ayahnya, Umar bin Khattab membunuh bapa saudaranya, sedangkan Abu Bakar hampir membunuh putranya yang masih musyrik. Semua ini berlangsung di medan perang.

◊ 60 : 4 “Sesungguhnya telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia , ketika mereka berkata kepada kaum mereka (Qad kaanat lakum uswatun hasanatun fii ibraahiima wal-ladziina ma’ahuu idz qaaluu li qaumihim): ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang akmu sembah selain Allah, kami ingkari ;kekafiran; mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan kebencian buat selam-lamnya sampai kamu beriman kepada Allah saja. ( inna bara-aa-u minkum wa mimmaa ta’buduuna min duunillaahi kafarnaa bikum wa badaa bainanaa wa bainakumul ‘adaawatu wal baghdhaa-u abadan hatta tu’-minuu billahi wahdahu ). Kecuali perkataan Ibrahim kepada bapaknya : sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu ;siksaan; Allah. ;Ibrahim berkata; ya Tuhan kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali “.

◊ Nabi Ibrahim menyatakan permusuhan terhadap berhala-berhala sembahan kaumnya 26:77. “ karena sesungguhnya apa yang kamu sembah itu adalah musuhku, kecuali Tuhan semesta alam, “.

◊ 58 : 22 “Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akherat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah & RasulNya ( laa tajidu qauman tu’-minuuna billaahi wal yaumil aakhiiri yuwaadduuna man haaddallaaha wa rasuulahu), sekalipun orang-orang itu bapak-bapaknya atau anak-anaknya atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka ( walau kaanuu aabaa-ahum wa abnaa-ahum wa ikhwaanahum au ‘asyiiratahum ) . Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka & menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripadaNya (Ulaaika kataba fii quluubihimul iimaanaa wa ayyadahum bi ruuhin-minhu). Dan dimasukkanNya mereka ke dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal didalamnya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun merasa puas terhadap ;limpahan rahmat;Nya. Mereka itulah golongan Allah ( ulaa-ika hizbullaahi ), ketahuilah bahwa sesungguhnya golongan Allah itulah golongan yang beruntung “.


◊ 9 : 1 “ (Inilah pernyataan) pemutusan perhubungan daripada Allah dan Rasul-Nya (yang dihadapkan) kepada orang-orang musyrikin yang kamu (kaum muslimin) telah mengadakan perjanjian (dengan mereka) ( baraa-atum minallahi wa rasulii ilal-ladziina ‘aahadtum minal musyrikiina )”.

◊ 2 : 167 “ Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti ; ‘seandainya kami dapat kembali (ke dunia) pasti kami akan berlepas diri dari mereka sebagaimana mereka berlepas diri dari kami’ (Wa qaalal-ladziinat taba’uu lau anna lanaa karratan fanatabarra-a minhum kamaa tabarra-uu minnaa). Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka, dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka “.


◊ Dalam tataran aplikatif, sikap baraa’ itu diwujudkan dengan ‘ Al Hadmu ‘ atau upaya penghancuran, pemusnahan terhadap segala bentuk pengabdian terhadap tandingan-tandingan Allah.

 21 : 56-58 “Ibrahim berkata : sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit & bumi yang telah menciptakannya, dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu. Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhalamu ( wa tallaahi la-akiidanna ash-naamakum ) sesudah kamu pergi meninggalkannya Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain (faja’alahum judzaadzan illaa kabiiran lahum) agar mereka kembali ;untuk bertanya; kepadanya “.

 Catatan : Nabi Ibrahim as, berusaha menghancurkan berhala-berhala yang membodohkan masyarakatnya dan inilah cara terbaik untuk situasi saat itu, akan tetapi Rasulullah saw membersihkan aqidah & fikrah umatnya dahulu sebelum menghancurkan 360 berhala di sekitar ka’bah pada masa fathu mekkah.

◊ Dua kata berikutnya : ‘ Illa Allah ‘ ~ Illallaah ‘ yang berarti pengukuhan terhadap ‘waliyatullah’ / kepemimpinan Allah dan memberikan loyalitas secara total kepada Allah saja ~ Al Walaa’ .

Al Wala (loyaliti)
Kalimat Illa Allah berarti pengukuhan terhadap wilayatulLlah (kepemimpinan Allah). Artinya : selalu mentaati, selalu mendekatkan diri, mencintai sepenuh hati, dan membela, mendukung dan menolong. Semua ini ditujukan kepada Allah dan segala yang diizinkan Allah seperti Rasul dan orang yang beriman.
Dalil :
• Q.5:7, 2:285, Iman terhadap kalimat suci ini berarti bersedia mendengar dan taat.
• Q.10:61,62, jaminan Allah terhadap yang menjadi wali (kekasih) Allah karena selalu dekat kepada Nya.
• Q.2:165, wala kepada Allah menjadikan Allah sangat dicintai, lihat 9:24.
• Q.61:14, sebagai bukti dari wala adalah selalu siap mendukung atau menolong dien Allah.

◊ Memberikan walaa’ atau loyalitas itu adalah dengan sikap :
1. ath thaa’atu : ta’at, ( 7:2, 59:7, 33:36, 4:59, 5:7 )

◊ 7 : 2 “Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu ( ittabi’uu maa unzila ilaikum min rabbikum ) dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya ( wa laa tattabi’uu min duunihi auliyaa-a ). Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran ;daripadanya; “.

◊ 59 : 7 “Apa saja harta rampasan perang ;fa-I; yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya yang berasal dari ppenduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan supaya harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja diantara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah , dan bertakwalah kepadaAllah ( wa maa aataa kumur rasuulu fa khudzuuhu wa maa nahaakum ‘anhu fantahuu wat taqullaha ), sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya “.

◊ 33 : 36 “Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu’min dan tidak ;pula; bagi perempuan yang mu’min apabila Allah dan Rasul_nya telah menetapkan sesuatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan ;yang lain; tentang urusan mereka ( wa maa kaana limu’-minin wa laa mu’-minatin idzaa qadhaallaahu wa rasuuluhuu amran an yakuuna lahumul khiyaaratu min amrihim ) . Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh lah dia telah sesat, sesat yang nyata “.

◊ 4 : 59 “Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul;Nya; dan ulil amri di antara kamu ( yaa ayyuhalladziina aamanuu athii’ullaha wa athii’ur rasuula wa ulil amri minkum ). Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah ;al qur’an; dan Rasul ;sunnahnya; jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian ( fain tanaza’tum fii syai-in farudduuhu ilallaahi wa rasuulihi in kuntum tu’-minuuna billaahi wal yaumil aakhiri ). Yang demikian itu lebih utama ;bagimu; dan lebih baik akibatnya “.

◊ 5 : 7 “Dan ingatlah karunia Allah kepadamu ( wadzkuruu ni’matallahi ‘alaikum ) dan perjanjianNya yang telah di-ikat-Nya dengan kamu ( wa miitsaaqahul-ladzii waatsaqakum bihi ), ketika kamu mengatakan : kami dengar & kami taati ( idz qultum sami’naa wa atha’naa ). Dan bertawakal lah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui :isi hatimu; “

2. an nushratu : membela, mendukung, menolong ( 47:7, 61:14, 22:78 )

◊ 47 : 7 “Hai orang-orang beriman jika kamu menolong ;agama; Allah niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. ( yaa ayyuhalladziina aamanuu in tanshurullaha yanshurkum wa yutsabbit aqdaamakum )

◊ 61 : 14 “ Hai orang-orang beriman jadilah kamu penolong-penolong ;agama; Allah sebagaimana Isa putra Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia : siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku ;untuk menegakkan agama; Allah ?. Pengikut-pengikut yang setia itu berkata : kamilah penolong-penolong agama Allah. Lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan ;yang lain; kafir, maka Kammi berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang “.

◊ 22 : 78 “ Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya ( wa jaahiduu fillaahi haqqa jihaadihi ). Dia telah memilih kamu ( huwajtabaakum ) dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan ( wa maa ja’alaa ‘alaikum fiddiini min haraj ). ;Ikutilah; agama orang tuamu, Ibrahim. Dia ;Allah: telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu dan ;begitu pula; dalam ;al qur’an; ini ( huwa sammaakumul muslimiina min qablu wa fii haadzaa ) supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah pelindungmu maka Dia-lah sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong “.

3. al qurbu : mendekatkan diri ( 2:186)

• 2 : 186 “Dan apabila hamba-hambaku bertanya kepadamu tentang Aku, maka ;jawablah; bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang yang berdo’a apabila ia memohon kepadaKu ( ujiibu da’watad daa’i idzaa da’aani ), maka hendaklah mereka itu memenuhi ;segala perintah; Ku ( fal yastajiibuulii ) dan hendaklah mereka beriman kepadaKu ( wal yu’ minuubii ) agar mereka selalu berada dalam kebenaran “.

4. al mahabbatu : mencintai sepenuh hati (2:165, 9:24, 3:31)

◊ 2 : 165 “Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah ( yuhibbuunahum kahubbillaahi ). Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah ( asyaddu hubban lillaahi ). Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa;pada hari kiamat; bahwaq kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya ( annal quwwata lillaahi jamii’an ) dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya ;niscaya mereka menyesal;’.

◊ 9 : 24 ‘ Katakanlah : jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai ( qul in kaanaa aabaa-ukum wa abnaa-ukum wa ikhwaanukum wa azwaajukum wa ‘asyiiratukum wa amwaaluniqtumuuha wa tijaaratun takhsyauna kasaadahaa wa masaakinu tardhaunahaa ), adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya dan ;dari; berjihad di jalanNya ( ahabba ilaikum minallahi wa rasuulihi wa jihaadin fii sabiilihi ) maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya ( fa tarabbashuu hattaa ya’-tiyallaahu bi amrihi ) , dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik’.

◊ 3 : 31 “Katakanlah : jika kamu ;benar-benar; mencintai Allah ikutilah aku ( qul in kuntum tuhibbuunallaha fattabi’uunii ) niscaya Allah mengasihi & mengampuni dosa-dosamu ( yuhbibkumullahu wa yaghfirlakum dzunuubakum ). Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang “.


◊ Ke-empat sikap ( at-tha’atu, an-nushratu, al qurbu, al mahabbatu) ini ditujukan sepenuhnya hanya kepada Allah dan kepada segal sesuatu yang diperkenankan oleh Allah, mis : kepada Rasul dan orang-orang yang beriman.

◊ Dalam tataran aplikatif, sikap walaa’ atau loyalitas itu melahirkan sebuah upaya “ Al Binaa’ “ atau membangun segala sesuatu yang akan menguatkan pengabdian kepada Allah. Membangun system dan aktifitas yang menyeluruh baik dalam skala individu, keluarga, masyarakat maupun negara ( 8:39 “…hataa laa takuuna fitnah, wa yakuunad-diinu kulluhuu lillaah)
Al Bina (membangun).
Sikap wala beserta segala akibatnya merupakan sikap mukmin membangun hubungan yang kuat dengan Allah, Rasul dan orang-orang mukmin. Juga berarti membangun sistem dan aktiviti Islam yang menyeluruh pada diri, keluarga, maupun masyarakat.
• Q.22:41, ciri mukmin adalah senantiasa menegakkan agama Allah.
• Q.24:55, posisi kekhilafahan Allah peruntukkan bagi manusia yang membangun dienullah.
• Q.22:78, jihad di jalan Allah dengan sebenarnya jihad adalah upaya yang tepat membangun dienullah.

◊ Oleh karena itu, ciri seorang mu’min sejati adalah : senantiasa berusaha menegakkan agama Allah terhadap dirinya, lingkungannya dan alam semesta ini (22:41)

 22 : 41 “`(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi ( Alladziina in makkannahum fil ardhi ), niscaya mereka mendirikan shalat ( aqaamush shalaata ), menunaikan zakat ( wa aatuz zakaata ), menyuruh berbuat yang ma’ruf & mencegah dari perbuatan yang munkar ( wa amaruu bil ma’ruufi wa nahau ‘anil munkari ) dan kepada Allah-lah kembali segala urusan ( wa lillaahi ‘aaqibatul umuuri ) “.

◊ Sehingga bentuk pengabdian yang sempurna kepada Allah atau ‘ Al Ikhlash ’ hanya dapat dicapai dengan sikap “ baraa’ “ terhadap selain Allah dan memberikan walaa’ atau loyalitas total kepada Allah ( 98:5, 39:11,12,14 )

◊ 98 : 5 “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus ( wa maa umiruu illaa liya’budullaaha mukhlishiina lahud diina hunafaa-a ), dan supaya meeka mendirikan shalat dan menunaikan zakat dan yang demikian itulah agama yang lurus “.

◊ 39 : 11 “Katakanlah : sesungguhnya aku diperintahkan supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama ( qul innii umirtu an a’-budallaaha mukhlishal lahud diina )“.

◊ 39 : 12 “Dan aku diperintahkan supaya menjadi orang yang pertama-tama berserah diri (wa umirtu li an-akuuna awwalal muslimiin)“.

◊ 39 : 14 “Katakanlah : hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam ;menjalankan; agamaku (qul illaaha a’-budu mukhlishal-lahuu diinii ) “.


 5 : 78-79 “ Telah dilaknati orang-orang kafir dari bani israil dengan lisan Daud dan Isa putera Maryam (Lu’inal-ladziina kafaruu min banii israaiila ‘ala lisaani Daawuda wa ‘Iisa-bni Maryam). Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka & selalu melampaui batas (Dzaalika bimaa ‘ashauw-wa kaanuu ya’taduun) Mereka satu sama lain selalu tidak melarang tindakan munkar yang mereka perbuat ( Kaanuu laa yatanaa hauna ‘an munkarin fa’aluuhu ). Sesungguhnya amat buruklah apa yang selalu mereka perbuat ( labi‘-sa maa kaanuu yaf’aluuna )“

 4 : 95 “ Tidaklah sama antara mu’min yang duduk (yang tidak turut berperang) yang tidak mempunyai uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka & jiwanya (Laa yastawiil-qaa’iduuna minal-mu’-miniina ghairu ulidh-dharari wal-mujaahiduuna fii sabiilillaahi bi amwaalihim wa anfusihi ). Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta & jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat ( fadh-dhalallaahul mujaahidiina bi amwaalihim wa anfusihim ‘alal-qaa’idiina darajah ). Kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar ( wa fadh-dhalallahul mujaahidiina ‘alal qaa’idiina ajran ‘adzhiima )“

Ikhlas.
Keikhlasan iaitu pengabdian yang murni hanya dapat dicapai dengan sikap bara terhadap selain Allah dan memberikan wala sepenuhnya kepada Allah.
• Q.98:5, mukmin diperintah berlaku ikhlas dalam melakukan ibadah.
• Q.39:11,14, sikap ikhlas adalah inti ajaran Islam dan pengertian dari Laa ilaha illa Allah.


1. Muhammad Rasulullah.

Konsep Wala dan Bara ditentukan dalam bentuk :
a. Allah sebagai sumber.
Allah sebagai sumber wala, dimana loyaliti mutlak hanya milik Allah dan loyaliti lainnya mesti dengan izin Allah.
b. Rasul sebagai cara (kayfiyat).
Pelaksanaan Wala terhadap Allah dan Bara kepada selain Allah mengikuti cara Rasul.
c. Mukmin sebagai pelaksana.
Pelaksana Wala dan Bara adalah orang mukmin yang telah diperintahkan Allah dan dicontohkan Rasulullah.

• Dalam pelasaksanaan Bara, Rasulullah memisahkan manusia atas muslim dan kafir. Hizbullah dengan Hizbus Syaithan. Orang-orang mukmin adalah mereka yang mengimani Laa ilaha illa Allah dan Muhammad Rasulullah sedangkan orang kafir adalah mereka yang mengingkari salah satu dari dua kalimah syahadat atau kedua-duanya.
• Orang-orang beriman wajib mengajak orang kafir kepada jalan Islam dengan dakwah secara hikmah dan pengajaran yang baik. Apabila mereka menolak, kemudian menghalangi jalan dakwah maka mereka boleh diperangi sampai mereka mengakui ketinggian kalimah Allah.
• Hubungan kekeluargaan seperti ayah, ibu, anak tetap diakui selama bukan dalam kemusyrikan atau maksiat terhadap Allah.
• Dengan demikian pelaksanaan Wala dan Bara telah ditentukan caranya. Kita hanya mengikut apa yang telah dicontohkan Rasulullah SAW.
Dalil :
• Q.5:55-56, Allah, Rasul dan orang-orang mukmin adalah wali orang yang beriman.
• Q.4:59, ketaatan diberikan hanya kepada Allah, Rasul dan Ulil Amri dari kalangan mukmin.
• Q.5:56, orang-orang yang memberikan wala kepada Allah, Rasul dan orang-orang mukmin adalah Hizbullah (golongan Allah), lihat pula 58:22. Selain golongan ini adalah Hizbus Syaithan.
• Q.60:7-9, kebolehan bergaul dengan orang kafir dengan batas-batas tertentu. Asbabun Nuzul ayat ini berkaitan dengan Asma binti Abu Bakar yang tidak mengizinkan ibunya masuk rumahnya sebelum mendapat izin dari Rasulullah, lihat pula 31:15.


Ringkasan Dalil :

• Laa ilaha illa Allah : (Laa) adalah perkataan penolakan, (ilaha) adalah yang ditolak.
• Al Baro’ (melepaskan diri) (60:4, 7:59, 65, 73, 85) :
• Mengingkari
• Membenci
• Memusuhi
• Memutus hubungan
• Menghancurkan
• Illa (melainkan) adalah ungkapan pengukuhan (isbat).
• Allah adalah yang dikukuhkan (diisbatkan).
• Al Wala’/loyaliti (7:196, 5:55, 4:59, 5:7, 47:7, 2:165, 3:31) adalah :
• Taat
• Mendekati
• Membela
• Mencintai
• Membangun
• Menghancurkan dan membangun adalah makna Ikhlas (98:5, 39:11,14).
• Muhammadu Rasulullah – Konsep Al Wala’ dan Al Barro’ :
• Allah adalah sumber nilainya (2:147, 7:2)
• Rasul adalah contoh pelaksanaannya (33:21, 59:7)
• Orang mukmin adalah pelaksananya (33:36, 35:32)
• Kaifiyat “Membina” dan “Menghancurkan” adalah dengan “ittiba’ (3:31).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar